Perlawanan Anthony, Budak Dari Ambon Pada Nyonya Margarita Pessart
Tahun 1678 di Batavia masih banyak budak atau hamba sahaya yang diperjual belikan, para budak tersebut pada umumnya didatangkan dari berbagai wilayah di Nusantara salah satunya dari Kota Ambon Maluku. Anthony merupakan budak yang dibeli oleh keluarga Vicent van Mook seorang Jaksa di Batavia.
Van Mook tidak mempunyai masalah dengan Anthony, hubungan keduanyapun baik, akan tetapi tidak demikian dengan Margarita Pessart, Istri dari Van Mook itu memanfaatkan kelemahan dan keluguan Anthony, selain tenaganya diperas, Margarita Pessart juga memeras keluguan Anthony, ia dipaksa harus melayani nafsu badaniyah sang Nyonya besar. Jika tak becus dalam melayani sang Nyonya, umpatan bahkan tamparan mesti diterimanya.
Tak kuasa menghadapi sang nyonya besar yang dianggapnya mempunyai kelainan seksual, Anthony kemudian melarikan diri ke Banten. Tapi nasib buruk kemudian menimpanya, ia ditangkap dan diseret kembali ke Batavia. Tapi rupanya Anthony tidak tinggal diam, ia melakukan perlawanan.
Di Batavia ia kemudian diadili, dengan tuduhan melarikan diri dari Majikan serta melakukan pencurian, tapi dalam pengadilan yang tak adil itu, ternyata Anthony melakukan perlawanan.
Perlawanan seorang Budak dalam pengadilan pada tuannya ini tentu sesuatu yang luar biasa, sebab pada waktu itu Budak hanya bungkam menerima tuduhan apapun dari majikannya meskipun tuduhan yang dijatuhkan tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Perlawanan Anthony pada majikan Belandanya itu ceritanya kemudian menyebar kemana-mana.
Sebelum kaburnya Anthony dari rumah keluarga Van Mook yang membelinya, Anthony sebenarnya bekerja dengan baik dikeluarga itu, ia juga mempunyai seorang Istri atau lebih tepanya gundik yang juga seorang budak dari Benggali bernama Rachel.
Pada suatu hari, ketika Anthonya sedang rebahan dihalaman rumah Majikannya, ia dibangunkan oleh Margarita, Sang Nyonya rupanya mengagumi ketampanan Anthony, dengan alasan ingin curhat, Nyonya besar itu kemudian mengajak Anthony masuk ke kamar sang Nyonya. Anthony dipaksanya untuk menemaninya tidur.
Margarita sendiri merupakan seorang Belanda yang kesepian, sebab suaminya yang bekerja sebagai Jaksa itu sibuk dengan urusannya sendiri tanpa mempedulikan Margarita, oleh karena itu Margarita kemudian melampiaskan kesepiannya itu pada Anthony.
Setelah dimasukan kedalam kamar Majikannya, Antony seperti gemetaran, takut akan terjadi hal yang tidak-tidak, sebab bagaimana umumnya waktu itu, seorang budak yang beranai memasuki kamar istri tuannya bisa dihukum gantung, apalagi menidurinya.
Tapi Nyonya Margarita rupanya sudah kalap, ketika Anthony diperintahkan untuk menjamahnya, Anthony hanya mematung dan ketakutan, Anthony dibentank, bahkan kata-kata kotor keluar dari Margarita. Sang Nyonya bahkan mengancam, jika Anthony tidak mau melayaninya dalam hubungan badiniyah, maka ia akan membuangnya ke Tanjung Harapan. Sebaliknya jika ia mau melayani sang Nyonya, ia akan mendapatkan sirih, anggur dan sepuluh gobong emas.
Sejak saat itu, hubungan Badaniyah antara Margarita dan Anthony dilakukan berulang-ulang dikala sang Nyonya menginginkannya, bahkan Anthony harus memenuhi segala hasrat Margareta kapanpun ia mau, siang atau malam. Tapi was-was selalu menghantui Anthony, ia takut ditembak tuannya van Mook jika ketahuan.
