Kala Sunan Gunung Jati Dipertemukan Dengan Malam Laylatul Qadar
Laylatul Qadar atau malam kemulyaan dalam dogma dan ajaran Islam adalah malam yang dinanti-nantikan, malam ini hanya ada pada saat bulan Ramadhan, keberadaannya tida seorangpun yang tahu kecuali hanya perkiraan-perkiraan saja.
Dalam sejarah Cirebon, Sunan Gunung Jati dikisahkan sebagi seorang wali yang dipertemukan dengan malam laylatul qadar oleh Allah, bahkan kenang-kenangan yang beliau dapat dari perjumpaan dengan malam itu kelak menjadi pusaka kesayangan hingga ajal menjemputnya, kenang-kengan yang diperoleh dari malam itu adalah berupa sebilah pusaka kramat yang gaungnya melegenda hingga kini.
Ditinjau dari sisi kekramatannya, malam laylatul qadar menjadi istimewa bagi umat Islam karena pada malam ini ampunan Allah turun, bahkan bagi siapapun yang dipertemukan dengan malam laylatul qadar ketika ia sedang beribadah ataupun melakukan kebaikan-kebaikan tertentu maka pahalanya akan dilipat gandakan oleh Allah.
Hal tersebut tergambar dari firman Allah dalam surat al-Qadar yang berbunyi:
Artinya:
Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. “Sesungguhnya Kami telah mengirim hal demikian di Malam Kemuliaan, dan tahukah kamu apakah Malam Kemuliaan itu?. Malam Kemuliaan adalah lebih baik dibanding seribu bulan; ketika para malaikat beserta Al Ruh hadir atas izin Tuhan mereka untuk tugas masing-masing,kesejahteraan didalamnya sampai terbit fajar”.
Ditinjau dari asbabu nuzul/sejarah turunnya ayat tersebut, ayat itu sebagai jawaban dari kesedihan orang-orang Islam yang tidak dapat melakukan perbuatan baik sebagaimana yang telah dilakukan oleh Samson (Sam'un Al-Ghazi), salah satu Nabi dari Bani Israel.
Samson selama hidupnya siang malam melakukan kebaikan, siangnya ia lakukan untuk berjuang menengakan agama Allah sementara malamnya ia secara konsisten beribadah dan menyerahkan hidupnya pada Allah. Hal tersebut dilakukan oleh Samson selama 1000 bulan, atau kurang lebih selama 83 tahun.
Kesolehan Samson ini dikabarkan oleh Nabi Muhamad kepada sahabat-sahabatnya, sehingga banyak diantara sahabat dan murid-murid nabi itu ingin dapat berbuat seperti Samson, tapi mereka tak kuasa, sebab mereka pada umumnya masuk Islam ketika sudah tua, sehingga tidak mungkin bagi mereka untuk mampu menandingi Samson.
Turunnya surat al-Qadar adalah jawaban bagi orang-orang Islam waktu itu jika ingin taraf kesolehannya sama atau bahkan melebihi Samson, yang dilakukannyapun mudah yaitu hanya melakukan Ibadah pada bulan Ramadhan dengan kesungguhan, sebab pada bulan itu Malam Laylatul Qadar akan mencari dan menemui hamba-hamba Allah yang ikhlas beribadah, oleh karena itu bagi siapapun yang dipertemukan dengan malam laylatul qadar oleh Allah, segala kebaikannnya pada malam itu disamakan pahalanya bahkan lebih utama dari pahalanya Samson selama 1000 bulan ketika berjuang dan beribadah mengharap ridha Allah.
Menurut Naskah mertasinga (PupuhXXXII-17-XXXIII.04), Sunan Gunung Jati suatu waktu dipertemukan dengan malam laylatul qadar.
Pada waktu itu selama 28 hari di bulan Ramadhan, Sunan Gunung Jati bertafakur dan beribadah dengan khidmat mengharap keridhaan Allah.
Pada malam ke 29 tepat ketika Sunan Gunung jati sedang melaksanakan shalat di sepertiga malam, turunlah seekor ular naga dari langit. Sesampainya di tanah, Sang Naga kemudian melingkari tempat duduk Sunan Gunung Jati hingga kemudian melilit tubuhnya.
Baca Juga: Keris Sangyang Naga, Pusaka Sunan Gunung Jati
Walaupun demikian, Sunan Gunung Jati meneruskan shalatnya, setelah selesai kemudian beliau melanjutkanya dengan bedoa. Sesudah selesai berdoa barulah kemudian perhatian sunan Gunung Jati dialihkan kepada Ular Naga itu.
Sunan Gunung Jati memegang kepala sang ular sementara ekornya ditegakan ke arah langit, selepas peristiwa itu, tiba-tiba ular itupun berubah menjadi sebilah keris.
Dalam sejarah Cirebon, Sunan Gunung Jati dikisahkan sebagi seorang wali yang dipertemukan dengan malam laylatul qadar oleh Allah, bahkan kenang-kenangan yang beliau dapat dari perjumpaan dengan malam itu kelak menjadi pusaka kesayangan hingga ajal menjemputnya, kenang-kengan yang diperoleh dari malam itu adalah berupa sebilah pusaka kramat yang gaungnya melegenda hingga kini.
Ditinjau dari sisi kekramatannya, malam laylatul qadar menjadi istimewa bagi umat Islam karena pada malam ini ampunan Allah turun, bahkan bagi siapapun yang dipertemukan dengan malam laylatul qadar ketika ia sedang beribadah ataupun melakukan kebaikan-kebaikan tertentu maka pahalanya akan dilipat gandakan oleh Allah.
