Ka'ab bin Al-Asyraf Musuh Nabi Yang Kebal Senjata
Ilmu Kebal sebenarnya bukan perkara baru, bukan pula ilmu yang ada dalam masyarakat Indonesia saja, di Arab pun demikian, ada juga yang memiliki ilmu kebal. Pada abad ke 7 masehi, tepatnya ketika Nabi Muhamad masih hidup, telah hidup seorang pembenci Nabi yang bernama Ka'ab bin Al-Asyraf.
Ka’ab dikisahkan sebagai sorang pemuda gagah namun keblinger, ia sering menganggu kehidupan orang-orang Islam. Ia akhirnya menjadi target penculikan, ia diculik oleh orang-orang Islam yang sudah muak akan kelakukannya, tapi dalam sebuah pertarungan yang tidak seimbang, Ka’ab Al-Asyraf tidak mempan di tebas, ia kebal senjata, bahkan tebasan pedang yang diayunkan lawannya memantul ke penyerang, sehingga penyerang justru yang terkapar.
Kisah mengenai Ka'ab bin Al-Asyraf ini dikisahkan dalam kitab sejarah yang berjudul Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, selain itu kisah ini juga terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dan Muslim tepatnya pada hadits Bukhori no 4037 hadits Muslim no. 1801.
Syiarah Nabawiyah Ibnu Hisam menginfokan bahwa, selepas kemenangan orang-orang Islam Madinah dalam perang Badar, kabar mengenai kemenangan tersebut rupanya cepat menyebar, disebarkan dari mulut ke mulut.
Tentunya kabar kemenangan tersebut disatu sisi membanggakan kaum muslimin di Madinah, disatu sisi lainnya membuat muak pembenci nabi, salah satu yang merasa muak itu adalah Ka'ab bin Al-Asyraf seorang Yahudi Madinah.
Meskipun selepas perang badar merupakan masa genjatan senjata. Ka'ab bin Al-Asyraf justru berorator dan memprovokasi masa di Mekah untuk meratapi kematian kaumnya di Badar, bukan itu saja, ia juga memprovokasi masa untuk melecehkan kaum wanita Mekah yang suaminya mengikuti Nabi Muhamad di Madinah.
Pada waktu itu memang banyak istri-istri orang Islam yang tidak boleh meninggalkan Mekah, meskipun suami mereka hijrah ke Madinah. Para wanita Mekah yang suaminya jauh itu, pada kemudiannya mendapatkan perlakukan buruk, dari mulai mendapatkan hinaan melalui syair-syair yang dilantunkan wanita Qurays Mekah sampai pada mendapatkan perlakuan kasar.
Provokasi yang dilakukan Ka'ab bin Al-Asyraf yang mengakibatkan penderitaan pada wanita-wanita Islam di Mekah itu membuat Nabi Muhamad marah, dalam sebuah forum, Nabi menganjurkan agar kaum Muslimin memberikan pelajaran pada Ka'ab bin Al-Asyraf.
Gayung rupanya bersambut, Muhammad bin Maslamah, dari Bani Abdul Asyhal menawarkan untuk menghabisi Ka'ab bin Al-Asyraf. Nabi pun merestui, bersama 6 temanya, yaitu:
Duel tak seimbang diluar benteng Yahudi Madinah kemudian terjadi, sabetan demi sabetan senjata tajam yang diayunkan oleh orang-orang Islam rupanya tak punya efek apa-apa bagi Ka'ab bin Al-Asyraf, bahkan ajaibnya, sabetan itu justru memantul ke arah Al-Harts bin Aus sehingga ia terkapar.
Namun, Muhammad bin Maslamah rupanya punya cara lain, ia mengambil Blati puska yang terslip dalam pinggangnya, kuat dugaan blati itu mempunyai aura khusus, sebab dengan Belati itu dikisahkan ia mampu melukai bahkan menusk tubuh Ka'ab bin Al-Asyraf. Ilmu kebalnya musnah seketika.
Ka’ab kemudian meraung kesakitan karena ilmu kebalnya mendadak hilang , barulah setelah itu, sabetan pedang yang diayunkan oleh sahabat lain dapat menembus tubuhnya, Ka'ab bin Al-Asyraf kemudian tewas bersimbah darah.
