Agama Cheng Ho
AGAMA CHENG HO- Agama memang selalui menyertai orang yang hidup sebab pada umumnya setiap orang memeluk agama tertentu, meskipun dalam kasus lain ada juga orang yang tidak beragama, dalam kaitannya dengan itu, maka dalam artikel ini akan dibahas mengenai agama Cheng Ho, seorang laksamana besar di zaman dinasti Ming.
Berdsarkan bukti-bukti sejarah yang bertebaran diketahui bahwa Cheng Ho adalah muslim yang taat, Ia giat memajukan penyebaran agama Islam baik di Tiongkok maupun di negara-negara asing.
Kegiatan yang penting-penting di bidang agama Islam yang melibatkan Cheng Ho antara lain sebagai berikut:
Berkat pendidikan dan pengaruh agama Islam, Cheng Ho tahu benar tentang ajaran agama Islam,
termasuk tentang bulan puasa, dan lain-lain. Salah satu contoh ialah pada tanggal 7 Desember 1411 sesudah ekspedisinya yang ke-3 Cheng Ho kembali ke kampung asalnya, Yunnan, untuk berziarah ke makam ayahnya. Hari itu bertepatan dengan 20 Sya’ban tahun 814 Hijriah.
Selanjutnya kira-kira 10 hari kemudian sampailah bulan Ramadhan, bulan puasa. Sesudah Idul Fitri Cheng Ho baru meninggalkan Yunnan.
Bukan suatu kebetulan Cheng Ho memilih bulan puasa untuk berada di kampungnya mengingat suasana agama Islam memuncak dalam bulan puasa. Dan Idul Fitri merupakan hari raya yang terbesar bagi kaum muslim. Selain itu, ayah Cheng Ho lahir dalam bulan Ramadhan (tanggal 14 Ramadhan tahun 740 Hijriah yaitu tanggal 12 Januari tahun 1345).
Beberapa sarjana Asia Tenggara menyatakan bahwa Cheng Ho juga telah menunaikan ibadah haji, meskipun hingga kini belum ditemukan catatan mengenai hal ini dalam buku-buku sejarah Cina, sama halnya dengan jasa Cheng Ho dalam penyebaran agama Islam di luar Cina yang tidak ditemukan sama sekali catatannya dalam buku-buku sejarah Cina.
Hal yang pasti ialah sebagai seorang muslim yang taat pada ajaran agamanya, Cheng Ho sangat berhasrat menunaikan rukun Islam kelima selama hayat masih dikandung badan, hal ini juga merupakan suatu usaha untuk mencontoh ayah dan kakeknya yang telah melaksanakan haji.
Seandainya Cheng Ho memang belum sempat melakukan ibadah haji, hal ini disebabkan kondisi pada saat itu tidak memungkinkan baginya untuk pergi ke Mekah, karena Cheng Ho memimpin lebih dari 20.000 awak kapal dalam setiap pelayaran jauh, yang sebagian besar bukan muslim, tetapi penganut Buddha dan Tao.
Ma Huan dan Guo Chongli pandai berbahasa Arab dan Persia, dan bekerja sebagai penerjemah. Karya Ma Huan Yi Ya Sheng Lan (Pemandangan Indah di Seberang Samudera) merupakan suatu catatan sejarah yang amat bernilai tentang perjalanan Cheng Ho ke negara-negara Asia-Afrika pada pertengahan pertama abad ke-15.
Bila dibandingkan dengan Xing Cha Sheng Lan (Menikmati Pemandangan Indah Dengan Rakit Sakti) karya Fei Xin yang turut pula dalam pelayaran-pelayaran Cheng Ho, ternyata jauh lebih banyak kegiatan Islam yang tercatat dalam karya Ma Huan tersebut. Hal tersebut merupakan sesuatu yang penting yang menunjukkan bahwa Ma Huan adalah seorang muslim, sedangkan
Fei Xin belum terdapat cukup bukti sejarah bahwa ia juga seorang muslim.
Hasan adalah ulama Masjid Qinging di kota Xian, Provinsi Shan Xi. Pada tahun 1413 dia diajak oleh Cheng Ho iktu dalam pelayarannya yang ke-4. Sebagai seorang ulama, Hasan memainkan peranan yang penting dalam mempererat hubungan persahabatan antara Cina dengan Negara-negara Asia-Afrika, khususnya Negara-negara Islam yang dikunjungi Cheng Ho. Di samping itu Hasan juga memimpin kegiatan-kegiatan agama Islam dalam rombongan Cheng Ho seperti
penguburan jenazah di laut, dan lain-lain.
