Asal-Usul Nenek Moyang Orang Jawa
Setiap bangsa atau orang dalam suatu bangsa tentu mempunyai asal-usulnya tersendiri, begitupun dengan orang-orang yang mendiami pulau Jawa mereka juga mempunyai asal-sulnya sebelum kemudian menetap di pulau Jawa hingga kemudian dinamakan orang Jawa.
Menurut cerita rakyat, setidak-tidaknya lebih dari tiga kisah yang menceritakan asal-usul nenek moyang orang Jawa. Yaitu Keturunan Batara Wisnu, Keturunan Aji Keler dari Turki, dan Keturunan Aji Saka dari India, selain ketiganya sebebnarnya masih banyak pendapat yang lainnya, pendapat-pendapat tersebut pada umumnya dituturkan dalam naskah-naskah klasik dan dongengan rakyat.
Dalam naskah itu di Infokan bahwa, Batara Guru mempunyai wanita simpanan yang cantik bernama Putri Medang. Suatu ketika Batara Wisnu sedang berjalan-jalan ia rupanya melihat putri Medang itu, hingga kemudian ia mengambil dan menikahinya.
Setelah keduanya menikah, Batara WIsnu kemudian membabad tanah Jawa, dan untuk kemudian ia menjadi Raja pertama di Jawa. Mendapati Batara Wisnu menculik gadis simpananya, Batara Guru rupanya murka, ia kemudian menyuruh Shangyang Narada untuk mengambil alih Kerajaan Jawa yang diperintah oleh Batara Wisnu, selepas diambil alihnya Jawa oleh Shangyang Narada Batara Wisnu kemudian pergi dari Jawa, ia kemudian bertapa di tengah hutan, ia bertapa dibawah pohon beringin yang berjajar tujuh batang. Ia bertapa sendirian sebab Istrinya Putri Medang ditinggalkannya.
Kisah cerita di atas menginformasikan bahwa Batara Wisnulah yang dianggap merupakan nenek moyang orang Jawa menurut Babad Tanah Jawi, sebab ialah orang yang dianggap pertama-tama yang membangun Jawa, sehingga kemudian ia menjadi Raja disana.
Selain dikisahkan dalam Babad tanah Jawi yang dibuat abad ke 17 di Kesultanan Mataram itu, Kisah yang menyatakan bahwa Batara Wisnu merupakan nenek moyang orang Jawa juga dikisahkan dalam naskah “Tantu Pagelaran” Naskah ini merupakan Naskah abad ke 15 yang dibuat pada masa Majapahit. Dalam naskah ini dijelskan bahwa:
Waktu Itu Jawa belum berpenghuni, Batara Guru memerintahkan Batara Wisnu untuk mengisi Pulau Jawa dengan manusia, ia pun kemudian memindahkan gunung mahameru Ke Pulau Jawa yang waktu itu terombang ambing dilaut. Setelah Jawa stabil, karena telah dipasak oleh gunung Mahameru, Batara Guru kemudian melihat pulau Jawa banyak ditumbuhi pohon Jewawut, maka Batara Guru kemudian menamai pulau itu dengan nama Jewawut atau Jawa. Batara WIsnu kemudian mejadi Raja Pertama yang berkuasa di Jawa dengan nama Kandiawan.
Pada tahun 350 SM, Raja Rum (Turki), mengirimkan penduduk dari kerajaanya sebanyak 20.000 laki-laki dan 20.000 perempuan untuk menempati pulau tak berpenghuni. Rombongan orang turki sebanyak 40.000 orang itu dipimpin oleh Aji Keler. Pengiriman ini dikisahkan pengirimamn yang kedua kalinya, mengingat pengiriman yang pertama gagal.
Jawa pada masa itu dikisahkan pulau yang terkenal dengan nama Nusa Kandang. Pulau ini tak berpenghuni akan tetapi didalamnya ditutupi oleh pepohonan dan tanaman yang banyak jumlahnya, pohon yang banyak itu dinamakan pohon Jawi. Karena keseluruhan pulau itu ditumbuhi pepohonan Jawi, maka pulau itu kemudian dinamai dengan nama Jawi atau Jawa.
