Petaka Di Balik Kemaluan Ken Dedes Yang Bercahaya
Ken Dedes pada mulanya adalah gadis ayu yang lugu, merupakan anak seorang pendeta di Panawijen, ia diculik oleh Tunggul Ametung yang kala itu menjabat sebagai Akuwu di Tumapel, ia dikiwaninya secara paksa.
Sebagai anak seorang Pendeta Suci, tentunya sejak kecil Ken Dedes sudah dibentengi oleh mantra-matra kedewaan serta mewarisi darah ayahnya yang ajaib. Dari kelebihan yang diwarisi dari ayahnya itu ia kemudian menjadi seorang wanita Nareswari. Wanita yang akan membawa keberuntungan sekaligus kebuntungan bagi siapa saja yang mengawininya, perempuan jenis ini sulit dijebol, sebab kemaluannya memancarkan cahaya ajaib, hanya laki-laki tangguh pemilik ilmu kesejatian sajalah yang mampu menerobosnya.
Suatu waktu Ken Arok yang nama aslinya “Temon” itu mengadukan penglihatan anehnya kepada Pendeta Lhogawe, dalam pengaduannya ia mengungkapkan, pada saat ia di taman Baboji, ketika Ken Dedes turun dari kereta, kainnya tersingkap, terbuka jelas hingga paha, kemaluan Ken Dedes rupanya terlihat jelas oleh Ken Arok, hal ini tentu wajar sebab pada tahun-tahun itu belum tercipta celana dalam yang memadai.
Baca Juga: Ken Arok Si Temon Dari Kediri
Dalam penglihatannya, Ken Arok yakin bahwa kemaluan Ken Dedes bercahaya, bahkan kilauannya menyilauan Ken Arok, Pendeta Lhogawe mengabarkan bahwa “itu adalah tanda bahwa Ken Dedes adalah wanita Nareswari”, sang pendeta juga menambahkan bahwa “Betatapaun sengsaranya maka laki-laki yang mengawininya akan jadi Raja Besar”.
Peristiwa memancarnya cahaya dari kemaluan Ken Dedes yang menyilaukan mata Ken Arok ini kelak menjadi pemantik petaka di Jawa. Tunggul Ametung Terbunuh, bahkan Kerajaan Kediri, Kerajaan yang tershor kemakmurannnya di seantero jagat itu runtuh karena ambisi besar Ken Arok yang dipengaruhi tafsir Pendeta Lhogawe setelah sebelumnya melihat kemaluan Ken Dedes yang bercahaya.
Baca Juga: Kemakmuran dan Kejayaan Kerajaan Kediri Menurut Berita Cina dan Lokal
Kisah mengenai bercayahayanya kemaluan Ken Dedes ini dibahas dalam Tafsir Sejarah Negarakertagama Karya Slamet Muljana (2009;93-94), dimana didalamnya mengisyaratkan bahwa petaka yang timbul di Tuampel, Kediri, maupun petaka-petaka yang menyebabkan terbunuhnya Ken Arok serta terbunuhnya ketujuh keturunanya bukan karena kutuk Keris Empu Gandring semata, melainkan juga karena kilauan kemaluan Ken Dedes yang bercahaya.
Dalam sejarah sebagaimana yang dituturkan dalam Negarakertagama, Pararaton maupun buku-buku sejarah yang resmi diajarkan disebutkan bahwa, mula-mula Ken Arok menjadi seorang Raja Besar di Jawa dimulai setelah ia dapat menjadi Akuwu di Tumapel setelah sebelumnya membunuh Tunggul Ametung.
Jabatan Akuwu yang diemban Ken Arok kemudian menjadi modalnya untuk memberontak ke Kediri, dengan dukungan para Brahmana dan Pendeta Budha Ken Arok rupanya kemudian dapat menaklukan Kerajaan Kediri, yang kala itu di Rajai oleh Prabu Kertajaya, adanya dukungan dari para Brahmana dan Pendeta terhadapnya ini dikerenakan Raja Kertajaya sudah dianggap sesat oleh Para Brahmana dan Pendeta Budha karena mengaku sebagai tuhan, Raja ini dianggap seperti Firaun Jaman Nabi Musa yang juga mengaku tuhan.
