Radin Mas Ayu, Puteri Kerajaan Kediri Yang Dikenang Rakyat Singapura
Radin atau Raden Mas Ayu adalah puteri Pangeran Agung. Ayahnya merupakan pewaris tahta Kerajaan Kediri, akan tetapi beliau memilih untuk meninggalkan Kediri berkelana menuju ke Temasik (Singapura). Di Temasik Pangeran Agung menikah dengan Puteri Raja Temasik.
Setelah perkawinan ayahnya dengan Puteri Raja Temasik ternyata bencana kemudian datang. Sebab ditangan ibu tirinya nasib Radin Mas Ayu menjadi pilu, kisah pilu Radin Mas Ayu inilah yang kemudian hingga kini masih dikenang oleh Rakyat Singapura. Dituturkan dari zaman ke zaman.
Baca Juga : Raja Kertajaya, Firaun Dari Kerajaan Kediri
Kisah pilu Radin Mas Ayu, Puteri dari Kerajaan Kediri yang wafat tragis ini dikisahkan dalam legenda rakyat Singapura, bahkan legenda ini telah dijadikan sebuah Filem di Singapura yang diproduksi pada tahun 1959. Berikut ini adalah kisah lengkap dari perjalanan hidup Radin Mas Ayu.
Latar Belakang Kedatangan Radin Mas Ayu Ke Singapura
Dikisahkan pada suatu hari Raja Kediri menobatkan adik kandungnya yang bernama Raden Kusumo Wijoyo sebagai pewaris tahta kerajaan dengan gelar Pangeran Agung. Dengan demikian maka jika seandainya Raja Kediri mangkat maka kelak yang menggantikanya sebagai Raja adalah adik kandungnya. Bukan anak keturunannya.
Pengukuhan Pangeran Agung sebagai peawris tahta kerajaan Kediri ini digelar dengan pesta besar-besaran, sementara pesta sukurnya digelar selama berhari-hari. Para penari dari seluruh Kediri dipilih untuk tampil menari di depan Raja, dan para pembesar Kerajaan Kediri.
Pada waktu itu, Pangeran Agung belum memiliki Istri, sebab belum ada satupun wanita yang sesuai dengan keinginan hatinya. Padahal wanita disekelilingnya mengharapkan jodoh dengannya, sebab selain sebagai calon Raja, ia juga dikenal sebagai seorang pria yang baik lagi tampan. Namun begitulah Pangeran Agung, sepertinya ia tak menghiraukan gadis-gadis disekelilingnya.
Tapi kemudian, sikap Pangeran Agung yang acuh terhadap wanita itu berubah seketika, ketika dalam penobatannya sebagai peawris tahta Kerajaan, didepannya tampil seorang penari yang menurutnya sangat cantik jelita, dengan gerakan yang lentur dan lues penari itu membuat kagum sang Pangeran. Pangeran Agung langsung jatuh cinta.
Penari cantik yang membuat Pangeran Agung jatuh cinta mendadak itu bernama Mas Ayu. Ia merupakan gadis desa yang baik budi pekertinya. Terkenal ramah dan bersahaja orangnya. Dan berwatak berbakti kepada Rajanya.
Setelah selesainya pentas tari yang dimainkan Mas Ayu, Pangeran Agung mengutus salah satu Prajuritnya untuk menyampaikan keinginanya untuk bertemu dengan Mas Ayu. Sang Prajurit dengan sigap kemudian melaksanakan titah Pangerannya. Sementara bagi Mas ayu, kabar ini anugerah yang tak terkira, sebab calon pewaris tahta kerajaan Kediri sudi mau menemui sorang penari.
Dalam pertemuan itu, Pangeran Agung mengutarakan isi hatinya kepada Mas Ayu, bahkan dengan gamblang ia berencana menikahinya. Mas Ayu dalam kesempatan itu tidak bisa berkata banyak, ia seperti tersambar petir, kaget, atau bahkan tak percaya. Tapi ia tak sanggup berbuat apa-apa. Ia pun menerima cinta sang Pangeran. Keduanyapun kemudian menikah.