Begitulah kisah Ka'ab bin Al-Asyraf musuh Nabi yang kebal senjata, setelah peristiwa itu, tidak ada lagi orang-orang Madinah dari kalangan Yahudi yang berani berani memprovokasi kaum muslimin, mereka seperti bungkam, mungkin fikirnya, Ka'ab bin Al-Asyraf yang kebal senjata saja terbunuh apalagi mereka.
Terjamah Teks Asli Dalam Syirah Ibnu Hisyam
Ka’ab dikisahkan sebagai sorang pemuda gagah namun keblinger, ia sering menganggu kehidupan orang-orang Islam. Ia akhirnya menjadi target penculikan, ia diculik oleh orang-orang Islam yang sudah muak akan kelakukannya, tapi dalam sebuah pertarungan yang tidak seimbang, Ka’ab Al-Asyraf tidak mempan di tebas, ia kebal senjata, bahkan tebasan pedang yang diayunkan lawannya memantul ke penyerang, sehingga penyerang justru yang terkapar.
Syiarah Nabawiyah Ibnu Hisam menginfokan bahwa, selepas kemenangan orang-orang Islam Madinah dalam perang Badar, kabar mengenai kemenangan tersebut rupanya cepat menyebar, disebarkan dari mulut ke mulut.
Tentunya kabar kemenangan tersebut disatu sisi membanggakan kaum muslimin di Madinah, disatu sisi lainnya membuat muak pembenci nabi, salah satu yang merasa muak itu adalah Ka'ab bin Al-Asyraf seorang Yahudi Madinah.
Meskipun selepas perang badar merupakan masa genjatan senjata. Ka'ab bin Al-Asyraf justru berorator dan memprovokasi masa di Mekah untuk meratapi kematian kaumnya di Badar, bukan itu saja, ia juga memprovokasi masa untuk melecehkan kaum wanita Mekah yang suaminya mengikuti Nabi Muhamad di Madinah.
Pada waktu itu memang banyak istri-istri orang Islam yang tidak boleh meninggalkan Mekah, meskipun suami mereka hijrah ke Madinah. Para wanita Mekah yang suaminya jauh itu, pada kemudiannya mendapatkan perlakukan buruk, dari mulai mendapatkan hinaan melalui syair-syair yang dilantunkan wanita Qurays Mekah sampai pada mendapatkan perlakuan kasar.
Provokasi yang dilakukan Ka'ab bin Al-Asyraf yang mengakibatkan penderitaan pada wanita-wanita Islam di Mekah itu membuat Nabi Muhamad marah, dalam sebuah forum, Nabi menganjurkan agar kaum Muslimin memberikan pelajaran pada Ka'ab bin Al-Asyraf.
Gayung rupanya bersambut, Muhammad bin Maslamah, dari Bani Abdul Asyhal menawarkan untuk menghabisi Ka'ab bin Al-Asyraf. Nabi pun merestui, bersama 6 temanya, yaitu:
- Silkan bin Salamah
- Abu Nailah
- Abdul Asyhal
- Abbad bin Bisyr
- A1 Harts bin Aus
- dan Abu Abs bin Jabr
Duel tak seimbang diluar benteng Yahudi Madinah kemudian terjadi, sabetan demi sabetan senjata tajam yang diayunkan oleh orang-orang Islam rupanya tak punya efek apa-apa bagi Ka'ab bin Al-Asyraf, bahkan ajaibnya, sabetan itu justru memantul ke arah Al-Harts bin Aus sehingga ia terkapar.
Namun, Muhammad bin Maslamah rupanya punya cara lain, ia mengambil Blati puska yang terslip dalam pinggangnya, kuat dugaan blati itu mempunyai aura khusus, sebab dengan Belati itu dikisahkan ia mampu melukai bahkan menusk tubuh Ka'ab bin Al-Asyraf. Ilmu kebalnya musnah seketika.
Ka’ab kemudian meraung kesakitan karena ilmu kebalnya mendadak hilang , barulah setelah itu, sabetan pedang yang diayunkan oleh sahabat lain dapat menembus tubuhnya, Ka'ab bin Al-Asyraf kemudian tewas bersimbah darah.
