Ummu Hani, Cinta Pertama Baginda Nabi Muhamad
Ada kisah sedih dibalik tegarnya sikap baginda dalam menjalani hidup. Kesengsaraan yang beliau emban semenjak ditinggal wafat ayah dan bundanya semenjak kecil rupanya dianggap belum cukup oleh Allah dalam menguji ketabahan hati calon utusannya.
Kali ini, Allah menguji Baginda dengan asmara. Beliau mencintai seorang wanita Ayu dizamanya.Tapi, beliau ditelikung cinta, kembang impiannya diambil orang, beliaupun merana karenanya.
Dalam sebuah catatan sejarah beliau mencurahkan kesedihan hatinya pada pamannya, beliau berkata “ Paman, kenapa engkau tidak menikahkannya dengan aku?”, begitulah gambaran pertanyaan yang mewakili rasa ketidak relaan beliau karena cintanya diambil orang, tapi takdir memang sudah terjadi, beliau kemudian merelakan kekasih hatinya diambil orang setelah mendapatkan jawaban dari Pamannya, meskipun dalam dadanya menggumpal bercak-bercak kehilangan.
Wanita yang sejatinya beruntung karena mendapatkan tempat pertama dalam hati baginda Nabi itu bernama “ Fakhitah” kelak Sayidah Fakhitah dipanggil dengan julukan “Ummu Hani” tidak berlebihan memang jika pemuda Islami jaman sekarang memanggil kekasih hatinya dengan sebutan “Hani”, ya memang karena wanita Salehah yang diperankan oleh Umu Hani dalam sejarah kehidupan tempo dulu itu merupakan wanita sempurna yang di idam-idamkan pria-pria sejati.
Sayidah Fakhitah merupakan anak paman Nabi Sendiri, ya anak Abu Thalib, beliau merupakan puteri ke empat dari Pamannya, usianya sebaya dengan Nabi, ia juga merupakan teman masa kecilnya, teman dalam permainanya, sebab sebagaimana diketahui Baginda semenjak kecil diasuh oleh Pamannya Abu Thalib. Semenjak kecil hingga menjadi seorang pemuda, baginda mengangumi sifat dan watak Ummu Hani, sebab selain penurut dan Shalehah, beliau juga dianugerahi wajah nan rupawan.
Pada sekitar usia 21-23 tahun, ketertarikan baginda kepada Ummu Hani rupanya sudah tidak terbendung, beliaupun kemudian dengan serius dan bertanggung jawab mengungkapkan keinginanya untuk memperistri Ummu Hani langsung kepada pamannya.
Kisah mengenai sejarah terjadinya peristiwa itu tercatat dalam buku sejarah yang berjudul “Muhammad: His Life Based on The Earliest Sources” dalam buku ini dikupas secara singkat dan jelas mengenai peristiwa itu.
Selanjutnya, dihadapan pamannya, baginda kemudian mengutarakan isi hatinya, beliau dengan gamblang dan jelas meminta kepada pamannya agar sudi menikahkannya dengan Fakhitah, numun rupanya pamanya berpaling, berpaling bukan karena tidak menyukai keponakannya, belau berpaling karena Fakhitah sudah dilamar orang.
Dalam keadaan seperti itu, kemudian baginda bertanya “Pamanku,” kata Nabi,”mengapa kau tidak menikahkannya padaku?” tanyanya baginda dengan lembut.
Pamanya kemudian menjawab bahwa Fatikah telah dilamar orang, ia dilamar oleh seorang laki-laki baik budinya yang bernama Hubayroh, putra saudara ibu Abu Thalib yang berasal dari Bani Makhzum. Peria yang dikenal bijak dan juga seorang penyair berbakat, sama seperti halnya Abu Thalib sendiri.
Tatkala keponakannya itu kembali mendekati, Abu Tholib hanya tersenyum dan menjawabnya,"mereka telah menyerahkan putri mereka untuk kita nikahi”. Perkataan itu merujuk pada ibunda nabi sendiri, Aminah ibn Wahab, yang juga merupakan gadis dari suku yang sama dengan Hubayroh.“Maka, seseorang pria yang baik haruslah membalas kebaikan yang sama dengan apa yang telah mereka berikan pada kita,” tambah Abu Thalib.
Akhirnya, kepada pria tersebut Umm Hani dinikahkan. Baginda pun kemudian menerima dengan lapang dada. Baginda sadar bahwa Umm Hani’ memang bukan ditakdirkan oleh Allah untuk bersanding bersama dirinya.