Disisi lain, Penobatan Pangeran Agung sebagai pewaris tahta membuat Permaisuri Raja Kediri berkebaratan. Sebab Ia menghendaki anak-anaknya lah yang menjadi Raja Kediri selanjutnya. Bukan malah adik Raja yang menjadi pewaris tahta. Selain Permaisuri Kerajaan yang tidak suka dengan penobatan Pangeran Agung, rupanya ada lagi yang tidak suka dengan penobatan Pangeran Agung, yaitu Raden Manosekoro, ia merupakan Adik tiri dari Raja Kediri. Selain tak menyukai penobatan Pangeran Agung, rupanya diam-diam ia cemburu, karena Mas Ayu juga sangat ingin ia miliki.
Pada mulanya Pernikahan Pangeran Agung dengan Mas Ayu ditentang oleh Raja, sebab Mas Ayu bukan seorang bangsawan, namun Raja tampaknya kemudian luluh hatinya, mengingat adik kesayangannya itu mencintai Mas Ayu dengan sangat. Pernikahan Pangeran Agung dan Mas Ayu kemudian membuahkan hasil, sebab dari pernikahan keduanya telah lahir seorang anak perempuan yang juga cantik rupawan.
Meskipun Pangeran Agung dengan Mas Ayu hidup bahagia dan bahkan dikaruniai seorang puteri canitk. Tapi rupanya iri hati Permaisuri Raja dan Adik tirinya tak berkesudahan. Hingga akhirnya keduanya bersekutu dalam rencana Jahat. Keduanya berencana membunuh Mas Ayu, Dengan harapan Pangeran Agung kemudian menjadi manusia lemah hingga tak sanggup memikul jabatan sebagai pewaris tahta.
Ketika Pangeran Agung sedang dalaam berburu Kijang, Rencana jahat itu dilaksanakan. Raden Manosekoro mendatangi Kediaman Mas Ayu. Mas Ayu ditusuk dengan sebilah keris oleh Raden Manosekoro, setelah sebelumnya gagal di perkosa, sementara tempat kediamanya kemudian dibakar. Akan tetapi dalam kobaran api yang membara itu, rupanya Mas Ayu yang bersimbah darah karena tusukan keris kemudian bangkit menyelamatkan anaknya yang waktu itu masih bayi, keduanya kemudian keluar dari kediamanya menuju tempat yang aman.
Pangeran Agung bukan main kagetnya, sebab selepas ia pulang dari berburu rumahnya terbakar, ia pun bersama Patih Kerajaan Kediri kemudian mencari istri dan anaknya. Keduanya kemudian mendapati Mas Ayu bersimbah darah, sementara anaknya yang masih bayi tergeletak ditanah, dengan Nafas terakhir Mas Ayu menceritakan tentang siapa orang yang menusuknya. Tapi bersamaan dengan itu Mas Ayu kemudian berpesan kepada suaminya agar sudi merawat anak semata wayangnya itu dengan kasih sayang. Setelah menceritakan duduk persoalan, Mas ayu kemudian meninggal.
Mengetahui dalang pembunuhan adalah Permaisuri dan kakak tirinya, Pangeran Agung merasa bersedih hati, ia merasa di hianati oleh keluarga sendiri. Patih Kediri yang ikut bersedih mendengar pengakuan Mas Ayu sebelum meninggal itu, menawarkan diri untuk membunuh Permaisuri Kediri dan Raden Manosekoro. Akan tetapi Pangeran Agung menolak. Ia memilih untuk meninggalkan Kediri. Bahkan ia berjanji tidak akan menginjakan kakinya lagi di Kediri.
