Kisah Raja Airlangga, Raja Kahuripan Pertama
Raja Airlangga pada mulanya adalah menantu Darmawangsa Raja terakhir Medang Kemulan dari dinasti Ishayana yang memerintah Jawa Timur.
Pada saat perkawinan antara Airlangga dan Putri Darmawangsa digelar terjadi serangan mendadak dari Kerajaan Wara-Wuri. Darmawangsa dan kerajaannya direbut dan dihancurkan musuh sementara Airlangga berhasil melarikan diri.
Bersama pengikut setianya Norattama Airlangga yang dalam pelarian itu kemudian menjadi seorang pertapa, ia menjadi pertapa selama 3 tahun yaitu dari 1016-1019 Masehi.
Raja Airlangga Kahuripan |
Selanjutnya ketika Airlangga bangkit dari pertapannya, ia kemudian mengumpulkan kembali para pejabat dan rakyat kerajaan mertuanya yang sempat tercerai berai, ia pun kemudian dinobatkan menjadi Raja Pengganti Darmawangsa oleh para pendeta Budha dan Hindu. Kerajaan yang didirikannya dikenal dengan nama Kerajaan Kahuripan.
Baca Juga: Kerajaan Kahuripan Terbelah Dua
Penobatan tersebut digelar pada tahun 1019 Masehi. Tidak lama setelah Airlangga berhasil menyelesaikan pertapaannya. Adapun gelar yang disandang oleh Airlangga adalah "Rakai Halu Sri Lokaswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa".
Pada mulanya wilayah kekuasaan Airlangga terbilang kecil, hanya meliputi daerah Surabaya dan Pasuruan sekarang. Akan tetapi dengan modal daerah sekecil itu, Airlangga dapat menegakan kembali kerajaan mertuanya. Sebab berbarengan dengan usahanya untuk membangkitkan kerajaannya itu terjadi peristiwa menghebohkan di Sriwijaya karena pada tahun 1023 dan 1030 Sriwijaya diserang Kerajaan dari Colomandala India. Sehingga kontrol Sriwijaya dan Wora-Wari di Jawa mengendor.
Mendapati Sriwijaya dalam kondisi terpuruk, Airlangga kemudian menikahi Putri Sriwijaya yaitu putri Sanggrama Wijaya. Atas perkawinan politik ini Airlangga kemudian mendapatkan kepastian keamanan dalam membangun kerajaannya.
Dari mulai tahun 1028-1035, Airlangga kemudian melakukan ekspansi militer dibekas wilayah kerajaan mertuanya yang sudah memerdekakan diri. Ia menaklukan Raja Bhismaprabawa pada tahun 1029, ia juga mebaklukan Raja Wijaya dari Wengker pada tahun 1031, ia juga kemudian menaklukan Raja Wora-Wari pada tahun 1032.
Pasca kekalahan Wora-Wari tuntas sudah dendam lama Airlangga. Sebab ia berhasil menaklukan kerajaan yang dahulu memporak porandakan kerajaan mertuanya.
Setelah dirasa tidak ada lagi yang menghalangi Airlangga dalam membangun negara, ia kemudian menyatukan kembali kerajaan mertuanya. Ia pun kemudian dikisahkan sukses besar dalam membangun negara.
Sukses pembangunan negara yang dilakukan Airlangga itu terbukti dari kabar pembangunan tanggul sungai Brantas di Waringin Sapta sehingga rakyat kembali sejahtera. Ia pun secara besar-besaran membangun Pelabuhan untuk perdagangan dan maritim di berbagai wilayah Kerajaannya, diantaranya pelabuhan Kembang Putih di Tuban.
Selain melakukan pembangunan besar-besaran Airlangga juga rupanya tidak lupa pada orang-orang yang setia membangun negara dari nol bersamanya, ia kemudian mengangkat Norattama menjadi Rakyan atau raja bawahan di Kanuruhan, sementara Nitti diangkat menjadi Rakyan Kuningan.
Adapun sebagai kenang-kenangan waktu Airlangga menjadi pertapa, ia membangun pertapaan di di Pucangan yaitu suatu daerah yang terletak di Penanggungan.
Atas jasanya dalam membangun tempat pertapaan ini, kelak Airlangga digelari Resi Gentayu.
Dimasa sepuhnya, Airlangga kemudian memilih kembali menjadi pertapa, akan tetapi sebelum ia memutuskan menjadi pertapa ia, membelah kerajaannya menjadi dua, tujuannya agar kedua putranya kelak tidak berebut kekuasaan. Pembagian kerajaan itu dilakukan dengan bantuan Mpu Bharada.
Kerajaan yang dibelah itu kemudian dinamai Jenggala (Singhasari) dengan Ibukotanya Kahuripan, dan Panjalu (Kediri) dengan Ibukotanya Daha.
Baca juga: Kerajaan Kediri, Para Raja Dan Sumber Sejarahnya
Baca juga: Kerajaan Kediri, Para Raja Dan Sumber Sejarahnya
Setelah berhasil membagi kerajaannya menjadi dua barulah kemudian Airlangga mengundurkan diri dari pemerintahan. Ia menjadi pertapa dengan menyandang gelarnya Resi Gentayu.
Airlangga wafat pada 1049 dan kemudian ia dicandikan, kini candi itu dikenal dengan nama candi Belahan, ia digambarkan sebagai Wisnu yang sedang naik garuda mukha.
Bagus, cukup ringkas dan jelas
BalasHapus