Kelak, atas kesabaran dan ketulusannya itu, Allah menganugrahkan beliau wanita nan rupawan lagi tangguh , seorang wanita yang kelak menjadi cinta sejatinya, dan cinta sejatinya itu bernama Khadijah, beliau perempuan paling terpandang dizamanya.
Penulis : Bung Fei
Dalam sebuah catatan sejarah beliau mencurahkan kesedihan hatinya pada pamannya, beliau berkata “ Paman, kenapa engkau tidak menikahkannya dengan aku?”, begitulah gambaran pertanyaan yang mewakili rasa ketidak relaan beliau karena cintanya diambil orang, tapi takdir memang sudah terjadi, beliau kemudian merelakan kekasih hatinya diambil orang setelah mendapatkan jawaban dari Pamannya, meskipun dalam dadanya menggumpal bercak-bercak kehilangan.
Wanita yang sejatinya beruntung karena mendapatkan tempat pertama dalam hati baginda Nabi itu bernama “ Fakhitah” kelak Sayidah Fakhitah dipanggil dengan julukan “Ummu Hani” tidak berlebihan memang jika pemuda Islami jaman sekarang memanggil kekasih hatinya dengan sebutan “Hani”, ya memang karena wanita Salehah yang diperankan oleh Umu Hani dalam sejarah kehidupan tempo dulu itu merupakan wanita sempurna yang di idam-idamkan pria-pria sejati.
Sayidah Fakhitah merupakan anak paman Nabi Sendiri, ya anak Abu Thalib, beliau merupakan puteri ke empat dari Pamannya, usianya sebaya dengan Nabi, ia juga merupakan teman masa kecilnya, teman dalam permainanya, sebab sebagaimana diketahui Baginda semenjak kecil diasuh oleh Pamannya Abu Thalib. Semenjak kecil hingga menjadi seorang pemuda, baginda mengangumi sifat dan watak Ummu Hani, sebab selain penurut dan Shalehah, beliau juga dianugerahi wajah nan rupawan.
Pada sekitar usia 21-23 tahun, ketertarikan baginda kepada Ummu Hani rupanya sudah tidak terbendung, beliaupun kemudian dengan serius dan bertanggung jawab mengungkapkan keinginanya untuk memperistri Ummu Hani langsung kepada pamannya.
Kisah mengenai sejarah terjadinya peristiwa itu tercatat dalam buku sejarah yang berjudul “Muhammad: His Life Based on The Earliest Sources” dalam buku ini dikupas secara singkat dan jelas mengenai peristiwa itu.
Selanjutnya, dihadapan pamannya, baginda kemudian mengutarakan isi hatinya, beliau dengan gamblang dan jelas meminta kepada pamannya agar sudi menikahkannya dengan Fakhitah, numun rupanya pamanya berpaling, berpaling bukan karena tidak menyukai keponakannya, belau berpaling karena Fakhitah sudah dilamar orang.
Dalam keadaan seperti itu, kemudian baginda bertanya “Pamanku,” kata Nabi,”mengapa kau tidak menikahkannya padaku?” tanyanya baginda dengan lembut.
Pamanya kemudian menjawab bahwa Fatikah telah dilamar orang, ia dilamar oleh seorang laki-laki baik budinya yang bernama Hubayroh, putra saudara ibu Abu Thalib yang berasal dari Bani Makhzum. Peria yang dikenal bijak dan juga seorang penyair berbakat, sama seperti halnya Abu Thalib sendiri.
Tatkala keponakannya itu kembali mendekati, Abu Tholib hanya tersenyum dan menjawabnya,"mereka telah menyerahkan putri mereka untuk kita nikahi”. Perkataan itu merujuk pada ibunda nabi sendiri, Aminah ibn Wahab, yang juga merupakan gadis dari suku yang sama dengan Hubayroh.“Maka, seseorang pria yang baik haruslah membalas kebaikan yang sama dengan apa yang telah mereka berikan pada kita,” tambah Abu Thalib.
Akhirnya, kepada pria tersebut Umm Hani dinikahkan. Baginda pun kemudian menerima dengan lapang dada. Baginda sadar bahwa Umm Hani’ memang bukan ditakdirkan oleh Allah untuk bersanding bersama dirinya.
Kelak, atas kesabaran dan ketulusannya itu, Allah menganugrahkan beliau wanita nan rupawan lagi tangguh , seorang wanita yang kelak menjadi cinta sejatinya, dan cinta sejatinya itu bernama Khadijah, beliau perempuan paling terpandang dizamanya.
Penulis : Bung Fei
Posting Komentar untuk "Ummu Hani, Cinta Pertama Baginda Nabi Muhamad"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.