Sejarah Terbentuknya Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu
Terbentuknya Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu di Indramayu pada mulanya membuat ketar-ketir orang-orang Budha dan Hindu di Indonesia, sebab nama agama mereka digunakan untuk menamai Suku bentukan Takamad Diningrat itu.
Layangan protes dari kedua agama itu pernah juga di kirimkan, namun ketika mereka berdiskusi dengan komunitas yang menamakan dirinya sebagai Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu ternyata didapat kesimpulan bahwa nama Hindu-Budha yang digunakan komunitas itu tidak menmpunyai maksud dan kaitan dengan agama manapun termasuk agama Hindu dan Budha.
Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu didirikan oleh seorang pendekar Silat bernama “Takmad”, belakangan setelah ia sukses membentuk komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu dan banyak mendapatkan pengikut maka nama “Diningrat” ditambahkan dibelakang namanya, sehingga namanya menjadi “Takmad Diningrat”.
Ditinjau dari pendiriannya, pada mulanya komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu ini terbentuk pada 1973, dahulu namanya komunitas Silat Serbaguna, kemudian pada tahun 1975 komunitas ini juga ternyata selain mengajarkan Silat didalamnya diajarkan juga “Ilmu Ngaji Rasa” sehingga kemudian komunitas itu juga menamakan dirinya sebagai komunitas “Sejarah Alam Ngajirasa”.
Meskipun secara nama Silat Serbaguna berubah menjadi Sejarah Alam Ngajirasa, akan tetapi kedua nama tersebut masih dipergunakan komunitas, mengingat tidak ada istilah penggantian nama lama menjadi nama baru atau sebagainya. Silat Serbaguna sendiri tercatat sebagai anggota IPSI (Ikatan Pesilat Indonesaia) Sejak 1982, namun kemudian pada tahun 1992 diubah lagi menjadi perkumpulan silat “Jaka Utama”.
Dari pergerumulan pimpinan dan pengikut komunitas Sejarah Alam Ngajirasa itu kemudian muncul pemikiran-pemikiran dari para Pendiri dan penggedenya, termasuk dari Takmad Diningrat, hasil ngaji rasa selama bertahun-tahun dalam komunitas yang disebut Jaka Utama/Sejarah Alam Ngajirasa itu kemudian memunculkan filosofis baru yang kemudian dijadikan nama komunitas itu, filosofis baru itu kemudian dikenal dengan istilah “Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu” Istilah ini sebenarnya baru digunakan pada tahun 1996.
Menurut komunitas itu, kata “Suku” yang dimaksudkan dalam filosofis mereka adalah “Artinya kaki, pemaknaan tersebut diambil dari bahasa jawa yang mengandung makna bahwa setiap manusia berjalan dan berdiri diatas kaki masing -masing untuk mencapai tujuan sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing –masing”.
Kata “Dayak” yang dimaksudkan dalam filosofis mereka adalah “Kata Dayak berasal dari kata Ayak atau Ngayak (diambil dari bahasa Jawa) yang artinya memilih atau Menyaring. Makna kata “Dayak” disini adalah menyaring, memilah dan memilih mana yang benar dan mana yang salah", bukan merupakan suatu etnis.
Kata “Hindu” yang dimaksudkan dalam filosofis mereka adalah “Kata Hindu artinya dari bahasa jawa adalah “kandungan atau rahim. Filosofinya adalah bahwa setiap manusia dilahirkan dari kandungan sang ibu (perempua)”. Kata hindu ini bukan merupakan sebah agama yang dianut oleh kepercayaan maupun terdapat intisari dari agama Hindu yang dijadikan sebagai dasar ajaran dari kepercayaan ini”.
Kata “Budha” yang dimaksudkan dalam filosofis mereka adalah “kata Budha asal kata dari wuda (bahasa jawa) yang artinya telanjang. Makna filosofinya adalah bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang tidak menggunakan apa - apa”. Pemaknaan kata budha pula bukan berarti merupakan sebuah agama yang dianut komunitas ini.
Sementara kata “Bumi Segandu Indramayu” yang dimaksudkan dalam filosofis mereka adalah “Bumi mengandung makna wujud sedangkan Segandu bermakna sekujur badan. Gabungan kedua kata ini, yakni Bumi Segandu mengandung makna filosinya sebagai kekuatan hidup. Adapun indramayu, mengandung pengertian in makna adalah inti , Darma artinya orang tua , dan kata Ayu maknanya perempuan”.
Begitulah sejarah mengenai terbentuknya Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu. Pusat komunitas ini sendiri dipusatkan di di Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu.
Ciri Khas dari komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu dapat dilihat dari gaya berpakaiannya, mereka pada umumnya menggunakan celana hitam dan putih tradisonal ala petani tempo dulu, dengan tanpa mengenakan baju, sementara sekujur badannya biasanya dipenuhi gelang atau kalung yang terbuat dari kayu atau bambu hasil kerajinan mereka, kadang juga mereka memakai topi khas petani.
