Majapahit dalam Catatan Ma Huan Sang Jurutulis Cengho
Ma Huan merupakan penulis naskah Yingyai Shenglan, yatu suatu naskah yang didalamnya memuat tulisan perjalanan Cengho pada Abad ke 15, Ma Huan juga dikisahkan sebagai seorang Muslim yang turut serta dalam beberapa perjalanan Cengho, salah satunya ke Majapahit.
Ketika di Majapahit Ma Huan menggambarkan mengenai kebudayaan dan penduduk yang menetap di Ibu Kota Kerajaan itu didalam bukunya.
Berdasarkan catatan musafir Cina bernama Ma Huan dapat diketahui bahwa kehidupan masyarakat dan perekonomian Majapahit masa itu relatif maju. Dia berkunjung ke Majapahit dalam masa akhir pemerintahan Hayam Wuruk. Catatan Ma Huan menguraikan antara lain sebagai berikut:
Ma Huan memberitakan bahwa di kota-kota pelabuhan tersebut banyak orang Cina dan Arab menetap dan berdagang di kota-kota tersebut.
Para pedagang pribumi umumnya sangat kaya. Mereka suka membeli batu-batu perhiasan yang bermutu, seperti barang pecah belah dari porselin Cina dengan gambar bunga-bungaan berwarna hijau.
Mereka juga membeli minyak wangi, kain sutra dan katun yang berkualitas baik dengan motif hiasan ataupun yang polos. Pembayaran dilakukan dengan uang tembaga Majapahit dan uang tembaga Cina dari dinasti apapun Iaku di Kerajaan Majapahit.
Selanjutnya, laporan Ma Huan menyatakan bahwa ibukota Majapahit berpenduduk sekitar 200-300 keluarga. Suatu angka cukup besar untuk zaman itu. Penduduk telah memakai kain dan baju. Kaum lelaki berambut panjang yang diuraikan, sedangkan perempuannya bersanggul.
Setiap laki-Iaki, mulai dari yang berumur tiga tahun ke atas, baik orang berada atau orang kebanyakan, mengenakan keris dengan pegangannya yang diukir indah-indah dan terbuat dari emas, cuIa badak, atau gading.
Apabila bertengkar, mereka dengan cepat menyiapkan kerisnya. Pantangan bagi penduduk Jawa adalah memegang kepala orang lain karena merupakan penghinaan yang akan menimbulkan perkelahian berdarah.
Mereka duduk di rumahnya tidak menggunakan bangku, tidur tanpa memakai ranjang dan makan tanpa memakai sumpit. Baik laki-Iaki atau pun perempuan senang memakan sirih sepanjang hari. Jadi, kalau ada tamu yang datang disuguhkan bukannya teh, melainkan sirih dan pinang.
Atas titah raja, orang Majapahit juga senang mengadakan pertandingan dengan menggunakan tombak bambu. Tetapi, apabila ada yang meninggal karena tertusuk tombak bambu itu, si pemenang wajib memberikan uang kepada keluarga korban.
Namun, kalau bulan terang, terutama purnama, mereka senang bermain bersama dengan disertai nyanyian bergiliran antara kelompok-kelompok laki-Iaki dan perempuan.
Kesenian yang populer adalah bentuk cerita Wayang Beber, yaitu kisah wayang yang dilukiskan pada kain yang direntangkan (beber) oleh sang dalang dan menceritakan adegan-adegan yang digambarkan tersebut.
Demikianlah gambaran Ma Huan mengenai kondisi Majapahit, terutamanya Ibukota Majapahit menurut catatanya yang didasarkan pada penglihatanya langsung ketika berada di Majapahit ketika menyertai Cengho pada abad ke 15.
Daftar Pustaka.
[1]Munandar, Aris. 2008. Ibukota Majapahit Masa Jaya dan Pencapaian. Depok: Komunitas Bambu
Ketika di Majapahit Ma Huan menggambarkan mengenai kebudayaan dan penduduk yang menetap di Ibu Kota Kerajaan itu didalam bukunya.