Sha’ban adalah orang Calicut di Semenanjung India. Menurut beberapa sarjana Tionghoa, Sha’ban adalah seorang muslim dan turut juga dalam pelayaran Cheng Ho yang ke tujuh.
Selain itu, Pu Heri, pendiri tugu peringatan berkaitan dengan penziarahan Cheng Ho di Quanzhou pada Mei tahun 1417 adalah seorang muslim pula dan ikut dalam pelayaran Cheng Ho yang ke-3.
Di kalangan awak kapal armada Cheng Ho pun terdapat banyak orang muslim. Kapal-kapal Cheng Ho diisi dengan prajurit yang kebanyakan terdiri atas orang Islam.
Pada April tahun 1413 M, Cheng Ho mengajak ulama Hasan turut dalam pelayarannya. Ketika kapal-kapalnya berlayar ke laut, tiba-tiba angin menjadi kencang dan ombak menggelora sehingga kapal-kapal itu nyaris terbalik.
Ulama Hasan segera shalat dengan khusyuk. Berkat pertolongan Allah, kapal-kapal Cheng Ho berhasil diselamatkan. Sekektika itu juga, Cheng Ho bersumpah akan memugar masjid tempat ulama Hasan yang pada waktu itumemimpin kegiatan agama Islam. Masjid Qinging di Xian itu berhasil dipugar oleh Cheng Ho setelah kembali dari pelayarannya yang ke-4.
Selain itu terdapat pula sesuatu yang penting. Pada tahun 1430 sebelum pelayaran ke-7, Cheng Ho mengajukan permohonan tertulis kepada Kaisar Zhan Ji Dinasti Ming untuk membangun kembali masjid yang merupakan salah satu yang tertua di Tiongkok, di Jalan San San (sekarang bernama Jalan Jian Kang) kota Nanjing yang telah habis terbakar itu. Akhirnya permohonan Cheng Ho itupun dikabulkan oleh kaisar.
Demikianlah beberapa catatan sejarah mengenai agama Cheng Ho, dari catatan di atas dapatlah dimengerti bahwa dari kecil hingga kewafatannya Cheng Ho sepertinya tetap menjadi seorang Muslim. Meskipun ia menjabat sebagai laksamana, rupanya Kaisar Dinasti Ming menghormati agamanya, dan tidak pernah mempermasalahkan Agama tertentu.
Berdsarkan bukti-bukti sejarah yang bertebaran diketahui bahwa Cheng Ho adalah muslim yang taat, Ia giat memajukan penyebaran agama Islam baik di Tiongkok maupun di negara-negara asing.
Kegiatan yang penting-penting di bidang agama Islam yang melibatkan Cheng Ho antara lain sebagai berikut:
Lukisan Cheng HO |
Pendidikan Islam sejak masa kanak-kanak
heng Ho berasal dari keluarga haji dan mendapat pendidikan Islam sejak masa kanak-kanak. Ayah dan kakeknya pun muslim yang taat. Cheng Ho dibesarkan dalam suasana keagamaan Islam. Tambahan pula ia berasal dari suku bangsa Hui yang kebanyakan menganut agama Islam.Berkat pendidikan dan pengaruh agama Islam, Cheng Ho tahu benar tentang ajaran agama Islam,
termasuk tentang bulan puasa, dan lain-lain. Salah satu contoh ialah pada tanggal 7 Desember 1411 sesudah ekspedisinya yang ke-3 Cheng Ho kembali ke kampung asalnya, Yunnan, untuk berziarah ke makam ayahnya. Hari itu bertepatan dengan 20 Sya’ban tahun 814 Hijriah.
Selanjutnya kira-kira 10 hari kemudian sampailah bulan Ramadhan, bulan puasa. Sesudah Idul Fitri Cheng Ho baru meninggalkan Yunnan.
Bukan suatu kebetulan Cheng Ho memilih bulan puasa untuk berada di kampungnya mengingat suasana agama Islam memuncak dalam bulan puasa. Dan Idul Fitri merupakan hari raya yang terbesar bagi kaum muslim. Selain itu, ayah Cheng Ho lahir dalam bulan Ramadhan (tanggal 14 Ramadhan tahun 740 Hijriah yaitu tanggal 12 Januari tahun 1345).
Beberapa sarjana Asia Tenggara menyatakan bahwa Cheng Ho juga telah menunaikan ibadah haji, meskipun hingga kini belum ditemukan catatan mengenai hal ini dalam buku-buku sejarah Cina, sama halnya dengan jasa Cheng Ho dalam penyebaran agama Islam di luar Cina yang tidak ditemukan sama sekali catatannya dalam buku-buku sejarah Cina.