Baca Juga: Raja Kertajaya, Firauan Dari Kerajaan Kediri
Perlu dipahami bahwa ambisi Ken Arok dalam mencapai cita-citanya ini merupakan petaka bagi orang-orang yang berhadapan dengannya, maupun bagi dirinya sendiri.
Nafsu Ken Arok untuk memiliki Ken Dedes berbuah pada pembunuhan terhadap Tunggul Ametung, Nafsu Ken Arok yang ingin menjadi seorang Raja besar juga tentu menyebabkan Petaka Bagi Kediri dan rakyatnya, bahkan wafatnya Ken Arok sendiri adalah buah dari Nafsunya, sebab ia sendiri dibunuh oleh Anak Tunggul Ametung.
Bahwa intinya, selepas Ken Arok melihat kemaluan Ken Dedes yang bercahaya maka setelahnya Petaka kemudian terjadi, meskipun Petaka itu baru muncul belakangan setelah ia mendapatkan berbagai keberuntungan.
Kutuk dari tafsir Pendeta Logawe yang mengisyaratkan akan timbulnya sengsara maha dahsyat dari orang-orang yang mengawini wanita Nareswari ini nyatanya tidak dipedulikan Ken Arok, ia rela menerima kutuk itu, asal ia menjadi Raja Besar, sebab menjadi seorang Raja Besar yang mewarisi wilayah Kediri yang luas itu merupakan keberuntungan yang jarang dimiliki oleh siapapun.
Akhirnya penulis beropini bahwa “dipahami secara mistis atau tidak, memang kemaluan atau kelamin wanita terutamanya wanita-wanita sudah menjadi Istri orang, akan membuahkan petaka bagi suami maupun perebutnya”.
Sebagai anak seorang Pendeta Suci, tentunya sejak kecil Ken Dedes sudah dibentengi oleh mantra-matra kedewaan serta mewarisi darah ayahnya yang ajaib. Dari kelebihan yang diwarisi dari ayahnya itu ia kemudian menjadi seorang wanita Nareswari. Wanita yang akan membawa keberuntungan sekaligus kebuntungan bagi siapa saja yang mengawininya, perempuan jenis ini sulit dijebol, sebab kemaluannya memancarkan cahaya ajaib, hanya laki-laki tangguh pemilik ilmu kesejatian sajalah yang mampu menerobosnya.
Suatu waktu Ken Arok yang nama aslinya “Temon” itu mengadukan penglihatan anehnya kepada Pendeta Lhogawe, dalam pengaduannya ia mengungkapkan, pada saat ia di taman Baboji, ketika Ken Dedes turun dari kereta, kainnya tersingkap, terbuka jelas hingga paha, kemaluan Ken Dedes rupanya terlihat jelas oleh Ken Arok, hal ini tentu wajar sebab pada tahun-tahun itu belum tercipta celana dalam yang memadai.
Baca Juga: Ken Arok Si Temon Dari Kediri
Dalam penglihatannya, Ken Arok yakin bahwa kemaluan Ken Dedes bercahaya, bahkan kilauannya menyilauan Ken Arok, Pendeta Lhogawe mengabarkan bahwa “itu adalah tanda bahwa Ken Dedes adalah wanita Nareswari”, sang pendeta juga menambahkan bahwa “Betatapaun sengsaranya maka laki-laki yang mengawininya akan jadi Raja Besar”.