Bersama anaknya yang masih bayi itu, Pangeran Agung kemudian meninggalkan Kediri, berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya, hingga sampilah keduanya di Temasik. Di Temasik keduanya kemudian menetap dan menyamar menjadi rakyat biasa, menjadi seorang nelayan. Sementara anaknya yang masih bayi yang kebetulan belum mempunyai nama itu, dinamakan sesuai dengan nama ibunya yaitu Mas Ayu.
Pangeran Agung dan Mas Ayu Menjadi Anggota Keluarga Kerajaan Temasik
Bertahun-tahun setelah kepergian Pangeran Agung dari Kediri, rupanya Raja Kediri merasa bersedih hati dan merasa kehilangan atas kepergian adik kandung satu-satunya itu, ia memerintahkan Patih Kerajaan Kediri untuk mencari keberadaan pangeran dan memerintahkannya untuk membawanya pulang.
Lima belas tahun lamanya, Mas Ayu kini sudah menjadi seorang remaja yang cantik rupawan, kecantikannya mirip seperti ibundanya. Banyak laki-laki Temasik yang menaruh hati padanya. Ia pun dikisahkan pandai bernyanyi.
Sutu hari, Puteri Raja Kerajaan Temasik yang bernama Puti Khalija sedang bermain dan bernyanyi-nyanyi denga para dayangnya disebuah pantai, kebetulan waktu itu Mas Ayu ikut menyanyi, dianggap memengangu oleh Puteri Khalijah, ia memerintahkan adiknya Tengku Bagus untuk menangkap Mas Ayu.
Mas Ayu ditangkap, dipinggir pantai ia disiksa oleh prajurit Kerajaan yang diperintah langsung oleh anak Rajanya. Bersamaan dengan Itu rupanya rombongan Patih Kerajaan Kediri yang sedang mencari tuannya yang hilang melihat kejadian.
Merasa kasihan terhadap peremuan ramaja yang disiksa, salah satu Prajurit Kediri menasehati Prajurit Temasik agar jangan menyiksa seorang perempuan lemah. Nasihat ini tak digubris, bahkan bukannya diturut, Tengku Bagus malah menusuk prajurit Kediri hingga tewas.
Terang saja hal ini membuat marah Patih Kediri. Pertempuran antara tentara Kediri dan Temasik kemudian pecah. Tentara Kediri berhasil membunuh banyak tentara Temasik, sementara karena terdesak Tengku Bagus melarikan diri ke Istana.
Merasa tidak bersalah, Patih Kediri kemudian mengejar Tengku Bagus ke Istana, dan melakukan protes terhadap Raja Temasik karena telah membunuh anak buahnya dan menyiksa seorang gadis secara semena-mena.
Protes Patih Kediri itu kemudian ditanggapi oleh Raja Singapura dengan baik, ia pun kemudian mendatangkan wanita yang disiksa ke Istana bersama orang tuanya. Betapa kagetnya Patih Kediri, mendapati Puteri yang disiksa di pantai itu ternyata anak Pangeran Agung. Pewaris Kerajaan Kediri yang ia cari-cari selama ini.
Murka Patih Kediri kemudian memuncak, ia dengan lantang berbicara dihadapan Raja Temasik, bahwa Puteri yang disiksa itu merupakan anak dari Calon Raja Kediri. Merasa malau atas kelakukan anaknya. Raja Temasik pun kemudian minta maaf. Dan sebagai permintaan maaf yang tulus. Raja akhirnya memutuskan untuk menikahkan Pangeran Agung dengan Puteri Khalijah. Barulah setelah itu Pangeran Agung kemudian menikah dengan Puteri Khalijah. Kini Pangeran Agung menjadi Menantu Raja Singapura, sementara Mas Ayu kini menjadi anak Tiri Puteri Khalijah. Puteri Raja yang dahulu menyiksanya.
