Makam Jabang Bayi, Saksi Bisu Kisah Cinta Pangeran Raja Kanoman dan Nona Delamor
Seperti kisah Laela dan Majnun atau juga Romeo dan Juliet, maka di tanah Cirebon pernah terjadi kisah cinta seperti itu, cinta yang tak direstui sebab hargadiri dan perbedaan agama. Kisah cinta terlarang tersebut terjadi pada tahun 1833 M.
Ketika Keresidenan Cirebon dipimpin oleh Residen yang bernama Jean Guillaume Landre dan berbarengan ketika Kesultanan Kanoman Cirebon dipimpin oleh Sultan Komarudin I sebuah peristiwa Cinta terlarang itu terjadi.
Dikisahan, Residen Jean Guillaume Landre mempunyai putri yang cantik jelita bernama Nona Delamor, sebagai seorang Residen Jean Guillaume Landre tentu berkawan dan berhubungan erat dengan Sultan-sultan Cirebon, begitupun dengan Sultan Kanoman pada waktu itu, yaitu Sultan Komarudin I.
Dalam beberapa kunjungan kerjanya ke Keraton Kanoman, Residen Guillaume Landre yang keturunan Belanda Prancis itu selalu membawa serta anak gadis kesayangnya yang kala itu memasuki usia remaja.
Dari kunjungan tersebut itulah Nona Delamor bertemu dengan Pangeran Raja Kanoman, Putera Mahkota Kesultanan Kanoman Cirebon yang juga sedang menganjak Remaja. Dari pertemuan keduanya tersebut ternyata keduanya saling mengagumi, hingga kemudian menjadi teman. Dari pertemanan itu, kemudian keduanya saling mencintai dan jadilah keduanya sepasang kekasih.
Meskipun kedua-duanya merupakkan keturunan bangsawan akan tetapi rupanya perbedaan keyakinan dan dan agama antara kedua orang tuanya ternyata menjadi sebab cinta keduanya tidak direstui oleh masing-masing orang tua mereka.
Meskipun cinta mereka tak direstui akan tetapi keduanya sering bertemu dan memadu kasih, hingga sesuatu yang buruk menimpa Nona Delamor, ia mengandung anak dari kekasihnya.
Melihat anak gadisnya mengandung, Residen Jean Guillaume Landre marah besar, bahkan sampai-sampai akan terjadi perang antara Belanda dan Kesultanan Kanoman jika saja tidak ada yang mencegah.
Karena kedua belah pihak tidak menginginkan perkawinan antar keduanya, Nona Delamor kemudian dipaksa menggugurkan kandungannya, sehingga selepas ia mengeluarkan darah dagingnya iapun membuang jabang bayinya ke laut, ia buang dengan meletakan darah dagingnya dalam sebuah guci, dihanyutkan ke lautan lepas.
Namun, meskipun jabang bayi tersebut sudah dibuang ke laut, akan tetapi mayat bayi dalam guci tersebut ternyata terhempas ombak dan kemudian kembali lagi kedarat. Bayi tersebut kemudian ditemukan oleh nelayan dan diserahkan kepada Raden Sabur.
Selanjutnya karena Raden Sabur mengetahui bahwa bayi tersebut dibuang oleh keluarga Nona Delamor maka mengertilah Raden Sabur jika sejatinya mayat bayi tersebut merupakan anak dari Pangeran Raja Kanoman.
Raden Sabur kemudian memakamkan bayi tersebut di sekitar mercusuar yang ada di sekitar pelabuhan Cirebon. Dikemudian hari karena banyaknya peziarah yang mengunjungi makam dan menggangu ketertiban makam, jasad bayi tersebut kemudian dipindahkan di disebuah wilayah yang kini disebut Kesambi.
Makam tersebut sekerang dikenal dengan makam Jabang Bayi. Karena pada mulanya disitulah Jabang Bayi (Orok) hasil cinta terlarang antara Pangeran Raja Kanoman dan Nona Delamor dimakamkan.
Ada beberapa versi seputar digugurkannya anak Nona Delamor, satu versi sebagaimana yang dikisahkan di atas, sementara satu versi lainnya menyatakan digugurkannya bayi tersebut tanpa sepengetahuan ayah Nona Delamor, hanya saja karena selepas di gugurkan kondisi kesehatan Nona Delamor memburuk sehingga peristiwa pengguguran bayi tersebut terbongkar oleh ayahnya.
Dalam versi kedua ini, Nasib Nona Delamor rupanya tidak begitu buruk, sebab ia nantinya menikah dengan Pangeran Raja Kanoman, pada saat menjadi istri Sultan, ia bergelar "Ratu Sengkaratna". Untuk mengetahui kisah selanjutnya, dapat anda baca pada artikel kami yang berjudul "Ratu Sengkaratna, Istri Sultan Cirebon Berdarah Prancis"
Selain kisah tentang percintaan dua bangsawan yang berakhir dengan kenestapaan, di Cirebon juga pernah terjadi kisah cinta yang lebih tragis, kali ini kisah Cinta ini menimpa kalangan rakyat jelata, kisah cinta tersebut kami tuliskan dalam artikel yang berjudul Kisah Cinta Baridin Dan Suratminah (Kemat Jaran Goyang).