Ilustrasi Kehidupan Di Kota Raja Majapahit |
"Di Majapahit udaranya terus menerus panas, seperti musim panas di kita (Cina), panen padi 2 kali setabun, padinya kecil-kecil, berasnya berwarna putih.
Di sana juga ada buah jarak dan karapodang (kuning), tetapi tidak ada tanaman gandum. Kerajaan itu menghasilkan kayu sepang, kayu cendana, intan, besi, buah pala, cabe merah panjang, tempurung penyu baik yang masih mentah ataupun yang sudah dimasak.
Burungnya aneh-aneh, ada yang sebesar ayam dengan aneka warna merah, hijau dan sebagainya. Beo yang semuanya dapat diajari berbicara seperti orang, kakatua, merak dan lainnya lagi.
Hewan yang mengagumkan adalah kijang dan kera putih, ternaknya adalah babi, kambing, sapi, kuda, ayam, itik, keledai dan angsa. Buah-buahannya adalah bermacam-macam pisang, kelapa, tebu, delima, manggis, langsap, semangka dan sebagainya. Bunga penting adalah teratai".Penduduk di pantai utara di kota-kota pelabuhan, seperti Gresik, Tuban, Surabaya, dan Canggu kebanyakan menjadi pedagang. Kota-kota pelabuhan tersebut banyak dikunjungi oleh pedagang asing yang berasal dari Arab, India, Asia Tenggara dan Cina.
Ma Huan memberitakan bahwa di kota-kota pelabuhan tersebut banyak orang Cina dan Arab menetap dan berdagang di kota-kota tersebut.
Para pedagang pribumi umumnya sangat kaya. Mereka suka membeli batu-batu perhiasan yang bermutu, seperti barang pecah belah dari porselin Cina dengan gambar bunga-bungaan berwarna hijau.
Mereka juga membeli minyak wangi, kain sutra dan katun yang berkualitas baik dengan motif hiasan ataupun yang polos. Pembayaran dilakukan dengan uang tembaga Majapahit dan uang tembaga Cina dari dinasti apapun Iaku di Kerajaan Majapahit.
Ilustrasi Gambaran Kegiatan Ekonomi di Majapahit |
Setiap laki-Iaki, mulai dari yang berumur tiga tahun ke atas, baik orang berada atau orang kebanyakan, mengenakan keris dengan pegangannya yang diukir indah-indah dan terbuat dari emas, cuIa badak, atau gading.
Apabila bertengkar, mereka dengan cepat menyiapkan kerisnya. Pantangan bagi penduduk Jawa adalah memegang kepala orang lain karena merupakan penghinaan yang akan menimbulkan perkelahian berdarah.
Mereka duduk di rumahnya tidak menggunakan bangku, tidur tanpa memakai ranjang dan makan tanpa memakai sumpit. Baik laki-Iaki atau pun perempuan senang memakan sirih sepanjang hari. Jadi, kalau ada tamu yang datang disuguhkan bukannya teh, melainkan sirih dan pinang.
Atas titah raja, orang Majapahit juga senang mengadakan pertandingan dengan menggunakan tombak bambu. Tetapi, apabila ada yang meninggal karena tertusuk tombak bambu itu, si pemenang wajib memberikan uang kepada keluarga korban.
Namun, kalau bulan terang, terutama purnama, mereka senang bermain bersama dengan disertai nyanyian bergiliran antara kelompok-kelompok laki-Iaki dan perempuan.
Kesenian yang populer adalah bentuk cerita Wayang Beber, yaitu kisah wayang yang dilukiskan pada kain yang direntangkan (beber) oleh sang dalang dan menceritakan adegan-adegan yang digambarkan tersebut.
Demikianlah gambaran Ma Huan mengenai kondisi Majapahit, terutamanya Ibukota Majapahit menurut catatanya yang didasarkan pada penglihatanya langsung ketika berada di Majapahit ketika menyertai Cengho pada abad ke 15.
Daftar Pustaka.
[1]Munandar, Aris. 2008. Ibukota Majapahit Masa Jaya dan Pencapaian. Depok: Komunitas Bambu
Adakah catatan mahuan yg lengkap beserta terjemahanya
BalasHapus