Sejarah Desa Sukadana, Kec Tukdana Kab Indramayu
Sukadana adalah salah satu desa yang masuk pada wilayah Kecamatan Tukdana Kabupaten Indramayu, ditinju dari sisi kesejarahannya desa ini dipercayai didirikan pada tahun 1887 adapun kuwu pertamanya adalah Bapak Tawiyah Idris. Sebelum didirikanya Desa Sukadana, wilayah tersebut adalah wilayah pemukiman penduduk yang di huni oleh beberapa kepala keluarga.
Pada mulanya pemukiman awal penduduk desa Sukadana berada di suatu tempat yang kini dinamai Blok Dermaga Malang. Disitulah cikal bakal pemukiman penduduk yang pertama-tama ada di wilayah Desa Sukadana.
Penamaan Desa Sukadana
Menurut legenda setempat, di ambilnya nama Sukadana untuk menamai Desa baru yang didirikan itu, dikait-kaitkan dengan kisah seorang pengembara dari Desa Sukadan Sumber Cirebon yang bernama Sultan Nurwan. Menurut legendanya pengembara tersebut datang ke Sukadana dikarenakan mencari hewan peliharannya yang hilang.
Sultan Nurwan dikisahkan mempunyai binatang peliharaan berupa seekor Menjangan (Rusa), yang bernama Dugul, Menjangan tersebut dikisahkan sebagai hewan kesayanganya, oleh karena itu ketika Menjangan Kesayanganya itu kabur meninggalkan tempatnya, ia mencari dari satu tempat ke tempat lain hingga sampailah si Pengembara itu ke pemukiman penduduk yang dahulu belum bernama.
Merasa letih karena pencariannya tidak membuahkan hasil di pemukiman penduduk itu, ia ikut numpang istirahat, dan karena Sultan Nurwan ini dikisahkan sebagai seorang terpelajar akhirnya ia dikisahkan banyak memberikan pencerahan bagi penduduk setempat.
Berbulan-bulan Sultan Nurwan dikisahkan memberikan pembelajaran hidup kepada penduduk yang ia tumpangi, dari mulai bagaimana caranya bertani, sampai pada bagaimana caranya membuat suatu aturan atau pemerintahan dalam kelompok masyarakat. Masyarakat setempat pun kemudian mengagumi Sultan Nurwan, dan menyerap pelajaran-pelajaran yang diberikan.
Setelah lamanya waktu, Sultan Nurwan dikisahkan menemukan Menjangan peliharaanya disuatu tempat, akan tetapi ia meresa kecewa sebab menjangan kesayanganya itu kini telah mati terbunuh karena tertangkap oleh penduduk.
Merasa hewan kesanyanganya telah tiada, maka Sultan Nurwan pun kemudian pulang ke Cirebon, ke tempat asalnya, sebab baginya pencariannya telah usai, karena diketahui hewan kesayanganya kini telah meninggal.
Selepas kepergian Sultan Nurawan dari pemukiman yang ia tumpangi itu, rupa-rupanya pengajaran Sultan Nurawan yang diberikan kepada penduduk dapat diserap dengan baik oleh penduduk. Mereka akhirnya kemudian sepakat bahwa pemukiman yang mereka tinggali itu harus segera dibuat sistem pemerintahannya agar kehidupan sosial syarakat di pemukiman tersebut tertata dengan baik.
Berdasarkan musyawarah yang telah dilaksanakan, akhirnya diputuskan untuk mengangkat seseorang menjadi Kuwu dan menamai pemukiman yang belum bernama itu dengan nama Sukadana. Di ambilnya nama Sukadana sebagai nama desa yang baru didirikan itu sebagai penghormatan kepada Sultan Nurawan, karena memang ia dikisahkan berasal dari suatu desa yang bernama Sukadan.