Baca Juga: Biografi Takmad Diningrat, Pendiri Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu
Layangan protes dari kedua agama itu pernah juga di kirimkan, namun ketika mereka berdiskusi dengan komunitas yang menamakan dirinya sebagai Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu ternyata didapat kesimpulan bahwa nama Hindu-Budha yang digunakan komunitas itu tidak menmpunyai maksud dan kaitan dengan agama manapun termasuk agama Hindu dan Budha.
Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu didirikan oleh seorang pendekar Silat bernama “Takmad”, belakangan setelah ia sukses membentuk komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu dan banyak mendapatkan pengikut maka nama “Diningrat” ditambahkan dibelakang namanya, sehingga namanya menjadi “Takmad Diningrat”.
Ditinjau dari pendiriannya, pada mulanya komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu ini terbentuk pada 1973, dahulu namanya komunitas Silat Serbaguna, kemudian pada tahun 1975 komunitas ini juga ternyata selain mengajarkan Silat didalamnya diajarkan juga “Ilmu Ngaji Rasa” sehingga kemudian komunitas itu juga menamakan dirinya sebagai komunitas “Sejarah Alam Ngajirasa”.
Meskipun secara nama Silat Serbaguna berubah menjadi Sejarah Alam Ngajirasa, akan tetapi kedua nama tersebut masih dipergunakan komunitas, mengingat tidak ada istilah penggantian nama lama menjadi nama baru atau sebagainya. Silat Serbaguna sendiri tercatat sebagai anggota IPSI (Ikatan Pesilat Indonesaia) Sejak 1982, namun kemudian pada tahun 1992 diubah lagi menjadi perkumpulan silat “Jaka Utama”.
Dari pergerumulan pimpinan dan pengikut komunitas Sejarah Alam Ngajirasa itu kemudian muncul pemikiran-pemikiran dari para Pendiri dan penggedenya, termasuk dari Takmad Diningrat, hasil ngaji rasa selama bertahun-tahun dalam komunitas yang disebut Jaka Utama/Sejarah Alam Ngajirasa itu kemudian memunculkan filosofis baru yang kemudian dijadikan nama komunitas itu, filosofis baru itu kemudian dikenal dengan istilah “Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu” Istilah ini sebenarnya baru digunakan pada tahun 1996.
Menurut komunitas itu, kata “Suku” yang dimaksudkan dalam filosofis mereka adalah “Artinya kaki, pemaknaan tersebut diambil dari bahasa jawa yang mengandung makna bahwa setiap manusia berjalan dan berdiri diatas kaki masing -masing untuk mencapai tujuan sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan masing –masing”.
Kata “Dayak” yang dimaksudkan dalam filosofis mereka adalah “Kata Dayak berasal dari kata Ayak atau Ngayak (diambil dari bahasa Jawa) yang artinya memilih atau Menyaring. Makna kata “Dayak” disini adalah menyaring, memilah dan memilih mana yang benar dan mana yang salah", bukan merupakan suatu etnis.
Kata “Hindu” yang dimaksudkan dalam filosofis mereka adalah “Kata Hindu artinya dari bahasa jawa adalah “kandungan atau rahim. Filosofinya adalah bahwa setiap manusia dilahirkan dari kandungan sang ibu (perempua)”. Kata hindu ini bukan merupakan sebah agama yang dianut oleh kepercayaan maupun terdapat intisari dari agama Hindu yang dijadikan sebagai dasar ajaran dari kepercayaan ini”.
Kata “Budha” yang dimaksudkan dalam filosofis mereka adalah “kata Budha asal kata dari wuda (bahasa jawa) yang artinya telanjang. Makna filosofinya adalah bahwa setiap manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang tidak menggunakan apa - apa”. Pemaknaan kata budha pula bukan berarti merupakan sebuah agama yang dianut komunitas ini.
Sementara kata “Bumi Segandu Indramayu” yang dimaksudkan dalam filosofis mereka adalah “Bumi mengandung makna wujud sedangkan Segandu bermakna sekujur badan. Gabungan kedua kata ini, yakni Bumi Segandu mengandung makna filosinya sebagai kekuatan hidup. Adapun indramayu, mengandung pengertian in makna adalah inti , Darma artinya orang tua , dan kata Ayu maknanya perempuan”.
Begitulah sejarah mengenai terbentuknya Komunitas Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu. Pusat komunitas ini sendiri dipusatkan di di Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu.
Ciri Khas Tampilan Komunitas Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu |
Baca Juga: Biografi Takmad Diningrat, Pendiri Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu
Posting Komentar untuk "Sejarah Terbentuknya Suku Dayak Hindu-Budha Bumi Segandu Indramayu"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.