Kala Calon Raja Kutai Kartanegara Study Banding Ke Majapahit
Ketika Kutai dipimpin oleh Aji Batara Agung Paduka Nira yang bertahta pada 1325 hingga 1360, Baginda rupanya mengirimkan Putera Mahkotanya yang bernama Aji Maharaja Sultan beserta kakaknya yang bernama Maharaja Sakti untuk melakukan Study Banding ke Majapahit, keduanya bertujuan untuk belajar adat Jawa dan belajar ilmu ketata negaraan. Keduanya diterima oleh Raja dan Patih Majapahit dengan baik. Kisah ini termaktub dalam Naskah Salasilah Kutai bagian ke VIII.
Demikian kisahnya;
Setelah merasa bahwa pemerintahannya sudah cukup kuat dan agung, Maharaja Sultan dan Maharaja Sakti berniat pergi ke Majapahit untuk mempelajari adat-istiadat dan tata cara pemerintahan. Pada waktu itu kebetulan di Kerajaan Kutai Kartanegara sedang kedatangan tamu dari Muara Kaman, yaitu Maharaja Inderamulia. Maka disepakati mereka bertigalah yang akan pergi ke Majapahit.
Di Majapahit mereka diterima dengan penuh penghormatan dan persahabatan oleh Raja Brawijaya dan Patih Gajah Mada. Selang beberapa lama tinggal di Majapahit, pada suatu hari Maharaja Inderamulia tanpa memberi kabar kepada siapa pun pulang ke negerinya di Muara Kaman. Sebelum pulang ke Muara Kaman ia singgah di Kutai Kartanegara, mengatakan kepada Maharaja Darmawangsa dan Maharaja Surawangsa bahwa Maharaja Sultan dan Maharaja Sakti di Majapahit bukannya belajar adat melainkan bermain judi dan bersabung.
Sementara itu, Maharaja Sultan di Majapahit sepanjang hari diajari oleh Raja Majapahit berbagai adat-istiadat kebesaran raja-raja, tatakrama, tatacara pemerintahan, dan berbagai ajaran hidup untuk kelancaran roda pemerintahan di Kutai Kartanegara. Demikian pula halnya dengan Maharaja Sakti, sepanjang hari diajari oleh Mahapatih Gajah Mada tentang bagaimana caranya membantu raja dalam menjalankan roda pemerintahan, bagaimana menegakkan negara, menjalankan hukum dan adat-istiadat pembesar istana.
Setelah habis semua ilmu dan pelajaran dari Raja dan Patih Majapahit, maka pulanglah Maharaja Sultan dan Maharaja Sakti ke Kutai. Setiba di Kutai, Maharaja Sultan membangun kota dengan lawang yang dibawanya dari Majapahit. Selanjutiiya, ia pun menjalankan pemerintahaiinya sesuai dengan ajaran yang didapatinya di Majapahit.
Beberapa lama berselang, Maharaja Sultan dan keempatsaudaranya pada suatu malam bermimpi Dewa Puteri kembali ke alam kedewaan. Mimpi itu ternyata menjadi kenyataan. Pada keesokan harinya benar saja Dewa Puteri tidak ada. Tidak lama kemudian Maharaja Sultan menikah dengan Paduka Suri.
Baca Juga: Kerajaan Kutai, Masa Pendirian, Kejayaan, Keruntuhan Serta Silsilah Raja-rajanya
Adapun Translit dan Ringkasan Naskah yang terdapat dalam naskah "Salaislah Kutai" adalah sebagaimana gambar berikut:
Ilustrasi Foto: Raja Kutai (Kalimantan) Zaman Kolonial (Sultan Aji Muhammad Sulaiman dan pengiringnya) |
Demikian kisahnya;
Setelah merasa bahwa pemerintahannya sudah cukup kuat dan agung, Maharaja Sultan dan Maharaja Sakti berniat pergi ke Majapahit untuk mempelajari adat-istiadat dan tata cara pemerintahan. Pada waktu itu kebetulan di Kerajaan Kutai Kartanegara sedang kedatangan tamu dari Muara Kaman, yaitu Maharaja Inderamulia. Maka disepakati mereka bertigalah yang akan pergi ke Majapahit.
Di Majapahit mereka diterima dengan penuh penghormatan dan persahabatan oleh Raja Brawijaya dan Patih Gajah Mada. Selang beberapa lama tinggal di Majapahit, pada suatu hari Maharaja Inderamulia tanpa memberi kabar kepada siapa pun pulang ke negerinya di Muara Kaman. Sebelum pulang ke Muara Kaman ia singgah di Kutai Kartanegara, mengatakan kepada Maharaja Darmawangsa dan Maharaja Surawangsa bahwa Maharaja Sultan dan Maharaja Sakti di Majapahit bukannya belajar adat melainkan bermain judi dan bersabung.
Sementara itu, Maharaja Sultan di Majapahit sepanjang hari diajari oleh Raja Majapahit berbagai adat-istiadat kebesaran raja-raja, tatakrama, tatacara pemerintahan, dan berbagai ajaran hidup untuk kelancaran roda pemerintahan di Kutai Kartanegara. Demikian pula halnya dengan Maharaja Sakti, sepanjang hari diajari oleh Mahapatih Gajah Mada tentang bagaimana caranya membantu raja dalam menjalankan roda pemerintahan, bagaimana menegakkan negara, menjalankan hukum dan adat-istiadat pembesar istana.
Setelah habis semua ilmu dan pelajaran dari Raja dan Patih Majapahit, maka pulanglah Maharaja Sultan dan Maharaja Sakti ke Kutai. Setiba di Kutai, Maharaja Sultan membangun kota dengan lawang yang dibawanya dari Majapahit. Selanjutiiya, ia pun menjalankan pemerintahaiinya sesuai dengan ajaran yang didapatinya di Majapahit.
Beberapa lama berselang, Maharaja Sultan dan keempatsaudaranya pada suatu malam bermimpi Dewa Puteri kembali ke alam kedewaan. Mimpi itu ternyata menjadi kenyataan. Pada keesokan harinya benar saja Dewa Puteri tidak ada. Tidak lama kemudian Maharaja Sultan menikah dengan Paduka Suri.
Demikianlah kisah kedua Anak Raja Kutai yang melakukan Study Banding ke Majapahait. Dalam Naskah ini juga dikisahkan bahwa;
Ketika Aji Batara Agung Paduka Nira mangkat, ketujuh orang putranya bermusyawarah dan sepakat mengangkat Maharaja Sultan menjadi raja menggantikan ayahnya. Pertimbangannya adalah karena Maharaja Sultan memliki sifat-sifat yang sempurna untuk menjadi seorang pemimpin besar, sedangkan saudara-saudaranya menjadi menteri yang mendampinginya. Sebelum Maharaja Sultan naik takhta, Kerajaan Kutai menaklukkan tujuh negeri, yaitu Penyawangan, Sambuyutan, Sanga-Sanga, Pandansari, Kembang, Senawan, dan Dundang.Baca Juga: Kerajaan Kutai, Masa Pendirian, Kejayaan, Keruntuhan Serta Silsilah Raja-rajanya
Adapun Translit dan Ringkasan Naskah yang terdapat dalam naskah "Salaislah Kutai" adalah sebagaimana gambar berikut:
Posting Komentar untuk "Kala Calon Raja Kutai Kartanegara Study Banding Ke Majapahit"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.