Kisah Pilu Radin Mas Ayu Dalam Istana Temasik
Setelah Ayahnya menikah dengan Puteri Khalijah, nasib buruk justru menimpa Mas Ayu. Puteri Khalijah hanya berlaku baik terhadap Mas Ayu ketika ada suaminya saja. Manakala suaminya pergi untuk melakukan tugas Negara. Mas Ayu diperlakukan seperti budak, disiksa. Siksaan demi siksaan saban hari diterima Mas Ayu dari ibu tirinya. Namun perlakukan buruk Puteri Khalijah terhadap Mas Ayu, ditutup rapat-rapat oleh Mas Ayu. Ia tidak menginginkan Ayahnya mengetahui keadaan pilunya itu. Ia takut ayahnya menjadi sedih dan murka.
Pernikahan Pangean Agung dan Puteri Khalijah kemudian melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Tengku Cik. Sang pangeran kecil ini rupanya meniru watak ayahnya yang baik hati, Tengku Cik menyangi Mas ayu. Kakak tirinya.
Tengku Cik yang masih kanak-kanak itu, sering melihat perlakuan buruk Ibunya terhadap Mas Ayu. Ia melihat dengan kepala sendiri bagaimana Mas Ayu, diseret, ditampar oleh ibunya karena kesalahan kecil.
Pada suatu hari, ketika Pangeran Agung baru saja pulang berlayar untuk tugas Negara, ia di rumah mendapati Mas Ayu penuh luka lebam, dan pingsan. Iapun kemudian menanyakan kepada Istrinya mengenai sebab kejadian yang dialami Mas Ayu. Istrinya dengan menjawab tidak tahu.
Tapi rupanya Teuku Cik yang masih kanak-kanak itu melaporkan perbuatan buruk Ibunya kepada Mas Ayu. Benar saja, Pangeran Agung Murka. Pangeran Agung kalap dan hendak menikam istrinya, tapi ternyata Tengku Cik menghalang-halangi ayahnya, sehingga keris itu menggores tangan Tengku Cik.
Atas kejadian itu, Putri Halijah berteriak, dan memfitnah Pangeran Agung, ia memfitnah Pangeran Agung dengan tuduhan hendak membunuh anaknya sendiri. Pangeran Agung kemudian dijebloskan ke Penjara, mengingat dalam pengadilan ia tidak melakukan pembelaan. Di Penjara Pangeran Agung rupanya diperlakukan tidak manusiawi atas perintah Puteri Khalijah dan Tengku bagus, ia tidak diperkenankan untuk makan dan minum.
Selepas ayahnya di Penjara Mas Ayu makin menderita, suatu hari ia berusaha diperkosa oleh Tengku Bagus, adik daripada Putri Halijah, kejadian tersebut diketahui oleh Pejaabat Kerajaan yang memergoki. Pejabat itupun kemudian melaporkan Kejadian memalukan itu kepada Rajanya.
Raja Temasik ini dikisahkan sebagai Raja yang bijak, akan tetapi tidak demikian dengan Putri dan Putranya, keduanya berperingai buruk. Merasa bersalah atas kelakuan anaknya, Raja Temasik kemudian meminta nasihat kepada pembesar dan ulama kerajaan seputar bagaimana cara menangani menutupi kelakukan buruk anaknya yang hendak memperokosa Mas Ayu. Solusi kemudian didapat. Tengku Bagus direncanakan akan dinikahkan dengan Mas Ayu.
Perkawinan Mas Ayu dan Tengku Bagus pun kemudian digelar, akan tetapi sebelum perkawinan rupanya Patih Kediri dengan bala tentaranya tiba di Temasik. Pada mulanya orang-orang Kediri itu senang melihat Puteri tuannya akan dinikahkan dengan Putera Mahkota. Akan tetapi kejanggalan kemudian muncul, sebab dalam pernikahan tersebut Pangeran Agung selaku wali nikah untuk anaknya tidak ada.
