Syekh Siti Jenar Dihukum Mati di Cirebon (Naskah Mertasinga Pupuh 33.04-26)
Latar belakang dijatuhuinya hukuman mati kepada Syekh Siti Jenar (Syekh Lemah Abang) akan diuraikan dalam artikel lain, yaitu artikel yang berjudul Sebab Musabab di Hukum Matinya Sykeh Siti Jenar. Dalam artikel kali ini, hanya akan diuraikan mengenai peristiwa dihukum matinya Syekh Siti Jenar, menurut naskah Mertasinga dalam Pupuh 33 poin 4 sampai dengan 26.
Dikisahkan para Wali berkumpul di Masjid Pakungwati Cirebon, Sunan Kudus kemudian memerintahkan Ki Badiman untuk memanggil Syekh Lemah Abang untuk dihukum mati atas akibat dari kesalahannya.
Ki Badiman kemudian menemui Syekh Siti Jenar dikediamannya, namun demikian, ketika Ki Badiman menyampaikan undangan secara lisan bahwa Syekh Siti Jenar di Panggil Dewan Wali atas nama Pemerintah Cirebon, Syekh Siti Jenar malah menjawab "Siti Jenar Tidak Ada Yang Ada Allah".
Dan kemudian ketika Ki Badiman berkata "Allah Di Panggil Dewan Wali" kemudian Syekh Siti Jenar malah menjawab " Allah tidak ada yang Ada Syekh Siti Jenar".
Dan barulah ketika Ki Badiman menyebutkan "Allah dan Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang dipanggil Wali". Syekh Siti Jenar kemudian bersedia memenuhi undangan.
Setelah Syekh Siti Jenar sampai di Cirebon, kemudian Syekh Siti Jenar mempersilahkan diri untuk dihukum mati.
Dalam pelaksanaan hukuman mati tersebut Syekh Siti Jenar di ikat dibawah pohon Tanjung. Adapun yang melakukan pengikatan adalah Pangeran Kejaksaan dan Pangeran Majagung. Adapun yang melakukan hukuman mati terhadap Syekh Siti Jenar adalah Sunan Kudus.
Syekh Siti Jenar dihukum mati dengan cara ditusuk menggunakan sebilah Keris. Keris yang digunakan dalam eksekusi mati itu adalah keris kepunyaan Sunan Gunungjati yang bernama Keris Sangyang Naga.
"Alhaq-Alhaq (Allah-Allah)" begitulah kata-kata yang diucapkan Syekh Siti jenar setelah ditusuk dan kemudian beliau meninggal.
Selain hal-hal yang telah disebutkan di atas dalam naskah tersebut juga sebenarnya diceritakan mengenai hal-hal mistis dalam proses eksekusi mati. Diantaranya:
- Ketika di ikat, ikatan yang melilit tubuh Syekh Siti Jenat terlepas sendiri.
- Ketika ditusuk tubuh Syekh Siti Jenar skeras besi sehingga keris tidak sanggup menembus dadanya dan lain sebagainya.
Namun demikian para Wali berhasil membujuk Syekh Siti Jenar untuk Ikhlas dalam menjalani eksekusi mati. Sehingga kemudian pelaksanaan hukuman tersebut berjalan dengan lancar.
Dalam naskah Mertasinga tidak disebutkan mengenai dimana dikuburkanya jasad Syekh Siti Jenar.
Namun demikian, berdasarkan bukti arkeologis makam dapatlah diketahui Jika Syekh Siti Jenar dimakamkan di Kanggraksan Cirebon, tepatnya di sebuah area pemakaman yang sekarang dikenal dengan makam Kemlaten.
Berikut gambar/foto makam Syekh Siti Jenar di Area Pemakaman Kemlaten Kanggraksan Kota Cirebon.
Img From Malaya.or.id |
Img From Malaya.or.id |