Roro Mendut Wanita Penjual Rokok Abad Ke 17
Kisah Roro Mendut wanita penjual rokok abad Ke 17 dikisahkan dalam Naskah Babad Tanah Jawi, wanita ini dikisahkan menolak pinangan seorang Adipati, bukan itu saja bahkan ia pun menolak pinangan seorang panglima perang Kesultanan Mataram, ia lebih memilih untuk menikah dengan lelaki pujaannya, sebab baginya lebih baik hidup dengan kekasih hati walau merana daripada hidup bergelimang harta tapi menderita.
Penolakan Roro Mendut atas pinangan yang di ajukan oleh para pembesar Kerajaan itu kemudian berakibat pada murkanya sang Pembesar, pada mulanya Roro Mendut dihukum dengan dijatuhi hukuman bayar pajak, tapi tekad bulat Roro Mendut untuk menjadi perempuan merdeka rupanya berhasil, ia memampu melunasi seluruh pajak yang dibebankan kepadanya dengan jalan menjual Rokok.
Rokok yang dibuat Roro Mendut konon rasanya sanggup membuat daya hayal penikmatnya melayang. Dengan menjual Rokok racikannya itu malah kemudian ia menjadi salah satu perempuan terkaya di kampung halamannya. Tapi nasib baik belum berpihak padanya, sebab Roro Mendut kemudian tewas mengenaskan bersama kekasih hatinya.
Rokok yang dibuat Roro Mendut konon rasanya sanggup membuat daya hayal penikmatnya melayang. Dengan menjual Rokok racikannya itu malah kemudian ia menjadi salah satu perempuan terkaya di kampung halamannya. Tapi nasib baik belum berpihak padanya, sebab Roro Mendut kemudian tewas mengenaskan bersama kekasih hatinya.
Roro Mendut dikisahkan hidup ketika Sultan Agung berkuasa, yaitu pada tahun 1613-1645 Masehi, ia hidup diwilayah Keadipatian Pati, waktu itu Kaeadipatian Pati dipimpin oleh seorang Adipati bernama Adipati Pragola. Adipati ini dikisahkan tertarik akan kecantikan Roro Mendut lalu kemudian ia pun melamarnya, tapi sayang lamarannya ditolak mentah-mentah. Roro Mendut beralasan ia sudah memiliki calon Suami, kekasih hatinya itu bernama Prana Citra.
Selain menolak pinangan Adipati Pranagola, Roro mendut juga belakangan menolak lamaran Tumenggung Wiraguna, seorag Panglima Perang Kenamaan dari Kerajaan Mataram. Penolakan inilah yang kemudian membawa Roro Mendut kedalam jurang bahaya.
Karena murka pinangannya ditolak, Tumenggung Wiraguna memerintahkan Adipati Pragola untuk menjatuhi hukuman pajak bagi Roro Mendut dengan harapan Roro Mendut menyerah dan mau dinikahi karena tak sanggup membayar Pajak.
Tapi dengan kecerdikannya, rupanya Roro Mendut berhasil memenuhi hukuman untuk membayar Pajak, ia menjual Rokok yang di lem dengan jilatan lidahnya, penduduk kampung yang pada umunya terpesona akan kecantikan Roro Mendut berbondong-bondong membeli Rokok itu, meski harga per batang rokok kretek yang dijual Roro Mendut pada waktu itu terbilang mahal. Tapi begitulah laki-laki mata keranjang abad ke 17 menyukai hal-hal yang mampu membangkitkan daya hayal mereka.
Dengan menjual Rokok itu, Roro Mendut kemudian dikisahkan menjadi seorang wanita mandiri yang berkecukupan, ia pun berhasil melunasi seluruh hukaman pajak yang dijatuhkan padanya. Tapi Iri hati Tumenggung Wiraguna rupanya semakin memuncak. Sang Tumenggung kemudian menyusun Rencana untuk membunuh Prana Cita, kekasih hati Roro Mendut, sebab ia beranggapan Prana Cita lah yang menyebabkan Roro Mendut menolak pinangangannya.
Pada suatu hari kejadian buruk pun kemudian terjadi, Prana Cita kemudian ditikam berkali-kali dengan sebilah keris oleh Tumenggung Wiraguna dalam sebuah pertarungan, meskipun Prana Cita melawan dengan sekuat tenaga tapi ia bukan lawan sang Tumenggung. Dan rupanya pada saat pembunuhan itu berlangsung, Roro Mendut menyaksikan bagaimana kekasihnya ditikam, ia pun kemudian rela menjadi tameng, hingga akhirnya ia ikut tertusuk keris Tumenggung Wiraguna, Roro Mendut pun kemudian wafat bersama kekasihnya. Sementara Tumenggung Wiraguna yang congkok lagi sombong itu menang dalam penyesalan.