Kedatangan Fatahillah Ke Cirebon
Fatahillah dalam sejarah dikenal sebagai penakluk Sunda Kelapa (Jakarta) tokoh ini juga banyak disalah artikan sebagai Sunan Gunung Jati oleh orang luar Cirebon.
Dalam sejarah Cirebon sendiri Fatahilah dikenal dengan nama Tubagus Pase yang bermaksud Gus (Anak Ulama) Pase (dari Pasai) yaitu suatu kerajaan Islam yang dahulu berdiri di Provinsi Aceh.
Mengenai kedatangan Fatahillah di Cirebon, diceritakan dalam beberapa naskah Cirebon diantaranya Naskah Mertasinga, dalam naskah ini disebutkan bahwa;
Tubagus Pase datang di Cirebon dengan diiringi 40 orang pengawal, semula kedatanganya karena ingin mencoba kesaktiannya orang Jawa serta ingin mengetahui pengamalan Islam di Cirebon. Akan tetapi selepas menghadap Sunan Gunung Jati Tubagus Pase dikisahkan tak berkutik, sebab Sunan Gunung Jati ternyata lebih mendalam mengenai Ilmu Islam. Ia pun kemudian dikisahkan mengabdi di Cirebon.
Selepas pengabidannya ditunjukan secara baik, Tubagus Pase kemudian dijodohkan dengan putri Sunan Gunung Jati yang bernama Ratu Ayu Wanguran, Putri ini dalam sejarah Cirebon dikenal juga sebagai Janda Pati Unus Sultan Demak II yang wafat di Malaka ketika berperang dengan Portugis.
Dalam catatan Naskah mertasinga, pada mulanya Ratu Ayu Wanguran sudah tidak mau lagi menikah selepas kematian suami pertamanya, akan tetapi berkat bujukan Sunan Gunung Jati akhirnya Ratu Ayu Wanguran kemudian menerima perjodohan itu.
Setelah menetap bebrapa lama di Cirebon, sejarah kemudian mencatat Sunan Gunung Jati kemudian memperkenalkan menantunya Fatahillah kepada Sultan Trenggono yang juga sebagai murid dari Sunan Gunung Jati.
Kelak Fatahillah atau yang orang Cirebon sebut sebagai Tubagus Pase itu kemudian mengabdi di Demak, dalam pengabdiannya di demak itulah dikemudian hari diadakan persekutuan antara Demak dan Cirebon untuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa (Jakarta) serta merebutnya dari tangan kerajaan Pajajaran.
Selama menikah dengan Ratu Ayu wanguran, Tubagus Pase dikaruniai lima orang anak yaitu;
Kelak anak ketiga dari Fatahilah dan Ratu Ayu Wanguran, yaitu Pangeran Agung dinobatkan menjadi Sultan Cirebon ke II dengan gelar Panembahan Ratu selepas kemangkatan Sunan Gunung Jati.
Meskipun demikian dalam catatan yang lain ketika Sunan Gunung Jati sudah sepuh dan tidak dapat memerintah Cirebon lagi, Cirebon mengangkat Fatahillah sebagai pejabat pengganti Sultan mengingat waktu itu putra Mahkota Cirebon wafat sebelum dinobatkan sementara cucunya sendiri waktu itu belum cukup umur.
Kiprah Fatahilaha dalam memerintah Cirebon sebagai pejabat pengganti Sultan ini pada kemudiannya menyebabkan banyak orang salah sangka, Fatahillah dianggap sebagai Sunan Gunung Jati, karena memang waktu memerintah Cirebon Fatahillah juga sama seperti Sunan Gunung Jati, memerintah Cirebon dari Dalem Pura (Istana) yang ada di Gunung Jati.
Meskipun demikian tidak ada salahnya juga mengangap Fatahilah sebagai Sunan Gunung Jati, akan tetapi bukan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati I, melainkan Sunan Gunung Jati II.
