Beberapa Karya Tulis Tan Malaka
Tan Malaka sebagaimana yang sudah diketahui, termasuk penulis yang cukup produktif dalam menuangkan alam pikiranya. Berikut ini adalah karya-karya tulis Tan Malaka yang teruang dalm bentuk buku dan brosur yang sempat ia tulis selama hidupnya.
Materialisme-Dialektika Logika (Madilog). Tebal buku ini, 462 halaman, yang ditulis di Rajawati, dekat pabrik sepatu Kalibata, Cililitan, Jakarta dengan waktu yang dipakai lebih kurang 8 bulan, dari 15 Juli 1942 sampai 30 Maret 1943 (berhenti 15 hari), 720 jam. Jadi, menurut Tan Malaka, kira-kira 3 jam dalam sehari. Dalam seminggu empat hari ia pergunakan untuk menulis, yaitu dari pukul 6 sampai pukul 12. Setelah itu berjalan-jalan di Desa. Tiga kali seminggu ke perpustakaan di Gambir dengan berjalan kaki yang memakan waktu 4 jam.
Buku ini ditulisnya dengan tulisan tangan dengan hurup kecil supaya aman dari mata polisi dan tongkat kempetai Jepang. Tidak ada catatan bahan referensi, karena buku-bukunya terlantar cerai berai dan lapuk atau hilang di berbagai tempat atau Negara, walaupun demikian menjelang selesainya Madilog ditulis, ia menemukan beberapa buku tentang logika dalam bahasa Belanda, Inggris, Jerman dan Spanyol, sehingga ia hanya mengandalkan ingatan semata yang oleh Tan Malaka disebut dengan nama jembatan keledai (Ezelbruggetje).
Maksud penulisan Madilog menurut Tan Malaka, adalah :
Pertama sebagai cara berpikir. Bukanlah suatu Weltanschauung atau pandangan Dunia; walaupun menurutnya, hubungan antara cara berpikir dan pandangan Dunia atau filsafat adalah seperti tangga dengan rumah Rapat sekali. Dari cara orang berpikir, dapat diduga filsafatnya dan dari filsafatnya dapat diketahui dengan cara dan metode apa sehingga sampai ke filsafat itu.
Kedua, Madilog juga diharapkanya sebagai bacaan penghubung kepada filsafat proletar Barat, karena menurutnya otak proletar Indonesia tak bisa mencernakan paham yang berurat dan tumbuh pada masyarakat Barat yang berbeda sama sekali dengan masyarakat Indonesia dalam iklim, sejarah, keadaan jiwa dan cita-citanya.
Ketiga, untuk mengupas dan mengobati penyakit penjajahan, keterbelakangan dan kolonialisme, Tan Malaka menyajikan landasan pandangan yang beralaskan pada Materialisme, Dialektika dan Logika. yang dituangkanya dalam sebuah buku Madilog.
Dari sinilah kemudian, Tan Malaka memandang realitas lokal, nasional dan internasional dalam aneka lini kehidupan, termasuk di dalamnya keberadaan Agama yang ia masukan ke dalam kelompok kepercayaan.
Karya terbesar dari Tan Malaka ini di niatkanya sebagai upaya untuk merombak sistem berpikir bangsa Indonesia, dari pola berpikir yang penuh dengan mistik kepada satu cara berpikir yang rasional. Tanpa perombakan cara berpikir, sulit rasanya bangsa Indonesia untuk maju dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang merdeka dan sosialistik. Madilog sebagai konsep berpikir yang memadukan ketiga unsurnya, yaitu Materialisme, Dialektika dan Logika.
Dari Pendjara ke Pendjara, ditulis pada tahun 1946-1947 di Penjara Ponorogo, yang berisi tentang riwayat hidup (otobiografi). Ia menguraikan perjalananya dari suatu Negara ke Negara lain untuk menghindar dari kejaran agen-agen kolonial. Ia juga memaparkan pandangan tentang kepercayaan, filsafat dan tentang Negara.
Dari buku inilah kebanyakan para pemerhati mendapat gambaran kehidupan Tan Malaka yang revolusioner.
Gerpolek (Gerilya, Politik, Ekonomi). Ditulis di penjara Madiun 1948. Berisi tentang ajaranya dalam melakukan gerilya politik maupun ekonomi dan menjelaskan tentang cara bergerilya dalam politik dengan strategi militer, maupun dengan penguatan ekonomi dengan merebut seluruh kekayaan asing.
Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia), diterbitkan di Canton, April 1925. Berisi tentang uraianya akan kondisi Dunia, pertentangan dua sistem antara Kapitalisme dan Komunisme yang diyakininya akan dimenangkan oleh Komunisme. Dilanjutkan dengan situasi di Indonesia di mana penjajah Belanda melakukan penjajahan dengan biadab, namun Tan Malaka yakin suatu saat penjajah akan kalah apabila semua organisasi perjuangan yang ada terutama PKI, dapat menyusun tujuan revolusionernya.
Selain karyanya yang besar Tan Malaka juga banyak menulis beberapa brosur diantaranya:
Massa Aksi, ditulis di Singapura tahun 1926. Secara umum brosur ini berisi tuntutan bagaimana melakukan sebuah revolusi di Indonesia. Sebuah revolusi terutama di Jawa dan Sumatera adalah sesuatu yang tak dapat dihindarkan, baginya tidak ada sikap yang netral, yang ada adalah berpihak pada penjajah Belanda atau rakyat terjajah Indonesia. Dari sini kemudian baru Tan Malaka beralih pada bagaimana menjalankan revolusi yang benar, tidak bisa dicapai oleh pemberontakan atau kudeta secara anarkis.
SI Semarang dan Onderwijs. Ditulis di Semarang tahun 1921 pada saat Tan Malaka berusaha merumuskan tujuan pendidikan dari sekolah Serikat Islam yang mulai dibangunnya (dikenal juga dengan sekolah Tan Malaka). Berisi pokok-pokok pikiran yang akan dikembangkan/diajarkan dalam sekolahnya.
Asia Bergabung (Gabungan Aslia). Ditulis tahun 1943, walaupun menurut Poeze hanya selesai separuh, Semangat Moeda, ditulis di Manila tahun 1926, namun oleh Tan Malaka dikatakan di Tokyo sebagai tempat penerbitanya.
Politik. Ditulis di Surabaya pada tanggal 24 November 1945 berisi tentang percakapan antara Godam (simbolisasi kaum buruh), Pacul (petani), Toke (pedagang), Den Mas (ningrat) Mr. Apal (wakil kaum intelektual). Menguraikan tentang bagaimana caranya merdeka, maksud dan tujuan kemerdekaan, serta bagaimana mengisi kemerdekaan itu dan yang tak kalah penting adalah Indonesia Merdeka harus berdasarkan sosialisme.
Rentjana Ekonomi, ditulis di Surabaya pada tanggal 28 November 1945 menguraikan tentang percakapan dengan simbolisasi yang sama seperti yang ada dalam tulisanya Politik. menerangkan tentang rencana pembangunan ekonomi, yang menurutnya ekonomi sosialislah yang dapat membawa kemakmuran bagi Indonesia kelak.
Moeslihat, ditulis di Surabaya pada tanggal 2 Desember 1945 Berisi tentang percakapan dengan simbolisasi yang sama seperti yang ada dalam Politik yaitu menguraikan tentang strategi dan taktik dalam perjuangan untuk membawa Indonesia ke arah kemerdekaan.
Manifesto PARI (Manifesto Jakarta), ditulis di Jakarta tahun 1945. Menguraikan tentang pertentangan sistem yang ada di Dunia, antara Kapitalisme dengan Komunisme yang menurutnya akan dimenangkan oleh komunisme serta penolakan atas percobaan pendirian Republik Indonesia yang kapitalis dan membatalkan semua upaya dari luar untuk menjajah kembali Indonesia dengan cara apa pun.
Thesis, ditulis tahun 1946 di Lawu. Berisi tentang ajarannya mengenai pembentukan Negara sosialistis. Uraian tentang perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia seratus persen. Juga pembelaannya terhadap tuduhan Trotskys yang selalu dituduhkan kepadanya, berkenaan dengan pemberontakan PKI 1926 yang gagal dan oleh pihak PKI kegagalan itu selalu dialamatkan kepada Tan Malaka sebagai orang yang menyabotnya.
Koehandel Di Kaliurang, ditulis tanggal 16 April 1948 dengan nama samaran Dasuki. Berisi tentang penolakan terhadap perjuangan diplomasi yang tidak berprinsip, yang dilakukan oleh pemerintah saat itu.Perjuangan lewat diplomasi hanya akan merugikan Indonesia dan menjual Indonesia kepada kaum kapital asing, oleh karena itu perundingan harus dibatalkan atau dihandel dan mempersiapkan kaum MURBA untuk berjuang.
