Penghianatan Palembang Gunung dan Mula-Mula Terbentuknya Situ Sangiang
Di wilayah Kabupaten Majalengka terdapat sebuah danau yang disebut dengan Situ Sangiang, menurut legenda masyarakat setempat, bahwa situ sangiang pada mulanya adalah Istana Kerajaan Talaga, namun karena penghianatan Palembang Gunung terhadap kerajaan itu maka Istana itu kemudian amblas ke tanah kemudian berubah menjadi Situ Sangiang.
Dalam masyarakat Sunda, kata "Situ" sendiri mempunyai maksud “danau” situ di wilayah III Cirebon tidak hanya terdapat di Kab Majalengka saja, di Kab Cirebon pun terdapat Situ peninggalan masa lalu, salah satunya “Situ Patok” Sementara kata “Sangiang” sendiri ditafsirkan oleh penduduk sekitar Situ Sangiang dengan maksud “Menghilang”.
Dari tafsiran kata Sangiang yang berarti menghilang itulah kemudian muncul legenda bahwa Situ Sangiang adalah danau yang muncul selepas menghilangnya Istana Kerajaan Talaga, begitulah legendanya.
Menghilangnya Istana Kerajaan Talaga sehingga kemudian meuncul Situ Sangiang, dikisahkan ketika Talaga diperintah oleh Sunan Talaga Manggung. Raja Talaga ini mempunyai dua anak, satu anak laki-laki yang bernama Sunan Parung sementara satu laginya perempuan yang mempunyai nama Simbar Kencana.
Sunan Parung mempunyai kegemaran bertapa, sehingga ia jarang sekali di Istana, Sementara Simbar Kencana berjodoh dengan seorang Pangeran asal Palembang yang bernama Palembang Gunung, Suami Simbar kencana ini dikisahkan menduduki jabatan Patih di Kerajaan Talaga.
Kemakmuran Kerajaan talaga dibawah pemerintahan Sunan Talaga Manggung rupanya membuat Palembang Gunung menjadi iri, ia ingin menguasai kerajaan itu, ia berhasrat menjadi Raja menggantikan mertuanya.
Karena gelap mata ingin segera berkuasa, akhirnya Palembang Gunung merencanakan pembunuhan terhadap mertuanya, ia menyuruh seseorang bernama Centang Barang untuk membunuh mertuanya.
Pada suatu waktu Sunan Talaga Manggung hendak menuju jamban, beliau diintai oleh Centang Barang, kemudian dari tempat yang gelap Sunan Talaga Manggung ditombak olehnya, sang Raja dikisahkan terluka parah sebab tombak itu menancap terlalu dalam pada pinggangnya.
Setelah sukses menghujamkan tombak pada Sang Raja, Centang Barang kemudian melarikan diri, para Prajurit yang mengawal Raja pun kemudian hendak memburunya, tetapi sang prabu kemudian mencegah, dalam kondisi luka parah, Sang Raja kemudian mengutuk Centang Barang karena durhaka terhadap Raja dan Negaranya.
Kutukan Raja tersebut rupanya mujarab, Centang Barang dikisahkan gila, ia mati karena memakan dagingnya sendiri.
Sementra itu, mendapati laporan Mertuanya sekarat karena tertusuk tombak, Palembang Gunung berangkat menuju Istana untuk menengoknya, tetapi rupanya kejadian ajaib datang, Istana tiba-tiba hilang, dan berubah menjadi sebuah danau kelak danau tersebut kemudian dikenal dengan nama "Situ Sangiang Talaga".
Begitulah legenda awal mula munculnya Situ Sangiang di Majalengka Jawa Barat, dalam kisah selanjutnya kelak Palembang Gunung menjadi Raja sementara di Talaga dan membangun Istana baru, namun nasib tragis rupanya kemudian menimpa Pelembang Gunung, sebab ia mati mengenaskan.
Untuk membaca kisah selanjutnya silahkan anda baca dalam artikel kami yang berjudul “ Kisah Terbunuhnya Palembang Gunung Raja Sementara Kerajaan Talaga”
Dalam masyarakat Sunda, kata "Situ" sendiri mempunyai maksud “danau” situ di wilayah III Cirebon tidak hanya terdapat di Kab Majalengka saja, di Kab Cirebon pun terdapat Situ peninggalan masa lalu, salah satunya “Situ Patok” Sementara kata “Sangiang” sendiri ditafsirkan oleh penduduk sekitar Situ Sangiang dengan maksud “Menghilang”.
Dari tafsiran kata Sangiang yang berarti menghilang itulah kemudian muncul legenda bahwa Situ Sangiang adalah danau yang muncul selepas menghilangnya Istana Kerajaan Talaga, begitulah legendanya.
Menghilangnya Istana Kerajaan Talaga sehingga kemudian meuncul Situ Sangiang, dikisahkan ketika Talaga diperintah oleh Sunan Talaga Manggung. Raja Talaga ini mempunyai dua anak, satu anak laki-laki yang bernama Sunan Parung sementara satu laginya perempuan yang mempunyai nama Simbar Kencana.
Sunan Parung mempunyai kegemaran bertapa, sehingga ia jarang sekali di Istana, Sementara Simbar Kencana berjodoh dengan seorang Pangeran asal Palembang yang bernama Palembang Gunung, Suami Simbar kencana ini dikisahkan menduduki jabatan Patih di Kerajaan Talaga.
Kemakmuran Kerajaan talaga dibawah pemerintahan Sunan Talaga Manggung rupanya membuat Palembang Gunung menjadi iri, ia ingin menguasai kerajaan itu, ia berhasrat menjadi Raja menggantikan mertuanya.
Karena gelap mata ingin segera berkuasa, akhirnya Palembang Gunung merencanakan pembunuhan terhadap mertuanya, ia menyuruh seseorang bernama Centang Barang untuk membunuh mertuanya.
Pada suatu waktu Sunan Talaga Manggung hendak menuju jamban, beliau diintai oleh Centang Barang, kemudian dari tempat yang gelap Sunan Talaga Manggung ditombak olehnya, sang Raja dikisahkan terluka parah sebab tombak itu menancap terlalu dalam pada pinggangnya.
Setelah sukses menghujamkan tombak pada Sang Raja, Centang Barang kemudian melarikan diri, para Prajurit yang mengawal Raja pun kemudian hendak memburunya, tetapi sang prabu kemudian mencegah, dalam kondisi luka parah, Sang Raja kemudian mengutuk Centang Barang karena durhaka terhadap Raja dan Negaranya.
Kutukan Raja tersebut rupanya mujarab, Centang Barang dikisahkan gila, ia mati karena memakan dagingnya sendiri.
Sementra itu, mendapati laporan Mertuanya sekarat karena tertusuk tombak, Palembang Gunung berangkat menuju Istana untuk menengoknya, tetapi rupanya kejadian ajaib datang, Istana tiba-tiba hilang, dan berubah menjadi sebuah danau kelak danau tersebut kemudian dikenal dengan nama "Situ Sangiang Talaga".
Penampakan Situ (Danau) Sangiang Majalengka |
Untuk membaca kisah selanjutnya silahkan anda baca dalam artikel kami yang berjudul “ Kisah Terbunuhnya Palembang Gunung Raja Sementara Kerajaan Talaga”
Waktu tahunya tidak dituliskan
BalasHapus