Wirid Sunan Gunung Jati
Anda tentu bertanya-tanya, bagaimana sih wiridnya Sunan Gunung Jati..?, bisa kah kita mengamalkanya..?, atau sampai pada bisakah kita memproleh manfaat dari wiri-wirid tersebut..? Sesuatu hal yang bagus sebenarnya bagai siapapun itu apabila ingin dapat ini dapat itu melalui kegiatan wirid atau dzikir kepada Allah melalui cara-cara yang dilakukan oleh para Wali.
Sebelum membahas mengenai tata cara atau wiridnya Sunan Gunung Jati, maka yang perlu kita pahami adalah pengertian wirid, manfaat wirid dan wirid yang bagaimana yang dijalankan oleh Sunan Gunung Jati. Sehingga kita kemudian tidak terjerumus pada hal-hal yang tidak benar.
Pengrtian Wirid
Wirid (الوِرْدُ) secara bahasa bermaksud Dzikir atau mengingat. Adapun makna secara Istilah keumuman bermaksud mengingat Allah. Biarpun demikian ada sedikit perbdaan antara wirid dengan dizikir, jika dzikir dilaksanaakan kapanpun dan tanpa adanya aturan maka tidak demikian dengan wirid, wirid adalah kegiatan mengingat Allah melalui bacaan-bacaan tertentu yang dilaksanakan dengan aturan-aturan tertentu, seperti banyaknya bacaan yang harus dibaca, waktu pelaksanaan pembacaan dan lain sebagainya semuanya di atur dengan sistematis. Itulah yang dimaksud dengan wirid. Atau orang Jawa menamainya dengan sebuatan Wiridan.
Manfaat Wirid
Sebagai sebuah amalan Ibadah, wirid atau Dzikir yang beraturan ini tentunya mempunyai manfaat tertentu. Manfaat umumnya adalah membersihkan hati. Sebab tentunya bagi orang-orang yang melaksanakan Wirid secara konsisten dapat meningkatkan kecintaan pada Rabnya, kalau sudah cinta pada Allah, maka sudah barang tentu tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang Allah dan menjalankan apa yang diperintah Allah.
Manfaat wirid kemudian berkembang seiring banyaknya testimony atau pngakuan pengamal wirid, ada yang setelah mengamalkan wirid tertentu ternyata dapat memperlancar usaha, ada yang sukses melunasi hutang, ada juga yang mendapatkan rizki yang tak terduga-duga dan lain sebagainya.
Kemudian dari beberapa pengakuan pelaku wirid yang berbeda-beda tersebut ternyata menghasilkan kesimpulan yang mengerucut, bahwa wirid ini untuk memperlancar usaha, bahwa wirid itu untuk mempercepat meluniasi hutang dan lain sebagainya. Sehingga banyak orang yang memburu wirid-wirid tertentu untuk memenuhi kesumpekan dan kebutuhan hidupnya. Misalnya orang yang banyak hutangnya pada umumnya mencari wirid pelunas hutang, ia tidak peduli dengan wirid lain, mislnya pada wirid mempermudah jodoh. Ia tak peduli.
Yang perlu kita ingat adalah inti daripada Wirid itu adalah doa, maka sudah barang tentu manfaat dari wirid tersebut memang tergantung isi wiridnya atau isi doanya, kalau doanya untuk melunasi hutang maka efek dari pengkabulan doanya juga dibebaskan oleh Allah dari hutang. Dan seterusnya.
Wirid Sunan Gunung Jati
Untuk mengetahui wirid yang bagaimana yang dijalankan Sunan Gunung Jati, tentunya kita harus memahami dulu Islam yang seperti apa yang dianut oleh Sunan Gunung Jati. Dan dari penelusuran sejarah yang ada, yaitu sejarah mengenai guru-guru Sunan Gunung Jati, maupun peninggalan ajaran Islam di Cirebon yang hingga kini masih dijalankan di Keraton maupun pesantren-pesantren yang ada di Cirebon, dapatlah kita kemudian pahami bahwa Sunan Gunung Jati merupakan tokoh penyebar Islam atau Raja Cirebon yang berpaham Ahlusunah Waljamaah dengan Madhab Syafii.
Selain itu sebagaimana yang dikisahkan dalam Naskah Mertasinga, diketahui juga bahwa Sunan Gunung Jati juga merupakan seorang murid ulama Sufi atau Tariqat. Beliau dikisahkan Wali yang mempelajari Tariqat Anafsiyah pada salah satu ulama di Pasai (Aceh)[1].
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapatlah kemudian dipahami, wirid yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati adalah wirid yang sama dilakukan oleh faham ahusunah waljamaah khusunya madhab Syafii ataupun wirid yang bisa dijalankan oleh tareqat Annfsiyah.
Oeh karena itu apa bila ada orang-orang yang mengkaliam ia memiliki wirid tertentu akan tetapi ternyata kandungan Isi wiridnya bertentangan dengan faham Ahlusunah waljamaah dan tariqat Annafsiyah maupun Tariqat yang diakui oleh ahlu sunnah waljamaah maka dapat dipastikan Klaim itu adalah palsu. Maka dari itu apabila kita menginginkan amalan wirid yang benar, wiirdnya Sunan Gunung Jati, maka datangilah ulama-ulama yang berfaham Ahlusunah Waljamaah. Mengamalkan wirid itu perlu guru dan pembimbing, agar nantinya kita tidak salah jalan.
Catatan Kaki
[1] Info didapat dari Naskah Mertasinga pupuh VII.10-VII.15