Surat Kepada Partai Rakyat, ditulis 31 Juli 1948 di penjara Magelang sebagai sambutan tertulis dalam pembentukan Kongres Partai Rakyat tanggal 10-11-12 Agustus 1948 berisi tentang bagaimana mengorganisasikan Partai Rakyat agar menjadi partai yang memperhatikan dan memperjuangkan rakyat MURBA, Proklamasi 17-8-1945, Isi dan Pelaksanaannya.
Pidato, tertulis pada Kongres Rakyat Indonesia Desember 1948. Berisi tentang penolakan perundingan yang dilakukan Indonesia saat itu dan persiapan perang kemerdekaan dalam menghadapi agresi militer Belanda, Uraian Mendadak, merupakan salinan tertulis dari pidato yang diucapkan di depan Kongres peleburan tiga partai (Partai Rakyat, Partai Buruh, dan Partai Rakyat Jelata) menjadi Partai Murba. Berisi tentang reorganisasi partai dan uraian untuk tetap mempertahankan Republik Proklamasi 17 Agustus 1945.
Karya-karya tulis Tan Malaka meliputi semua bidang kemasyarakatan dan keNegaraan-politik, ekonomi, sosial, kebudayaan sampai kemiliteran, terlihat benang putih keilmiahan dan ke-Indonesia-an, serta benang merah orisinalitas, kemandirian, kekonsekuenan, dan konsistensi yang direnda jelas dalam gagasan-gagasan dan perjuangan implementasinya dalam rumusan konsepsional dan penjabaran operasionalnya.
Dari tulisan-tulisan itulah siapa pun kini bisa mengenal dan menyelami gagasan-gagasan Tan Malaka. Siapa pun bisa dengan leluasa membedah apa yang sesungguhnya yang menjadi pusat perhatian Tan Malaka. Dan mereka akan dengan mudah mendapatkan ciri khas gagasan-gagasanya, yaitu selalu berlandaskan cara berpikir ilmiah, berdasarkan ilmu bukti, mengutamakan Indonesia, memandang jauh ke depan, serta mandiri, konsekuen, dan konsisten. Barang kali karya pentingnya yang bisa mewakili semua itu adalah Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika).
Materialisme-Dialektika Logika (Madilog). Tebal buku ini, 462 halaman, yang ditulis di Rajawati, dekat pabrik sepatu Kalibata, Cililitan, Jakarta dengan waktu yang dipakai lebih kurang 8 bulan, dari 15 Juli 1942 sampai 30 Maret 1943 (berhenti 15 hari), 720 jam. Jadi, menurut Tan Malaka, kira-kira 3 jam dalam sehari. Dalam seminggu empat hari ia pergunakan untuk menulis, yaitu dari pukul 6 sampai pukul 12. Setelah itu berjalan-jalan di Desa. Tiga kali seminggu ke perpustakaan di Gambir dengan berjalan kaki yang memakan waktu 4 jam.
Buku ini ditulisnya dengan tulisan tangan dengan hurup kecil supaya aman dari mata polisi dan tongkat kempetai Jepang. Tidak ada catatan bahan referensi, karena buku-bukunya terlantar cerai berai dan lapuk atau hilang di berbagai tempat atau Negara, walaupun demikian menjelang selesainya Madilog ditulis, ia menemukan beberapa buku tentang logika dalam bahasa Belanda, Inggris, Jerman dan Spanyol, sehingga ia hanya mengandalkan ingatan semata yang oleh Tan Malaka disebut dengan nama jembatan keledai (Ezelbruggetje).
Maksud penulisan Madilog menurut Tan Malaka, adalah :
Pertama sebagai cara berpikir. Bukanlah suatu Weltanschauung atau pandangan Dunia; walaupun menurutnya, hubungan antara cara berpikir dan pandangan Dunia atau filsafat adalah seperti tangga dengan rumah Rapat sekali. Dari cara orang berpikir, dapat diduga filsafatnya dan dari filsafatnya dapat diketahui dengan cara dan metode apa sehingga sampai ke filsafat itu.
Kedua, Madilog juga diharapkanya sebagai bacaan penghubung kepada filsafat proletar Barat, karena menurutnya otak proletar Indonesia tak bisa mencernakan paham yang berurat dan tumbuh pada masyarakat Barat yang berbeda sama sekali dengan masyarakat Indonesia dalam iklim, sejarah, keadaan jiwa dan cita-citanya.