Sebanyak 40.000 orang Turki pimpinan Aji Keler itu kemudian banyak yang mati karena terkamaman binatang buas dan lain sebagainya, sehingga yang tersisa hanya 40 orang saja, mendapai hal tersebut, Raja Turki kemudian mengutus kembali rakyatnya untuk mendatangi Jawa, perpindahan penduduk Turki ke Jawa untuk yang ketiga kalinya, kala itu utusan Turki sudah dilengkapi alat persanjataan memadai untuk menghalau binatang buas, utusan yang ketiga kalinya inilah kemudian yang berhasil membangun Jawa, keturunan orang-orang turki inilah yang kemudian membangun peradaban di jawa, menyebar ke pelosok-pelosok Pulau Jawa.
Aji Saka di utus untuk menyelidiki pulau Jawa, kala itu ia mendarat di ujung timur Pulau Jawa, yang saat itu masih bernama Nusa Kendang. Pada saat itu Jawa sudah diperintah oleh seorang Raja yang bernama Dewata Cengkar, Raja ini kemudian dibunuhnya sementara kerajaannya diambil alih oleh Aji Saka.
Dewata Cengkar memiliki anak yang bernama Daniswara, sang anak menuntut balas pada Aji Saka, Kerajaan kembali berhasil direbut oleh anak Dewata Cengkar, sementara Ajisaka berhasil meloloskan diri, ia pun kemudian berhasil melarikan diri ke Astina.
Pada 125 Masehi Aji Saka kemudian kembali lagi Ke Jawa bersama rombongan orang-orang Budha, pada saat kembali lagi ke Jawa inilah Ajisaka kemudian berhasil menaklukan Daniswara dan menguasai Jawa.
Maka bersamaan dengan kembalinya Ajisaka menjadi Raja di Jawa maka dimulailah penaggalan tahun Jawa. Setelah tahun 125 Masehi penduduk Jawa kemudian berkembang pesat, sementara keturunan dari Ajisakan kemudian melahirkan bangsawan dan Raja-Raja di Jawa.
Menurut cerita rakyat, setidak-tidaknya lebih dari tiga kisah yang menceritakan asal-usul nenek moyang orang Jawa. Yaitu Keturunan Batara Wisnu, Keturunan Aji Keler dari Turki, dan Keturunan Aji Saka dari India, selain ketiganya sebebnarnya masih banyak pendapat yang lainnya, pendapat-pendapat tersebut pada umumnya dituturkan dalam naskah-naskah klasik dan dongengan rakyat.
Kisah Batara Wisnu Nenek Moyang Orang Jawa
Kisah mengenai Batara Wisnu sebagai seorang yang pertama membabad tanah Jawa untuk kemudian berkembang hingga menjadi suatu kerajaan dengan Batara Wisnu sendiri yang menjadi Rajanya dikisahkan dalam Babad tanah Jawi.Dalam naskah itu di Infokan bahwa, Batara Guru mempunyai wanita simpanan yang cantik bernama Putri Medang. Suatu ketika Batara Wisnu sedang berjalan-jalan ia rupanya melihat putri Medang itu, hingga kemudian ia mengambil dan menikahinya.
Setelah keduanya menikah, Batara WIsnu kemudian membabad tanah Jawa, dan untuk kemudian ia menjadi Raja pertama di Jawa. Mendapati Batara Wisnu menculik gadis simpananya, Batara Guru rupanya murka, ia kemudian menyuruh Shangyang Narada untuk mengambil alih Kerajaan Jawa yang diperintah oleh Batara Wisnu, selepas diambil alihnya Jawa oleh Shangyang Narada Batara Wisnu kemudian pergi dari Jawa, ia kemudian bertapa di tengah hutan, ia bertapa dibawah pohon beringin yang berjajar tujuh batang. Ia bertapa sendirian sebab Istrinya Putri Medang ditinggalkannya.
Kisah cerita di atas menginformasikan bahwa Batara Wisnulah yang dianggap merupakan nenek moyang orang Jawa menurut Babad Tanah Jawi, sebab ialah orang yang dianggap pertama-tama yang membangun Jawa, sehingga kemudian ia menjadi Raja disana.
Selain dikisahkan dalam Babad tanah Jawi yang dibuat abad ke 17 di Kesultanan Mataram itu, Kisah yang menyatakan bahwa Batara Wisnu merupakan nenek moyang orang Jawa juga dikisahkan dalam naskah “Tantu Pagelaran” Naskah ini merupakan Naskah abad ke 15 yang dibuat pada masa Majapahit. Dalam naskah ini dijelskan bahwa:
Waktu Itu Jawa belum berpenghuni, Batara Guru memerintahkan Batara Wisnu untuk mengisi Pulau Jawa dengan manusia, ia pun kemudian memindahkan gunung mahameru Ke Pulau Jawa yang waktu itu terombang ambing dilaut. Setelah Jawa stabil, karena telah dipasak oleh gunung Mahameru, Batara Guru kemudian melihat pulau Jawa banyak ditumbuhi pohon Jewawut, maka Batara Guru kemudian menamai pulau itu dengan nama Jewawut atau Jawa. Batara WIsnu kemudian mejadi Raja Pertama yang berkuasa di Jawa dengan nama Kandiawan.