Sang Patih Kediri pun kemudian mempertanyakan keberadaan Pangeran Agung, seisi Istana Bungkam, dan atas petunjuk Tengku Cik, diketahui bahwa Pangeran Agung diperlakukan tidak manusiawi didalam penjara.
Patih Kediri Murka, kemudian bersama bala tentaranya Patih Kediri membebaskan Pangeran Agung dengan Paksa, Tapi malang setelah Pangeran Agung dilepaskan dari Penjara, ia ternyata sekarat, maka menagislah Mas Ayu, ia dengan sedih dan berteriak, menyuruh Ibu tirinya agar minta maaf atas kesalahanya karena memfitnah ayahnya, Puteri Khalijah bergeming, tak mau minta maaf. Dongan congkak ia menendang Mas Ayu yang pada saat itu sebenarnya dalam keadaan sakit karena sering mengalami siksaan. Mas Ayu wafat, tak lama setelah itu ayahnyapun wafat. Sementara tak lama setelah itu, entah kutuk atau apa, tiba-tiba petir menyambar Istana, Puteri Khalijah, Ibu tiri Mas Ayu hangus disambarnya. Iapun juga tewas pada waktu itu.
Mendapati Tuan dan Putrinya meninggal karena teraniyaya, Patih Kediri murka. Ia dan bala tentaranya mengamuk. Pertempuran antara kedua prajurit Kerajaan pun pecah. Seluruh Istana di obrak-abrik, sementara sang Raja kemudian sembunyi.
Perang antar kedua Prajurit kemudian pecah diluar Istana, tapi dengan rasa marah yang sangat, tentara Kediri kemudian berhasil mengalahkan seluruh tentara Temasik, Kota dapat dikuasai.
Sambil menyeret Tengku Bagus, yang waktu itu tertangkap, Patih Kediri berteriak-teriak agar Raja Temasik keluar dari persembunyian, sebab jika tidak keluar, maka Tengku Bagus selaku pewaris tahta Kerajaan Temasik akan dibunuh, dan seluruh Kota akan dibakar habis oleh tentara Kediri.
Lima menit kemudian, dari dalam Istana keluar, sosok yang tidak asing bagi Patih Kediri. Ia adalah anak Pangeran Agung. Tengku Cik, seorang anak kecil yang tampan lagi polos. Ia berkata “Paman…..kalau seluruh Temasik paman bakar, kalau seluruh orang paman bunuh, lalu tengku Cik hidup dengan siapa?”
Mendengar perkataan polos anak Tuannya itu, Patih Kediri hilang murkanya, ia memeluk dengan erat anak Tuannya itu. Sembari sedikit meneteskan air mata penyesalan.
Tidak berselang lama, Raja Temasik kemudian keluar dari Peresmbunyian. Selanjutnya di depan Raja Temasik dan Rakyatnya. Patih Kediri berkata. “Hai Kalian Raja Dan Rakyat Temasik, Kalian harus memakamkan Puteri Mas Ayu dan ayahnya dengan pemakaman kebesaran Kerajaan. Dan nanti bila tiba masanya Tengku Cik sudah besar kalian harus mengangkatnya sebagai Raja di Temasik”
Makam Radin Mas Ayu Di Singapura, Bercat Kuning Tanda Makam Kerabat Kerajaan |
Atas ultimatum dan perintah dari Patih Kediri, kemudian Raja Temasik menyanggupi permintaan itu. Jasad puteri Mas Ayu kemudian dikuburkan dengan penghormatan yang agung, sementara tahta Kerajaan Temasik kemudian diwariskan kepada Tengku Cik, anak daripada Pangeran Agung, Pangeran dari Kerajaan Kediri yang mengembara ke Temasik. Kisah Puteri Mas ini kemudian dikenang dan diceritakan rakyat temasik dari generasi ke generasi. Sebagai pengingat bahwa kekejaman melahirkan sebuah penderitaan.
Filem Radin Mas ayu Produksi Singapura 1959