Rasa was-was dan tidak nyaman yang dirasakan oleh Anthony membuatnya gundah, ia bahkan pernah mengutarakan rencana pembunuhan Margarita pada gundiknya, namun lagi-lagi ia merasa takut. Begitulah mental budak waktu itu, lemah dan tidak berdaya. Yang hanya mereka pikirkan adalah besok bisa hidup atau tidak, besok akan dibuang atau dijual tuanya atau tidak, begitulah fikir dari seorang Budak.
Suatu hari Van Mok muntah-muntah, seperti keracunan setelah memakan hidangan sarang burung yang disuguhkan Anthony, mendapati hal ini Anthony merasa was-was, ia takut Nyonya Margarita merencanakan pembunuhan Van Mook dengan menggunakan tangannya, ia kemudian memutuskan untuk melarikan diri ke Banten, ia melarikan diri ke wilayah Kesultanan Banten yang kala itu belum ditaklukan VOC dengan bekal ratusan gobong uang emas yang ia dapat dari hasil melayani nafsu Nyonya Margarita.
Van Mook tidak mempunyai masalah dengan Anthony, hubungan keduanyapun baik, akan tetapi tidak demikian dengan Margarita Pessart, Istri dari Van Mook itu memanfaatkan kelemahan dan keluguan Anthony, selain tenaganya diperas, Margarita Pessart juga memeras keluguan Anthony, ia dipaksa harus melayani nafsu badaniyah sang Nyonya besar. Jika tak becus dalam melayani sang Nyonya, umpatan bahkan tamparan mesti diterimanya.
Tak kuasa menghadapi sang nyonya besar yang dianggapnya mempunyai kelainan seksual, Anthony kemudian melarikan diri ke Banten. Tapi nasib buruk kemudian menimpanya, ia ditangkap dan diseret kembali ke Batavia. Tapi rupanya Anthony tidak tinggal diam, ia melakukan perlawanan.
Di Batavia ia kemudian diadili, dengan tuduhan melarikan diri dari Majikan serta melakukan pencurian, tapi dalam pengadilan yang tak adil itu, ternyata Anthony melakukan perlawanan.
Perlawanan seorang Budak dalam pengadilan pada tuannya ini tentu sesuatu yang luar biasa, sebab pada waktu itu Budak hanya bungkam menerima tuduhan apapun dari majikannya meskipun tuduhan yang dijatuhkan tidak sesuai dengan fakta yang sesungguhnya. Perlawanan Anthony pada majikan Belandanya itu ceritanya kemudian menyebar kemana-mana.
Sebelum kaburnya Anthony dari rumah keluarga Van Mook yang membelinya, Anthony sebenarnya bekerja dengan baik dikeluarga itu, ia juga mempunyai seorang Istri atau lebih tepanya gundik yang juga seorang budak dari Benggali bernama Rachel.
Pada suatu hari, ketika Anthonya sedang rebahan dihalaman rumah Majikannya, ia dibangunkan oleh Margarita, Sang Nyonya rupanya mengagumi ketampanan Anthony, dengan alasan ingin curhat, Nyonya besar itu kemudian mengajak Anthony masuk ke kamar sang Nyonya. Anthony dipaksanya untuk menemaninya tidur.
Margarita sendiri merupakan seorang Belanda yang kesepian, sebab suaminya yang bekerja sebagai Jaksa itu sibuk dengan urusannya sendiri tanpa mempedulikan Margarita, oleh karena itu Margarita kemudian melampiaskan kesepiannya itu pada Anthony.
Setelah dimasukan kedalam kamar Majikannya, Antony seperti gemetaran, takut akan terjadi hal yang tidak-tidak, sebab bagaimana umumnya waktu itu, seorang budak yang beranai memasuki kamar istri tuannya bisa dihukum gantung, apalagi menidurinya.