Ketika Keresidenan Cirebon dipimpin oleh Residen yang bernama Jean Guillaume Landre dan berbarengan ketika Kesultanan Kanoman Cirebon dipimpin oleh Sultan Komarudin I sebuah peristiwa Cinta terlarang itu terjadi.
Dikisahan, Residen Jean Guillaume Landre mempunyai putri yang cantik jelita bernama Nona Delamor, sebagai seorang Residen Jean Guillaume Landre tentu berkawan dan berhubungan erat dengan Sultan-sultan Cirebon, begitupun dengan Sultan Kanoman pada waktu itu, yaitu Sultan Komarudin I.
Dalam beberapa kunjungan kerjanya ke Keraton Kanoman, Residen Guillaume Landre yang keturunan Belanda Prancis itu selalu membawa serta anak gadis kesayangnya yang kala itu memasuki usia remaja.
Dari kunjungan tersebut itulah Nona Delamor bertemu dengan Pangeran Raja Kanoman, Putera Mahkota Kesultanan Kanoman Cirebon yang juga sedang menganjak Remaja. Dari pertemuan keduanya tersebut ternyata keduanya saling mengagumi, hingga kemudian menjadi teman. Dari pertemanan itu, kemudian keduanya saling mencintai dan jadilah keduanya sepasang kekasih.
Meskipun kedua-duanya merupakkan keturunan bangsawan akan tetapi rupanya perbedaan keyakinan dan dan agama antara kedua orang tuanya ternyata menjadi sebab cinta keduanya tidak direstui oleh masing-masing orang tua mereka.
Meskipun cinta mereka tak direstui akan tetapi keduanya sering bertemu dan memadu kasih, hingga sesuatu yang buruk menimpa Nona Delamor, ia mengandung anak dari kekasihnya.
Melihat anak gadisnya mengandung, Residen Jean Guillaume Landre marah besar, bahkan sampai-sampai akan terjadi perang antara Belanda dan Kesultanan Kanoman jika saja tidak ada yang mencegah.
Karena kedua belah pihak tidak menginginkan perkawinan antar keduanya, Nona Delamor kemudian dipaksa menggugurkan kandungannya, sehingga selepas ia mengeluarkan darah dagingnya iapun membuang jabang bayinya ke laut, ia buang dengan meletakan darah dagingnya dalam sebuah guci, dihanyutkan ke lautan lepas.
Namun, meskipun jabang bayi tersebut sudah dibuang ke laut, akan tetapi mayat bayi dalam guci tersebut ternyata terhempas ombak dan kemudian kembali lagi kedarat. Bayi tersebut kemudian ditemukan oleh nelayan dan diserahkan kepada Raden Sabur.
Selanjutnya karena Raden Sabur mengetahui bahwa bayi tersebut dibuang oleh keluarga Nona Delamor maka mengertilah Raden Sabur jika sejatinya mayat bayi tersebut merupakan anak dari Pangeran Raja Kanoman.
Raden Sabur kemudian memakamkan bayi tersebut di sekitar mercusuar yang ada di sekitar pelabuhan Cirebon. Dikemudian hari karena banyaknya peziarah yang mengunjungi makam dan menggangu ketertiban makam, jasad bayi tersebut kemudian dipindahkan di disebuah wilayah yang kini disebut Kesambi.
Makam Jabang Bayi Cirebon |
Ada beberapa versi seputar digugurkannya anak Nona Delamor, satu versi sebagaimana yang dikisahkan di atas, sementara satu versi lainnya menyatakan digugurkannya bayi tersebut tanpa sepengetahuan ayah Nona Delamor, hanya saja karena selepas di gugurkan kondisi kesehatan Nona Delamor memburuk sehingga peristiwa pengguguran bayi tersebut terbongkar oleh ayahnya.
Dalam versi kedua ini, Nasib Nona Delamor rupanya tidak begitu buruk, sebab ia nantinya menikah dengan Pangeran Raja Kanoman, pada saat menjadi istri Sultan, ia bergelar "Ratu Sengkaratna". Untuk mengetahui kisah selanjutnya, dapat anda baca pada artikel kami yang berjudul "Ratu Sengkaratna, Istri Sultan Cirebon Berdarah Prancis"
Selain kisah tentang percintaan dua bangsawan yang berakhir dengan kenestapaan, di Cirebon juga pernah terjadi kisah cinta yang lebih tragis, kali ini kisah Cinta ini menimpa kalangan rakyat jelata, kisah cinta tersebut kami tuliskan dalam artikel yang berjudul Kisah Cinta Baridin Dan Suratminah (Kemat Jaran Goyang).