Gambaran Pakean Wanita Jawa Abad X-XII Dalam Pahatan Candi BR. Tampak Tiada Bertutup Dada Dan Celana Dalam Yang Belum Memadai |
Baca Juga: Kemakmuran dan Kejayaan Kerajaan Kediri Menurut Berita Cina dan Lokal
Kisah mengenai bercayahayanya kemaluan Ken Dedes ini dibahas dalam Tafsir Sejarah Negarakertagama Karya Slamet Muljana (2009;93-94), dimana didalamnya mengisyaratkan bahwa petaka yang timbul di Tuampel, Kediri, maupun petaka-petaka yang menyebabkan terbunuhnya Ken Arok serta terbunuhnya ketujuh keturunanya bukan karena kutuk Keris Empu Gandring semata, melainkan juga karena kilauan kemaluan Ken Dedes yang bercahaya.
Potret Perempuan Bali Jaman Belanda. Tampak Masih Menggunakan Pakean Sebagaimana Yang Terpatri Dalam Pahatan Arca Candi BR |
Jabatan Akuwu yang diemban Ken Arok kemudian menjadi modalnya untuk memberontak ke Kediri, dengan dukungan para Brahmana dan Pendeta Budha Ken Arok rupanya kemudian dapat menaklukan Kerajaan Kediri, yang kala itu di Rajai oleh Prabu Kertajaya, adanya dukungan dari para Brahmana dan Pendeta terhadapnya ini dikerenakan Raja Kertajaya sudah dianggap sesat oleh Para Brahmana dan Pendeta Budha karena mengaku sebagai tuhan, Raja ini dianggap seperti Firaun Jaman Nabi Musa yang juga mengaku tuhan.
Baca Juga: Raja Kertajaya, Firauan Dari Kerajaan Kediri
Perlu dipahami bahwa ambisi Ken Arok dalam mencapai cita-citanya ini merupakan petaka bagi orang-orang yang berhadapan dengannya, maupun bagi dirinya sendiri.
Nafsu Ken Arok untuk memiliki Ken Dedes berbuah pada pembunuhan terhadap Tunggul Ametung, Nafsu Ken Arok yang ingin menjadi seorang Raja besar juga tentu menyebabkan Petaka Bagi Kediri dan rakyatnya, bahkan wafatnya Ken Arok sendiri adalah buah dari Nafsunya, sebab ia sendiri dibunuh oleh Anak Tunggul Ametung.
Bahwa intinya, selepas Ken Arok melihat kemaluan Ken Dedes yang bercahaya maka setelahnya Petaka kemudian terjadi, meskipun Petaka itu baru muncul belakangan setelah ia mendapatkan berbagai keberuntungan.
Kutuk dari tafsir Pendeta Logawe yang mengisyaratkan akan timbulnya sengsara maha dahsyat dari orang-orang yang mengawini wanita Nareswari ini nyatanya tidak dipedulikan Ken Arok, ia rela menerima kutuk itu, asal ia menjadi Raja Besar, sebab menjadi seorang Raja Besar yang mewarisi wilayah Kediri yang luas itu merupakan keberuntungan yang jarang dimiliki oleh siapapun.
Akhirnya penulis beropini bahwa “dipahami secara mistis atau tidak, memang kemaluan atau kelamin wanita terutamanya wanita-wanita sudah menjadi Istri orang, akan membuahkan petaka bagi suami maupun perebutnya”.
Ini Mitos.rakyat dan imajinasi pengarang pararaton. Arok Dedes gga pernah ditemukan.di sumber2 sejarah yg akkurat seperti prasasti manapun.
BalasHapusMasalah nikah:
Kawin cerai atau kawin dgn janda yg pernah jd istri org jaman sekarg kl cocok langgeng2 aja.
Budaya mistik animisme.indonesia yg membuat org kita gga bisa membedakan yg mana sejarah ilmiah dan yg mana superstition. Semua ditelen hidup2.
Sejarah memerlukan penelitian arkeolog ilmiah berdasarkan bukti prasasti batu tulis atau benda2 peninggalan masa.lalu.
Cerita rakyat dan mistik gga bisa jd panutan sejarah ilmiah. Adeh!
buat saja yg ilmiah gitu...
Hapus