Tapi Nyonya Margarita rupanya sudah kalap, ketika Anthony diperintahkan untuk menjamahnya, Anthony hanya mematung dan ketakutan, Anthony dibentank, bahkan kata-kata kotor keluar dari Margarita. Sang Nyonya bahkan mengancam, jika Anthony tidak mau melayaninya dalam hubungan badiniyah, maka ia akan membuangnya ke Tanjung Harapan. Sebaliknya jika ia mau melayani sang Nyonya, ia akan mendapatkan sirih, anggur dan sepuluh gobong emas.
Sejak saat itu, hubungan Badaniyah antara Margarita dan Anthony dilakukan berulang-ulang dikala sang Nyonya menginginkannya, bahkan Anthony harus memenuhi segala hasrat Margareta kapanpun ia mau, siang atau malam. Tapi was-was selalu menghantui Anthony, ia takut ditembak tuannya van Mook jika ketahuan.
Rasa was-was dan tidak nyaman yang dirasakan oleh Anthony membuatnya gundah, ia bahkan pernah mengutarakan rencana pembunuhan Margarita pada gundiknya, namun lagi-lagi ia merasa takut. Begitulah mental budak waktu itu, lemah dan tidak berdaya. Yang hanya mereka pikirkan adalah besok bisa hidup atau tidak, besok akan dibuang atau dijual tuanya atau tidak, begitulah fikir dari seorang Budak.
Suatu hari Van Mok muntah-muntah, seperti keracunan setelah memakan hidangan sarang burung yang disuguhkan Anthony, mendapati hal ini Anthony merasa was-was, ia takut Nyonya Margarita merencanakan pembunuhan Van Mook dengan menggunakan tangannya, ia kemudian memutuskan untuk melarikan diri ke Banten, ia melarikan diri ke wilayah Kesultanan Banten yang kala itu belum ditaklukan VOC dengan bekal ratusan gobong uang emas yang ia dapat dari hasil melayani nafsu Nyonya Margarita.
Setelah sampai di Banten, Anthony kemudian memberikan Uang Gobong emas kepada Raja Wangsa Pati di Banten untuk meminta perlindungan, Raja Wangsa ini merupakan salah satu pejabat kesultanan Banten. Namun untuk memenuhi syarat-syarat perlindungan dari Banten, Anthonya harus menceritakan kronologis pelariannya ke Banten. Di Banten inilah kemudian kisah pemersan yang dilakukan oleh Margarita kepadanya dituliskan, sebagai bahan pembelaan.
Meskipun alasan Anthony sudah lengkap dan dituliskan oleh Raja Wangsa Pati, ia diharuskan memiliki seorang saksi, dan membuat surat pernyataan dari saksi, mendapati tuntutan harus adanya seorang saksi, kemudian Anthony berniat kembali ke Batavia mencari saksi, namun belum sampai menemukan saksi, ia kemudian di tangkap Belanda.
Van Mook kemudian memenjarakan Anthony, ia dipenjara di daerah pembuatan garam. Van Mook yang sebagai seorang Jaksa itu kemudian juga meminta Anthony di Introgasi.
Micahhel Slomons, seorang serdadu penjaga memaksa Anthony untuk buka mulut, serta harus mengakui segala keslahannya, karena telah melarikan diri dan dianggap melakukan pencurian dan rencana merancuni tuan Mook. Tapi Anthony menjawab lantang.
“ Baik, jika tuan mau mendengar kebenaran dari mulut saya, ambil tinta dan pena. Saya akan mengakui semuanya meski saya harus mati karenanya”.Begitulah akhir ceritanya, setelah pengakuan Anthony yang juga dituliskan dalam hasil Intrograsi Serdadu VOC Belanda itu dilaksanakan, tidak diketahui nasib Anthony selanjutnya, apakah ia dibunuh atau dibuang.
Daftar Pustaka
Sunjayadi. 2018. Tabu di Nusantara. Kompas: Jakarta. hlm 21-23.
Henk, Nemijer. 2005. Batavia enn KolonieeSamleving in de 17 deww. Balans: Amsterdam. hlm 297
Terharu
BalasHapus