Ketiga, untuk mengupas dan mengobati penyakit penjajahan, keterbelakangan dan kolonialisme, Tan Malaka menyajikan landasan pandangan yang beralaskan pada Materialisme, Dialektika dan Logika. yang dituangkanya dalam sebuah buku Madilog.
Dari sinilah kemudian, Tan Malaka memandang realitas lokal, nasional dan internasional dalam aneka lini kehidupan, termasuk di dalamnya keberadaan Agama yang ia masukan ke dalam kelompok kepercayaan.
Karya terbesar dari Tan Malaka ini di niatkanya sebagai upaya untuk merombak sistem berpikir bangsa Indonesia, dari pola berpikir yang penuh dengan mistik kepada satu cara berpikir yang rasional. Tanpa perombakan cara berpikir, sulit rasanya bangsa Indonesia untuk maju dan mewujudkan masyarakat Indonesia yang merdeka dan sosialistik. Madilog sebagai konsep berpikir yang memadukan ketiga unsurnya, yaitu Materialisme, Dialektika dan Logika.
Dari Pendjara ke Pendjara, ditulis pada tahun 1946-1947 di Penjara Ponorogo, yang berisi tentang riwayat hidup (otobiografi). Ia menguraikan perjalananya dari suatu Negara ke Negara lain untuk menghindar dari kejaran agen-agen kolonial. Ia juga memaparkan pandangan tentang kepercayaan, filsafat dan tentang Negara.
Dari buku inilah kebanyakan para pemerhati mendapat gambaran kehidupan Tan Malaka yang revolusioner.
Gerpolek (Gerilya, Politik, Ekonomi). Ditulis di penjara Madiun 1948. Berisi tentang ajaranya dalam melakukan gerilya politik maupun ekonomi dan menjelaskan tentang cara bergerilya dalam politik dengan strategi militer, maupun dengan penguatan ekonomi dengan merebut seluruh kekayaan asing.
Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia), diterbitkan di Canton, April 1925. Berisi tentang uraianya akan kondisi Dunia, pertentangan dua sistem antara Kapitalisme dan Komunisme yang diyakininya akan dimenangkan oleh Komunisme. Dilanjutkan dengan situasi di Indonesia di mana penjajah Belanda melakukan penjajahan dengan biadab, namun Tan Malaka yakin suatu saat penjajah akan kalah apabila semua organisasi perjuangan yang ada terutama PKI, dapat menyusun tujuan revolusionernya.
Selain karyanya yang besar Tan Malaka juga banyak menulis beberapa brosur diantaranya:
Massa Aksi, ditulis di Singapura tahun 1926. Secara umum brosur ini berisi tuntutan bagaimana melakukan sebuah revolusi di Indonesia. Sebuah revolusi terutama di Jawa dan Sumatera adalah sesuatu yang tak dapat dihindarkan, baginya tidak ada sikap yang netral, yang ada adalah berpihak pada penjajah Belanda atau rakyat terjajah Indonesia. Dari sini kemudian baru Tan Malaka beralih pada bagaimana menjalankan revolusi yang benar, tidak bisa dicapai oleh pemberontakan atau kudeta secara anarkis.
SI Semarang dan Onderwijs. Ditulis di Semarang tahun 1921 pada saat Tan Malaka berusaha merumuskan tujuan pendidikan dari sekolah Serikat Islam yang mulai dibangunnya (dikenal juga dengan sekolah Tan Malaka). Berisi pokok-pokok pikiran yang akan dikembangkan/diajarkan dalam sekolahnya.
Asia Bergabung (Gabungan Aslia). Ditulis tahun 1943, walaupun menurut Poeze hanya selesai separuh, Semangat Moeda, ditulis di Manila tahun 1926, namun oleh Tan Malaka dikatakan di Tokyo sebagai tempat penerbitanya.
Politik. Ditulis di Surabaya pada tanggal 24 November 1945 berisi tentang percakapan antara Godam (simbolisasi kaum buruh), Pacul (petani), Toke (pedagang), Den Mas (ningrat) Mr. Apal (wakil kaum intelektual). Menguraikan tentang bagaimana caranya merdeka, maksud dan tujuan kemerdekaan, serta bagaimana mengisi kemerdekaan itu dan yang tak kalah penting adalah Indonesia Merdeka harus berdasarkan sosialisme.
