Situs Arca Pejambon, Bukti Tokoh Semar Dilahirkan Di Cirebon ?
Penyebaran Islam di Pulau Jawa dilakukan dengan teknik pendekatan budaya. Salah satu caranya dengan menggunakan media wayang sebagai jalan mensyiarkan ajaran-ajaran Islam pada para penontonya.
Wayang dalam masa kerajaan-kerajaan Hindu di pulau Jawa adalah tontonan para ningrat yang tak mungkin rakyat jelata dapat menikmatinya.
Berkenaan dengan keadaan tersebut para Walisongo yang sebagianya merupakan keturunan ningrat yang tentunya sudah akrab dengan kisah pewayangan pada nantinya menggunakan wayang sebagai media dalam mendakwahkan ajaran Islam.
Meskipun demikian, wayang yang dipergunakan Walisongo dalam mensyiarkan Islam ini ternyata diubah-ubah sedemikian rupa sehingga tampilan fisik, tokoh dan cerita dalam lakon pewayaangan ini melenceng jauh dari pertunjukan wayang yang ada dalam budaya kerajaan-kerajaan Hindu Pulau Jawa.
Seperti penambahan tokoh-tokoh baru dalam kisah mahabarata, yakni tokoh-tokoh yang disebut Punakawan atau para pengasuh Kesatria (Pandawa/Kurawa). Kemudian juga lakon baru dalam kisah Mahabarata dengan judul Cungkring Jadi Raja dan lain sebagainya.
Berkenaan dengan kemunculan tokoh Punakawan, baik ide penamaan tokoh, dan rupa tokoh yang digambarkan tentunya melibatkan pencipta tokoh punakawan, bukankah begitu?
Lalu kira-kira siapa yang menciptakan nama dan gambaran fisik tokoh-tokoh tersebut?
Anda tau..?
Jawaban umum yang berkembang dalam dunia pewayangan dinyatakan bahwa pencipta tokoh Punakawan (Semar, Gareng, Cungkring dan Petruk dll) dalam kisah Mahabarata tersebut adalah Sunan Kalijaga. Salah satu anggota Walisongo yang juga merupakan anak seorang ningrat di Tuban (Adipati Tuban).
Lalu pertanyaan selanjutnya adalah kira-kira terinspirasi dari wujud apa sehingga Sunan Kalijaga membuat bentuk fisik para Punakawan dalam pewayangan sehingga rupanya menjadi seperti sekarang itu?
Jawabnya memang masih gelap, dalam artian belum ada jawaban pasti, namun demikian tidak seluruhnya gelap karena salah satu tokoh Punakawan (Semar) diduga bentuk fisiknya dibuat berdasarkan bentuk fisik nenek moyang orang Cirebon yang pernah dijadikan arca (Patung) oleh orang Cirebon.
Anda masih ragu atau barangkali penasaran?
Begini jawabanya:
Di Kelurahan Pejambon Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon, terdapat sebuah musium rakyat yang kondisinya tak terurus, di dalamnya terdapat beberapa arca berbentuk patung manusia, yang telah diidentifikasi sebagai arca kuno.
Salah satu arca tersebut mirip seperti Semar, sebab itulah masyarakat kelurahan Pejambon menamai arca tersebut dengan sebutan watu semar (Batu Semar).
Salah satu arca tersebut mirip seperti Semar, sebab itulah masyarakat kelurahan Pejambon menamai arca tersebut dengan sebutan watu semar (Batu Semar).
Arca Pejambon, Mirip Tokoh Semar, Diberi Pewarna Sehingga Merusak Nilai-nilai Kekunoanya |
Tampilan Fisik Tokoh Semar Dalam Wayang |
Hal tersebut senada dengan hasil pengidentifikasian Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawabarat yang didasarkan pada keterangan Bapak Raden Mas Subagyo, sebagai pemelihara situs tersebut, dikatakan bahwa arca-arca yang berbentuk Ganesa, Siwa, Punakawan, figur wanita, Lingga, dan Yoni merupakan arca kuno.
Belakang Arca Ganesa, Depan Dan Pinggir Arca lain yang diduga Arca Gambaran Nenek Moyang |
Arca Pejambon Dalam Musium Rakyat, Dilihat Dari Samping |
Sementara itu menurut kakek Saro, patung-patung tersebut ditemukan pada masa PKI tempat penemuan awal dinyatakan di pinggir aliran sungai Pejambon, yang selanjutnya diteletakan dibawah pohon mangga didepan rumah salah satu penduduk setempat sehingga kemudian pada tahun 2001 pemerintah membuatkan gedung penyimpanan arca berukuran kecil (Musium Rakyat) sebagaimana tampilanya hingga sekarang ini.
Jika merujuk pada keterangan kakek Saro maka dapat dipastikan jika penemuan tersebut diperkirakan terjadi pada tahun 1960-1965 dimana antara tahun-tahun tersebut terjadi peristiwa penumpasan kader-kader PKI di wilayah Cirebon.
Peninggalan arca-arca tersebut juga sebenarnya telah diferifikasi oleh Musium Sribaduga Bandung, bahkan dalam koleksi musium Sribaduga terdapat replika arca-arca asal Pejambon tersebut.
Berkenaan dengan tokoh Semar dalam masyarakat dan budaya Jawa-Sunda dikatakan bahwa Semar merupakan pengasuh para Pandawa. Ini artinya bahwa tokoh Semar ini merupakah tokoh fiktif karena dalam kisah aslinya sebagaimana yang terdapat dalam kisah Mahabarata di India tidak mencantumkan tokoh tersebut.
Selanjutnya yang menjadi pertanyaan adalah, jika pada arca-arca yang ditemukan di Pejambon terdapat sosok yang identik secara fisik dengan tokoh semar dalam Pewayangan maka mungkinkah tokoh Semar ini, khususnya bentuk fisiknya terinspirasi dari tampilan arca nenek moyang orang Cirebon?
Dan bukankah tokoh punakawan (Khususnya Semar) dalam pewayaangan diciptakan pada masa Wali Songo?
Jika jaman pembuatan arca Semar yang ditemukan di Pejambon lebih tua dari masa kemunculan tokoh pewayangan dalam budaya Jawa-Sunda maka kemungkinan besar pembuat gambaran fisik tokoh semar terinspirasi dari gambaran fisik nenek moyang orang Cirebon yang di arcakan.