Begitulah kisah Ka'ab bin Al-Asyraf musuh Nabi yang kebal senjata, setelah peristiwa itu, tidak ada lagi orang-orang Madinah dari kalangan Yahudi yang berani berani memprovokasi kaum muslimin, mereka seperti bungkam, mungkin fikirnya, Ka'ab bin Al-Asyraf yang kebal senjata saja terbunuh apalagi mereka.
Terjamah Teks Asli Dalam Syirah Ibnu Hisyam
Terbunuhnya Ka'ab bin Al-Asyraf
Ibnu Ishaq berkata: Ketika orang-orang Quraisy ditimpa kekalahan telak di perang Badar, Zaid bin Haritsah berangkat ke kawasan lembah sedangkan Abdullah bin Rawahah di kirim ke dataran atas sebagai utusan yang dikirim Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam untuk memberi kabar gembira kepada kaum muslimin di Madinah tentang pertolongan yang Allah berikan dan terbunuhnya orangorang musyrikin.
Sebagaimana hal ini dikatakan kepadaku oleh Abdullah bin Al-Mughits bin Abu Burdah Adz-Dzafari, Abdullah bin Abu Bakr bin Muhammad bin Hazm, Ashim bin Umar bin Qatadah, dan Shalih bin Abu Umarah bin Sahl.
Mereka semua menceri- takan sebagian ucapannya kepadaku bahwa Ka'ab bin Al-Asyraf berasal dari Thayyi' yang berasal dari Bani Nabhan, sedangkan ibunya berasal dari Bani An-Nadhir.
Ka'ab bin Al-Asyraf berkata ketika mendengar kabar dari Zaid bin Haritsah dan Abdullah bin Rawahah: "Apakah berita ini benar? Benarkah Muhammad telah berhasil mengalahkan orang-orang yang disebutkan oleh kedua orang tersebut— yakni Abdullah bin Rawahah dan Zaid? Padahal mereka adalah orang-orang Arab yang termulia dan raja manusia? Demi Allah, bila Muhammad telah benar berhasil mengalahkan orang-orang tersebut, maka lebih baik aku mati saja."
Ibnu Ishaq berkata: Tatkala musuh Allah ini yakin tentang kebenaran berita yang dibawa kedua sahabat tersebut, ia beranjak dari Madinah menuju Makkah dan singgah di rumah Al-Muthalib bin Abu Wada'ah bin Dhubairah As-Shami yang beristrikan Atikah binti Abu Al-Ish bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf yang kemudian menjamu dan menghormatinya.
Ka'ab bin Al-Asyraf memprovokasi orang-orang Quraisy untuk menggempur Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dengan melantunkan untaian-untaian syair, dan menangisi penghuni sumur Badar, yaitu orang-orang Quraisy yang tewas di perang Badar. Setelah itu, Ka'ab bin Al-asyraf pulang ke Madinah dan menyanjung istri-istri kaum muslimin sehingga membuat mereka tidak nyaman karenanya.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda sebagaimana dikatakan kepadaku oleh Abdullah bin Al-Mughits bin Abu Burdah: "Siapa yang berani memberi pelajaran pada Ka'ab bin Al-Asyraf atas namaku?"
Muhammad bin Maslamah, dari Bani Abdul Asyhal berkata: "Wahai Rasullah, saya siap bertindak atas namamu!!. Aku akan habisi dial! Rasullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda, "Silahkan ambil tindakan, bila engkau sanggup melakukannya."
Muhammad bin Maslamah pulang ke rumah dan mengurung diri di dalamnya selama tiga hari tanpa makan dan minum, kecuali sekedarnya saja. Peristiwa ini dilaporkan kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, lalu beliau memanggilnya dan bersabda: "Kenapa engkau tidak makan dan minum?"
Muhammad bin Maslamah menjawab: "Wahai Rasulullah, aku telah mengucapkan perkataan kepadamu dan aku tidak tahu pasti apakah aku mampu menepatinya atau tidak?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada Muhammad bin Maslamah: "Sesungguhnya hal itu satu hal yang kau mesti engkau lakukan?"
Muhammad bin Maslamah berkata: "Wahai Rasulullah, kita harus mengatakan sesuatu padanya." Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Silahkan katakan apa yang terlintas untuk kalian katakan, karena itu bebas buat kalian lakukan."
