KRI Gajah Mada, Kapal Perang RI Pertama Yang Ditenggelamkan Belanda
KRI Gajah Mada merupakan salah satu Kapal Perang yang pernah dimiliki Angkatan Laut Republik Indonesia. Meskipun namanya gagah akan tetapi pada nyatanya kapal ini merupakan bekas kapal nelayan yang dimodifikasi menjadi kapal perang.
Tercatat dalam sejarah bahwa KRI Gajah Mada yang dikapteni Letnan Laut Samadikun meliuk-liuk di atas lautan Cirebon menangtang Kapal Perang canggih milik Belanda, hujan peluru dari Kapal Belanda tidak dihiraukan, Kapten Samadikun terus mendekati Kapal Perang Belanda sambil sesekali menembakan senjata ala kadarnya dengan harapan mengenai lambung kapal musuh.
Tapi rupanya takdir berkata lain. Terpedo kapal Belanda justru yang kemudian memporak-porandakan KRI Gajah Mada. Kapten Laut Samadikun kemudian gugur bersamaan dengan tenggelamnya KRI Gajah Mada. Peristiwa heroik tersebut terjadi pada tahun 1947.
KRI Gajah Mada Di Pelabuhan Cirebon Sebelum Di Tenggelamkan Belanda |
Latar belakang terjadinya kontak senjata antara Kapal Perang Indonesia dan Belanda adalah pengingkaran Belanda terhadap perundingan Linggar Jati, padahal sebagaimana diketahui dalam Perundingan Linggar Jati yang dilaksanakan pada 1946 Belanda mengakui secara De Facto bahwa wilayah Republik Indonesia adalah Sumatra, Jawa dan Madura.
Belanda mengingkari perjanjian yang dibuatnya sendiri karena pada tahun 1947 Belanda melalukan Agresi Militer ke Sumatra dan Jawa. Panglima Besar Jendral Sudirman sebelumnya sudah menduga bahwa perjanjian yang disepakati dengan Belanda akan di ingkari. Oleh karena itu, beliau sebelumnya memerintahkan Tentara Indonesia untuk siap siaga, dan salah satu yang siap siaga tersebut adalah Angkatan Laut (ALRI) yang dtiugaskan di pantai Cirebon.
Pada 5 Januari 1947 Tentara Laut Republik Indonesia sedang melakukan latihan di Pantai Cirebon, Latihan ini di ikuti oleh empat kapal Patroli Pantai Indonesia lainnya. Latihan ini dipimpin oleh Kapten Laut Samadikun.
Pada saat pelaksanaan latihan tak diduga-duga Kapal Perang Belanda ternyata memasuki wilayah laut Cirebon. Merasa Kapal Indonesia tidak ada apa-apanya, Belanda memerintahkan kelima Kapal Indonesia itu untuk berhenti dan menyerahkan diri. Terang saja permintaan ini ditolak, sebab bagi Kapten Laut Samadikun, Belanda jelas-jelas pihak yang harus menyerahkan diri karena berada diwilayah Republik Indonesia.
Karena permintaan Belanda tidak dituruti Kapal perang Belanda yang bernama HMS Kortenaer kemudian menembakan meriam ke Arah Kapal Indonesia. Akan tetapi dengan sigap Kapten Laut Samadikun memerintahkan empat Kapal yang menyertaniya untuk menyelamatkan diri, sementara ia bersama KRI Gajah Mada menyongsong Kapal perang HMS Kortenaer.
Tembak menembak diantara keduanya kemudian tak terelakkan. Hingga beberapa lama kemudian KRI Gajah Mada ambruk tenggelam kedasar lautan karena terhantam oleh terpedo Kapal Perang Belanda. Kapten Laut Samdikun pun gugur dalam peristiwa ini. Meskipun demikian beliau sebagai Kapten Laut berhasil menyelamatkan ke empat kapal lainnya untuk menyelamatkan diri.
Atas keberanian Kapten Laut Samadikun itulah, dikemudian hari Negara menganugerahi Kapten Samdikun sebagai pahlawan Nasional Indonesia. Dan kini nama Samadikun diabadikan sebagai nama Jalan di Kota Cirebon.