Kisah Orang Turki Nenek Moyang Orang Jawa
Kisah mengenai asal-usul orang Jawa yang datang dari Negeri Rum (Turki) dikisahkan dalam Naskah Serat Keraton Malang. Dalam naskah ini dikisahkan bahwa asal-usul orang Jawa itu berasal dari Turki. Adapun kisahnya adalah sebagai berikut:Pada tahun 350 SM, Raja Rum (Turki), mengirimkan penduduk dari kerajaanya sebanyak 20.000 laki-laki dan 20.000 perempuan untuk menempati pulau tak berpenghuni. Rombongan orang turki sebanyak 40.000 orang itu dipimpin oleh Aji Keler. Pengiriman ini dikisahkan pengirimamn yang kedua kalinya, mengingat pengiriman yang pertama gagal.
Jawa pada masa itu dikisahkan pulau yang terkenal dengan nama Nusa Kandang. Pulau ini tak berpenghuni akan tetapi didalamnya ditutupi oleh pepohonan dan tanaman yang banyak jumlahnya, pohon yang banyak itu dinamakan pohon Jawi. Karena keseluruhan pulau itu ditumbuhi pepohonan Jawi, maka pulau itu kemudian dinamai dengan nama Jawi atau Jawa.
Sebanyak 40.000 orang Turki pimpinan Aji Keler itu kemudian banyak yang mati karena terkamaman binatang buas dan lain sebagainya, sehingga yang tersisa hanya 40 orang saja, mendapai hal tersebut, Raja Turki kemudian mengutus kembali rakyatnya untuk mendatangi Jawa, perpindahan penduduk Turki ke Jawa untuk yang ketiga kalinya, kala itu utusan Turki sudah dilengkapi alat persanjataan memadai untuk menghalau binatang buas, utusan yang ketiga kalinya inilah kemudian yang berhasil membangun Jawa, keturunan orang-orang turki inilah yang kemudian membangun peradaban di jawa, menyebar ke pelosok-pelosok Pulau Jawa.
Kisah Ajisaka Nenek Moyang Orang Jawa
Kisah Aji Saka yang dianggap sebagai nenek moyang orang Jawa diturkan dalam tradisi lisan dan naskah kuno. Dalam cerita versi ini dikisahkan bahwa pada tahun 78 Masehi ada seorang utusan dari Kerajaan Astina, salah satu daerah di India yang kini dikenal dengan nama Gujarat. Utusan itu bernama Aji Saka.Aji Saka di utus untuk menyelidiki pulau Jawa, kala itu ia mendarat di ujung timur Pulau Jawa, yang saat itu masih bernama Nusa Kendang. Pada saat itu Jawa sudah diperintah oleh seorang Raja yang bernama Dewata Cengkar, Raja ini kemudian dibunuhnya sementara kerajaannya diambil alih oleh Aji Saka.
Dewata Cengkar memiliki anak yang bernama Daniswara, sang anak menuntut balas pada Aji Saka, Kerajaan kembali berhasil direbut oleh anak Dewata Cengkar, sementara Ajisaka berhasil meloloskan diri, ia pun kemudian berhasil melarikan diri ke Astina.
Pada 125 Masehi Aji Saka kemudian kembali lagi Ke Jawa bersama rombongan orang-orang Budha, pada saat kembali lagi ke Jawa inilah Ajisaka kemudian berhasil menaklukan Daniswara dan menguasai Jawa.
Maka bersamaan dengan kembalinya Ajisaka menjadi Raja di Jawa maka dimulailah penaggalan tahun Jawa. Setelah tahun 125 Masehi penduduk Jawa kemudian berkembang pesat, sementara keturunan dari Ajisakan kemudian melahirkan bangsawan dan Raja-Raja di Jawa.
Subhanalloh semua datangnya dr Alloh apapun yg diyakini orang tetep benar..karena itu bagian dari sekenario dr yg Alloh rencanakan dan Alloh memberi keleluasaan dg kalimat ini .Alloh menurut prasangka hambanya. Ok Subhaanallooh..
BalasHapus