Setelah itu terkumpullah sejumlah orang untuk membunuh Ka'ab bin Al-Asyraf. Mereka adalah Muhammad bin Maslamah, Silkan bin Salamah bin Waqasy -Abu Nailah-salah seorang dari Bani Abdul Asyhal dan saudara sesusuan dengan Ka'ab bin Al-Asyraf-, Abbad bin Bisyr bin Waqasy -dari Bani Abdul Asyhal-, A1 Harts bin Aus bin Muadz -dari Bani Abdul Asyhal-, dan Abu Abs bin Jabr - dari Bani Haritsah.
Sebelum mendatangi musuh Allah, Ka'ab bin Al-Asyraf, mereka mengutus Silkan bin Salamah menemui Ka'ab Bin Al-Asyraf. Silkan bin Salamah pun segera menemuinya. Silkan bin Salamah berbicara beberapa saat dengan Kaab bin Al-Asyraf, melantunkan syair-syair, dan berkata kepada Ka'ab bin Al- Asyraf: "Sungguh celaka engkau wahai Ka'ab bin Al-Asyraf, aku datang menemuimu karena sesuatu yang ingin aku utarakan kepadamu dan dengan harapan engkau merahasiakannya.
Ka'ab bin Al-Asyraf berkata: "Pasti akan saya rahasiakan itu." Silkan bin Salamah berkata: "Sungguh kedatangan orang ini (Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ) kepada kita adalah petaka di atas petaka, orang-orang Arab memusuhi kita karenanya dan menyerang kita bersama-sama bersatu memusuhi kita, mereka memutus jalur dan jalan-jalan hingga orang-orang kita menjadi sengsara, setiap jiwa menderita, kita dan orang-orang tanggungan kita juga mengalami beban derita."
Ka'ab bin Al-Asyraf berkata: "Aku anak Al-Asyraf, demi Allah, aku telah mengatakan padamu wahai Ibnu Salamah bahwa perkara ini akan berujung pada apa yang telah pernah aku katakan." Silkan bin Salamah berkata kepada Ka'ab bin Al-asyraf: "Aku ingin engkau menjual makanan kepada kami dan untuk itu kami gadaikan sesuatu kepadamu buat penguat untukmu sebagai balasannya engkau berbuat baik dalam hal ini."
Ka'ab bin Al-Asyraf berkata: "Apakah engkau mau mengadaikan anak-anak kalian kepadaku?" Silkan bin Salamah berkata: "Tampaknva engkau hanya ingin menjelek-jelekkan kami. Sesungguhnya bersamaku ada teman-teman yang seide dan aku ingin datang menemuimu kembali bersama mereka kemudian engkau jual makanan kepada mereka, berbuat baik, dan kami gadaikan kepadamu senjata. Kami tidak akan melanggar janji." Silkan bin Salamah mengatakan itu padanya agar Ka'ab bin Al-Asyraf tidak menolak teman-temannya apabila mereka datang dengan menghunus pedang.
Kemudian Silkan bin Salamah menemui sahabat-sahabatnya, menceritakan keadaan Ka'ab Al-Asyraf dan meminta mereka untuk mengambil pedangnya masing-masing. Lalu merekapun berangkat untuk menghabisi Ka'ab bin Al-Asyraf, namun sebelum itu mereka berkumpul di tempat Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.
Ibnu Hisyam berkata: Ada yang mengatakan bahwa Ka'ab bin Al-Asyraf berkata: "Apakah kalian mau menggadaikan istri-istri kalian kepadaku?" Silkan bin Salamah berkata: "Bagaimana kami harus menggadaikan istri-istri kami, padahal engkau warga Yatsrib yang pintar memuji wanita dan paling gemar memakai parfum?"
Ka'ab bin Al-Asyraf berkata: Apakah kalian mau menggadaikan anak-anak kalian?" Ibnu Ishaq berkata: Tsaur bin Ziad berkata kepadaku dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma yang berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersama sahabat-sahabat tersebut berangkat ke Baqi' Al-Gharqad dan memberi arahan kepada mereka. Beliau bersabda: "Berangkatlah kalian dengan nama Allah. Ya Allah, tolonglah mereka."