Baca Juga: Keturunan Fatahillah, Pendiri Kota Jakarta
Dalam sejarah Cirebon sendiri Fatahilah dikenal dengan nama Tubagus Pase yang bermaksud Gus (Anak Ulama) Pase (dari Pasai) yaitu suatu kerajaan Islam yang dahulu berdiri di Provinsi Aceh.
Mengenai kedatangan Fatahillah di Cirebon, diceritakan dalam beberapa naskah Cirebon diantaranya Naskah Mertasinga, dalam naskah ini disebutkan bahwa;
Tubagus Pase datang di Cirebon dengan diiringi 40 orang pengawal, semula kedatanganya karena ingin mencoba kesaktiannya orang Jawa serta ingin mengetahui pengamalan Islam di Cirebon. Akan tetapi selepas menghadap Sunan Gunung Jati Tubagus Pase dikisahkan tak berkutik, sebab Sunan Gunung Jati ternyata lebih mendalam mengenai Ilmu Islam. Ia pun kemudian dikisahkan mengabdi di Cirebon.
Selepas pengabidannya ditunjukan secara baik, Tubagus Pase kemudian dijodohkan dengan putri Sunan Gunung Jati yang bernama Ratu Ayu Wanguran, Putri ini dalam sejarah Cirebon dikenal juga sebagai Janda Pati Unus Sultan Demak II yang wafat di Malaka ketika berperang dengan Portugis.
Dalam catatan Naskah mertasinga, pada mulanya Ratu Ayu Wanguran sudah tidak mau lagi menikah selepas kematian suami pertamanya, akan tetapi berkat bujukan Sunan Gunung Jati akhirnya Ratu Ayu Wanguran kemudian menerima perjodohan itu.
Setelah menetap bebrapa lama di Cirebon, sejarah kemudian mencatat Sunan Gunung Jati kemudian memperkenalkan menantunya Fatahillah kepada Sultan Trenggono yang juga sebagai murid dari Sunan Gunung Jati.
Kelak Fatahillah atau yang orang Cirebon sebut sebagai Tubagus Pase itu kemudian mengabdi di Demak, dalam pengabdiannya di demak itulah dikemudian hari diadakan persekutuan antara Demak dan Cirebon untuk mengusir Portugis dari Sunda Kelapa (Jakarta) serta merebutnya dari tangan kerajaan Pajajaran.
Selama menikah dengan Ratu Ayu wanguran, Tubagus Pase dikaruniai lima orang anak yaitu;
- Ratu Wanawati
- Ratu Nyawa
- Pangeran Agung
- Ratu Sewu, dan
- Ratu Agung
Kelak anak ketiga dari Fatahilah dan Ratu Ayu Wanguran, yaitu Pangeran Agung dinobatkan menjadi Sultan Cirebon ke II dengan gelar Panembahan Ratu selepas kemangkatan Sunan Gunung Jati.
Meskipun demikian dalam catatan yang lain ketika Sunan Gunung Jati sudah sepuh dan tidak dapat memerintah Cirebon lagi, Cirebon mengangkat Fatahillah sebagai pejabat pengganti Sultan mengingat waktu itu putra Mahkota Cirebon wafat sebelum dinobatkan sementara cucunya sendiri waktu itu belum cukup umur.
Kiprah Fatahilaha dalam memerintah Cirebon sebagai pejabat pengganti Sultan ini pada kemudiannya menyebabkan banyak orang salah sangka, Fatahillah dianggap sebagai Sunan Gunung Jati, karena memang waktu memerintah Cirebon Fatahillah juga sama seperti Sunan Gunung Jati, memerintah Cirebon dari Dalem Pura (Istana) yang ada di Gunung Jati.
Meskipun demikian tidak ada salahnya juga mengangap Fatahilah sebagai Sunan Gunung Jati, akan tetapi bukan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati I, melainkan Sunan Gunung Jati II.
Baca Juga: Keturunan Fatahillah, Pendiri Kota Jakarta
Posting Komentar untuk "Kedatangan Fatahillah Ke Cirebon"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.