Sejarah Asal-Usul Lahirnya Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Sejarah asal-usul lahirnya Kapubaten Kuningan Jawa Barat dapat dipahami dari hari jadi yang ditetapkan oleh Pemkab Kuningan. Kuningan sesuai dengan hari jadinya ditetapkan lahir pada 1 September 1498. Hari tersebut menurut Pemkab Kuningan diyakini sebagai hari dinobatkannya Arya Kuningan menjadi Bupati/Adipati Kuningan pertama dibawah kekuasaan Kesultanan Cirebon.
Meskipun Kadipaten/Kabupaten Kuningan baru dibentuk pada tahun 1498, bukan berarti istilah Kuningan baru muncul pada saat itu, sejaarawan meyakini bahwa istilah Kuningan untuk menamai daerah yang sekarang disebut dengan Kuningan itu sudah terjadi sejak lama, yaitu sebelum Kuningan menjadi daerah bawahan Kesultanan Cirebon.
Kota Kuningan Dari Udara |
Istilah Kuningan secara bahasa bermakna sesuatu benda yang berwarna kuning. Jadi kalau ada cincin, gelang, atau barangkali bokor (tempat penyimpanan sirih/sejenis Guci) berwarna kuning yang mana benda-benda tersebut bukan terbuat dari emas ataupun perak maka benda-benda itu dikata terbuat dari kuningan.
Bokor Kuningan
|
Perlu dicatat bahwa kuningan ini sebenarnya warnanya tidak benar-benar kuning, lebih tepatnya hanya mirip warna kuning. Seperti orang Cina dalam budaya kita disebut sebagai orang yang berkulit kuning, nyatanya kuningnya warna kulit orang Cina tidak benar-benar kuning seperti warna buah blimbing.
Munculnya nama Kuningan untuk menandai sebuah wilayah Kabupaten yang kini terletak di selatan Cirebon ini, beragam versinya. Ada yang berasumsi bahwa nama Kuningan itu diambil dari nama anak Sunan Gunung Jati dari Ong Tien istri Cinanya yang bernama Arya Kuningan. Dinamakan Arya Kuningan karena dipercayai yang bersangkutan tampilan fisik kulitnya Kuning sebagaimana kulit ibunya yang seorang Cina.
Asumsi semacam itu jelas dibantah, karena dalam sejarah Cirebon, Arya Kuningan adalah bukan anak biologis Sunan Gunung Jati dan Ong Tien, melainkan anak Ki Gedeng Luragung. Arya Kuningan hanya merupakan anak angkat Sunan Gunung Jati. Arya Kuningan diangkat menjadi anak oleh Sunan Gunung Jati ketika beliau berhasil mengislamkan Ki Gedeng Luragung.
Kuningan Sebelum Menjadi Bagian Kesultanan Cirebon
Sebelum menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Cirebon, Kuningan adalah kerajaan kecil bawahan Kerajaan Pajajaran, daerah tersebut dikepalai oleh seorang yang bergelar "Arya Kemuning". Kerajaan yang dimaksud bernama "Kajene/Kuningan".
Tidak ada kejelasan mengenai kenapa kerajaan tersebut dinamakan Kajene atau Kuningan, sementara orang berpendapat dinamakan seperti itu karena daerah itu dahulunya sebagai pusat pembuatan Kuningan, sehingga lama kelamaan daerah tersebut dinamakan Kuningan atau yang dalam kosakata bahasa Sunda yang lain disebut Kajene (Makananya sama seperti Kuningan)
Orang yang menjadi penguasa di Kuningan pada saat Sunan Gunung Jati memerintah di Cirebon adalah Brata Wijaya (Versi Lain menyebutnya Brata Wiyana). Tokoh inilah yang menurut sejarah Cirebon sebagai Arya Kemuning.
Kuningan di zaman Brata Wijaya memiliki beberapa daerah bawahan, salah satunya Luragung, daerah Luragung pada masa itu diprintah oleh Jaya Raksa, tokoh inilah yang dijuluki K Gedeng Luragung. Antara Jaya Raksa dan Brata Wijaya sebetulnya masih saudara. Dalam suatu versi menyebutnya kakak beradik, meskipun dalam versi yang lazim disebutkan hanya saudara jauh yang masih sama-sama keturunan Raja-Raja Galuh.
Masa Sunan Gunung Jati, Kuningan adalah daerah yang mula-mula mau menerima ajakan Sunan Gunung Jati memeluk Islam dan bergabung dalam Kesultanan Cirebon. Penulis menduga kesediaan Kuningan bergabung ke Cirebon karena penguasanya sudah mengenal betul ajaran Islam, selain itu, semenjak menjadi bawahan Pajajaran, ada kemungkinan Kuningan merasa terpinggirkan, sebab sebagaimana diketahui Ibu Kota Pajajaran (Pakuawan/Bogor) terletak sangat jauh sekali dengan Kuningan, ada kemungkinan pusat mengabaikan daerah bawahannya yang jauh. Hal ini tentu berbeda ketika Sunda beribukota di Galuh yang letaknya tidak terlampau jauh dari Kuningan.
Penguasa di daerah Kuningan yang mula-mula diislamkan dan mau bergabung kedalam wilayah kekuasaan Cirebon oleh Sunan Gunung Jati adalah Ki Gedeng Luragung, dan tokoh Ki Gedeng Luragung inilah yang dikemudian hari berhasil membujuk Arya Kemuning memeluk Islam dan menjadi bagian dari wilayah Kesultanan Cirebon.
Guna mengikat tali kekerabatan yang lebih erat antara Cirebon, Luragung dan Kuningan, Sunan Gunung Jati mengangkat anak Ki Gedeng Luragung menjadi anak angkatnya, selanjutnya, anak Ki Gedeng Luragung dijodohkan dengan putri Arya Kemuning. Dikemudian hari anak Ki Gedeng Luragung yang mengawini putri Arya Kemuning itu didaulat menjadi Adipati Kuningan, dan nantinya keturunan Arya Keuningan dari Putri Arya Kemuning tersebut mejadi Bupati atau para Adipati Kuningan selanjutnya.
Baca Juga : Arya Kuningan dan Arya Kemuning
sejarah harus ditegak kan min...
BalasHapusbukan berdasarkan asumsi nya kamu Min...
#PAYAHHHHHHKAUUUUUMIINNNN
Saya sependapat, sejarah harus benar2 menurut fakta, bukan menurut asusmsi dan kesimpulan sendiri.
BalasHapusMemang klo untuk sejarah cari refernsinya harus benar-benar valid
BalasHapus