Rentjana Ekonomi, ditulis di Surabaya pada tanggal 28 November 1945 menguraikan tentang percakapan dengan simbolisasi yang sama seperti yang ada dalam tulisanya Politik. menerangkan tentang rencana pembangunan ekonomi, yang menurutnya ekonomi sosialislah yang dapat membawa kemakmuran bagi Indonesia kelak.
Moeslihat, ditulis di Surabaya pada tanggal 2 Desember 1945 Berisi tentang percakapan dengan simbolisasi yang sama seperti yang ada dalam Politik yaitu menguraikan tentang strategi dan taktik dalam perjuangan untuk membawa Indonesia ke arah kemerdekaan.
Manifesto PARI (Manifesto Jakarta), ditulis di Jakarta tahun 1945. Menguraikan tentang pertentangan sistem yang ada di Dunia, antara Kapitalisme dengan Komunisme yang menurutnya akan dimenangkan oleh komunisme serta penolakan atas percobaan pendirian Republik Indonesia yang kapitalis dan membatalkan semua upaya dari luar untuk menjajah kembali Indonesia dengan cara apa pun.
Thesis, ditulis tahun 1946 di Lawu. Berisi tentang ajarannya mengenai pembentukan Negara sosialistis. Uraian tentang perjuangan mencapai kemerdekaan Indonesia seratus persen. Juga pembelaannya terhadap tuduhan Trotskys yang selalu dituduhkan kepadanya, berkenaan dengan pemberontakan PKI 1926 yang gagal dan oleh pihak PKI kegagalan itu selalu dialamatkan kepada Tan Malaka sebagai orang yang menyabotnya.
Koehandel Di Kaliurang, ditulis tanggal 16 April 1948 dengan nama samaran Dasuki. Berisi tentang penolakan terhadap perjuangan diplomasi yang tidak berprinsip, yang dilakukan oleh pemerintah saat itu.Perjuangan lewat diplomasi hanya akan merugikan Indonesia dan menjual Indonesia kepada kaum kapital asing, oleh karena itu perundingan harus dibatalkan atau dihandel dan mempersiapkan kaum MURBA untuk berjuang.
Surat Kepada Partai Rakyat, ditulis 31 Juli 1948 di penjara Magelang sebagai sambutan tertulis dalam pembentukan Kongres Partai Rakyat tanggal 10-11-12 Agustus 1948 berisi tentang bagaimana mengorganisasikan Partai Rakyat agar menjadi partai yang memperhatikan dan memperjuangkan rakyat MURBA, Proklamasi 17-8-1945, Isi dan Pelaksanaannya.
Pidato, tertulis pada Kongres Rakyat Indonesia Desember 1948. Berisi tentang penolakan perundingan yang dilakukan Indonesia saat itu dan persiapan perang kemerdekaan dalam menghadapi agresi militer Belanda, Uraian Mendadak, merupakan salinan tertulis dari pidato yang diucapkan di depan Kongres peleburan tiga partai (Partai Rakyat, Partai Buruh, dan Partai Rakyat Jelata) menjadi Partai Murba. Berisi tentang reorganisasi partai dan uraian untuk tetap mempertahankan Republik Proklamasi 17 Agustus 1945.
Karya-karya tulis Tan Malaka meliputi semua bidang kemasyarakatan dan keNegaraan-politik, ekonomi, sosial, kebudayaan sampai kemiliteran, terlihat benang putih keilmiahan dan ke-Indonesia-an, serta benang merah orisinalitas, kemandirian, kekonsekuenan, dan konsistensi yang direnda jelas dalam gagasan-gagasan dan perjuangan implementasinya dalam rumusan konsepsional dan penjabaran operasionalnya.
Dari tulisan-tulisan itulah siapa pun kini bisa mengenal dan menyelami gagasan-gagasan Tan Malaka. Siapa pun bisa dengan leluasa membedah apa yang sesungguhnya yang menjadi pusat perhatian Tan Malaka. Dan mereka akan dengan mudah mendapatkan ciri khas gagasan-gagasanya, yaitu selalu berlandaskan cara berpikir ilmiah, berdasarkan ilmu bukti, mengutamakan Indonesia, memandang jauh ke depan, serta mandiri, konsekuen, dan konsisten. Barang kali karya pentingnya yang bisa mewakili semua itu adalah Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika).
Posting Komentar untuk "Beberapa Karya Tulis Tan Malaka"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.