Hal yang pasti ialah sebagai seorang muslim yang taat pada ajaran agamanya, Cheng Ho sangat berhasrat menunaikan rukun Islam kelima selama hayat masih dikandung badan, hal ini juga merupakan suatu usaha untuk mencontoh ayah dan kakeknya yang telah melaksanakan haji.
Seandainya Cheng Ho memang belum sempat melakukan ibadah haji, hal ini disebabkan kondisi pada saat itu tidak memungkinkan baginya untuk pergi ke Mekah, karena Cheng Ho memimpin lebih dari 20.000 awak kapal dalam setiap pelayaran jauh, yang sebagian besar bukan muslim, tetapi penganut Buddha dan Tao.
Kaum muslimin diikutsertakan dalam pelayaran
Tidak sedikit kaum muslim yang diajak oleh Cheng Ho dalam pelayaranpelayarannya ke Samudera Barat. Diantaranya terdapat beberapa tokoh muslim yang sangat berjasa, seperti Ma Huan, Guo Chongli, Hasan, Sha’ban, dan Pu Rihe.Ma Huan dan Guo Chongli pandai berbahasa Arab dan Persia, dan bekerja sebagai penerjemah. Karya Ma Huan Yi Ya Sheng Lan (Pemandangan Indah di Seberang Samudera) merupakan suatu catatan sejarah yang amat bernilai tentang perjalanan Cheng Ho ke negara-negara Asia-Afrika pada pertengahan pertama abad ke-15.
Bila dibandingkan dengan Xing Cha Sheng Lan (Menikmati Pemandangan Indah Dengan Rakit Sakti) karya Fei Xin yang turut pula dalam pelayaran-pelayaran Cheng Ho, ternyata jauh lebih banyak kegiatan Islam yang tercatat dalam karya Ma Huan tersebut. Hal tersebut merupakan sesuatu yang penting yang menunjukkan bahwa Ma Huan adalah seorang muslim, sedangkan
Fei Xin belum terdapat cukup bukti sejarah bahwa ia juga seorang muslim.
Lukisan Pelayaran Cheng Ho |
penguburan jenazah di laut, dan lain-lain.
Sha’ban adalah orang Calicut di Semenanjung India. Menurut beberapa sarjana Tionghoa, Sha’ban adalah seorang muslim dan turut juga dalam pelayaran Cheng Ho yang ke tujuh.
Selain itu, Pu Heri, pendiri tugu peringatan berkaitan dengan penziarahan Cheng Ho di Quanzhou pada Mei tahun 1417 adalah seorang muslim pula dan ikut dalam pelayaran Cheng Ho yang ke-3.
Di kalangan awak kapal armada Cheng Ho pun terdapat banyak orang muslim. Kapal-kapal Cheng Ho diisi dengan prajurit yang kebanyakan terdiri atas orang Islam.
Pemugaran masjid yang dilakukan oleh Cheng Ho
Menurut Xian Fu Zhi (Catatan Riwayat Kabupaten Xian), Cheng Ho berhasil memugar suatu masjid yang terletak di sebelah timur laut Kabupaten Xian pada tahun 1413. Masjid itu semula didirikan oleh Shang Shu Tie Xuan pada tahun 1384 dan ditunjukkan pula dalam buku Chong Xiu Qing Jing Si Bei Ji (Catatan tugu Pemugaran Masjid) ditulis Liu Xu pada tahun 1583.Pada April tahun 1413 M, Cheng Ho mengajak ulama Hasan turut dalam pelayarannya. Ketika kapal-kapalnya berlayar ke laut, tiba-tiba angin menjadi kencang dan ombak menggelora sehingga kapal-kapal itu nyaris terbalik.
Kuil Cheng Ho |
Selain itu terdapat pula sesuatu yang penting. Pada tahun 1430 sebelum pelayaran ke-7, Cheng Ho mengajukan permohonan tertulis kepada Kaisar Zhan Ji Dinasti Ming untuk membangun kembali masjid yang merupakan salah satu yang tertua di Tiongkok, di Jalan San San (sekarang bernama Jalan Jian Kang) kota Nanjing yang telah habis terbakar itu. Akhirnya permohonan Cheng Ho itupun dikabulkan oleh kaisar.
Demikianlah beberapa catatan sejarah mengenai agama Cheng Ho, dari catatan di atas dapatlah dimengerti bahwa dari kecil hingga kewafatannya Cheng Ho sepertinya tetap menjadi seorang Muslim. Meskipun ia menjabat sebagai laksamana, rupanya Kaisar Dinasti Ming menghormati agamanya, dan tidak pernah mempermasalahkan Agama tertentu.
Posting Komentar untuk "Agama Cheng Ho"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.