Kemudian Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pulang ke rumah dan ketika itu malam sedang purnama. Sementara sahabat-sahabat tadi berjalan hingga sampai di benteng Ka'ab bin Al-Asyraf. Abu Nailah memanggil Ka'ab bin Al-Asyraf yang baru saja menikah. Ka'ab bin Al-Asyraf melompat namun istrinya memegang ujung selimutnya sambil berkata: "Engkau adalah seorang yang sudah terbiasa perang dan orang yang terbiasa perang tidak akan pernah terjun ke medan perang pada jam-jam seperti ini."
Ka'ab bin Al-Asyraf berkata: Dia Abu Nailah, Silkan bin Salamah. Jika dia dapatkan aku tidur, pasti tidak akan membangunkanku." Istri Ka'ab bin Al-Asyraf berkata: "Sesungguhnya aku mengerti ada keburukan pada suaranya." Ka'ab bin Al-Asyraf berkata: "Seorang pemuda ditantang untuk bertarung, pastilah ia tak akan mundur." Ka'ab bin Al-Asyraf menemui Silkan bin Salamah dan sahabat-sahabatnya, mereka terlibat pembicaraan dalam beberapa saat.
Sahabat-sahabat Silkan bin Salamah berkata: "Hai anak Al-Asyraf, maukah engkau berjalan ke Syi'ab al-Ajuz (luar Madinah) kemudian kita berbincang di sana di sisa-sisa malam kita ini?" Ka'ab bin Al-Asyraf berkata: "Jika kalian mau, mari silahkan saja!" Mereka pun keluar Madinah sambil jalan-jalan sesaat. Silkan bin Salamah berkata kepada Ka'ab bin Al-Asyraf: "Tidak pernah aku dapatkan parfum yang lebih wangi dari parfummu!"
Silkan bin Salamah berjalan sesaat dan malakukan seperti yang dia lakukan sebelumnya, kemudian berkata: "Hantamlah musuh Allah ini!" Sahabat-shabatnyapun memukuli Ka'ab bin Al-Asyraf dan pedang mereka menyerangnya secara bertubi-tubi, namun ternyata pedang-pedang itu tidak mempan untuk melukainya.
Muhammad bin Maslamah berkata: "Tatkala aku dapatkan pedang sahabat-sahabatku tidak mempan sedikit pun untuk melukai Ka'ab bin Asyraf, aku ingat belati kecil di pedangku dan akupun mengambilnya. Musuh Allah, Ka'ab bin Al-Asyraf, berteriak dengan teriakan yang melengking sehingga tidak ada satu benteng di sekitar kami yang tidak menyalakan api, kemudian aku menusukkan tombak kecilku kebagian antara pusar dan kemaluannya dan menancapkannya hingga mengenai kemaluannya. Musuh Allah Ka'ab bin Al-Asyraf, jatuh tersungkur ke tanah. Al- Harits bin Aus bin Muadz, sahabatku terluka di kepala atau kakinya karena terkena tebasan pedang salah seorang di antara kami sendiri.
Setelah itu, kami pulang melewati perkampungan Bani Umayyah bin Zaid, kemudian melewati perkampungan Bani Quraizhah, lalu melewati Buats hingga kemudian mendaki tanah berbatu hitam Al-Uraidhah. Al-Harits bin Aus tertinggal oleh kami karena kucuran darahnya. Kami berhenti sejenak menunggunya dan tidak lama berselang, ia datang menyusul kami. Kami membopong Al-Harits bin Aus dan membawanya kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di akhir malam.
Rasulullah ketika itu sedang shalat qiyamul lail. Kami ucapkan salam kepada beliau, kemudian beliau keluar menemui kami. Kami terangkan kronologi terbunuhnya musuh Allah, Ka'ab bin Al-Asyraf, dan terlukanya salah seorang dari kami, yakni Al-Harits bin Aus. Rasulullah menjampi luka sahabat itu lalu kami masing-masing pulang ke rumah. Keesokan harinya orang-orang Yahudi ketakutan karena pembunuhan kami terhadap musuh Allah, Ka'ab bin Al-Asyraf. Maka sejak saat itu semua orang Yahudi tidak ada yang berani macam-macam lagi.
Posting Komentar untuk "Ka'ab bin Al-Asyraf Musuh Nabi Yang Kebal Senjata"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.