Hal tersebut tergambar dari firman Allah dalam surat al-Qadar yang berbunyi:
Artinya:
Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. “Sesungguhnya Kami telah mengirim hal demikian di Malam Kemuliaan, dan tahukah kamu apakah Malam Kemuliaan itu?. Malam Kemuliaan adalah lebih baik dibanding seribu bulan; ketika para malaikat beserta Al Ruh hadir atas izin Tuhan mereka untuk tugas masing-masing,kesejahteraan didalamnya sampai terbit fajar”.
Ditinjau dari asbabu nuzul/sejarah turunnya ayat tersebut, ayat itu sebagai jawaban dari kesedihan orang-orang Islam yang tidak dapat melakukan perbuatan baik sebagaimana yang telah dilakukan oleh Samson (Sam'un Al-Ghazi), salah satu Nabi dari Bani Israel.
Samson selama hidupnya siang malam melakukan kebaikan, siangnya ia lakukan untuk berjuang menengakan agama Allah sementara malamnya ia secara konsisten beribadah dan menyerahkan hidupnya pada Allah. Hal tersebut dilakukan oleh Samson selama 1000 bulan, atau kurang lebih selama 83 tahun.
Kesolehan Samson ini dikabarkan oleh Nabi Muhamad kepada sahabat-sahabatnya, sehingga banyak diantara sahabat dan murid-murid nabi itu ingin dapat berbuat seperti Samson, tapi mereka tak kuasa, sebab mereka pada umumnya masuk Islam ketika sudah tua, sehingga tidak mungkin bagi mereka untuk mampu menandingi Samson.
Turunnya surat al-Qadar adalah jawaban bagi orang-orang Islam waktu itu jika ingin taraf kesolehannya sama atau bahkan melebihi Samson, yang dilakukannyapun mudah yaitu hanya melakukan Ibadah pada bulan Ramadhan dengan kesungguhan, sebab pada bulan itu Malam Laylatul Qadar akan mencari dan menemui hamba-hamba Allah yang ikhlas beribadah, oleh karena itu bagi siapapun yang dipertemukan dengan malam laylatul qadar oleh Allah, segala kebaikannnya pada malam itu disamakan pahalanya bahkan lebih utama dari pahalanya Samson selama 1000 bulan ketika berjuang dan beribadah mengharap ridha Allah.
Menurut Naskah mertasinga (PupuhXXXII-17-XXXIII.04), Sunan Gunung Jati suatu waktu dipertemukan dengan malam laylatul qadar.
Pada waktu itu selama 28 hari di bulan Ramadhan, Sunan Gunung Jati bertafakur dan beribadah dengan khidmat mengharap keridhaan Allah.
Pada malam ke 29 tepat ketika Sunan Gunung jati sedang melaksanakan shalat di sepertiga malam, turunlah seekor ular naga dari langit. Sesampainya di tanah, Sang Naga kemudian melingkari tempat duduk Sunan Gunung Jati hingga kemudian melilit tubuhnya.
Baca Juga: Keris Sangyang Naga, Pusaka Sunan Gunung Jati
Walaupun demikian, Sunan Gunung Jati meneruskan shalatnya, setelah selesai kemudian beliau melanjutkanya dengan bedoa. Sesudah selesai berdoa barulah kemudian perhatian sunan Gunung Jati dialihkan kepada Ular Naga itu.
Sunan Gunung Jati memegang kepala sang ular sementara ekornya ditegakan ke arah langit, selepas peristiwa itu, tiba-tiba ular itupun berubah menjadi sebilah keris.
Pusaka yang didapat Sunan Gunung jati ini hanya bilahnya saja, tampa gagang dan werangka. Itulah kenang-kenangan yang didapat Sunan Gunung Jati ketika diperjumpakan dengan malam laylatul qadar. Keris itu oleh Sunan Gunung Jati kemudian diberi nama Sangyang Naga.
Selepas Sunan Gunung Jati menyelesaiakan tafakurnya dibulan Ramadhan, beliaupun pulang ke Istana, di Istana beliau memerintahkan kepada Ki Bengkok untuk membuatkan gagang serta werangka keris yang baru ia dapat.
Tanpa menunggu lma, oleh Ki Bengkok keris itu kemudian dibuatkan gagang dan werangkanya.
Gagangnya terbuat dari kayu kemuning sementara werangkanya dibuat dari kayu Khuldi.
Pada saat Shalat Ied dilaksanakan dipagi harinya, keris itupun terselip dalam pinggang Sunan Gunung Jati. Selepas peristiwa itu, Sunan Gunung Jati selalu setia membawa senjata pusakanya hingga ajal menjemputnya.
Baca Juga: Kisah Samson dan Lahirnya Malam Laylatul Qodar dalam Bulan Ramadhan
Selepas Sunan Gunung Jati menyelesaiakan tafakurnya dibulan Ramadhan, beliaupun pulang ke Istana, di Istana beliau memerintahkan kepada Ki Bengkok untuk membuatkan gagang serta werangka keris yang baru ia dapat.
Tanpa menunggu lma, oleh Ki Bengkok keris itu kemudian dibuatkan gagang dan werangkanya.
Gagangnya terbuat dari kayu kemuning sementara werangkanya dibuat dari kayu Khuldi.
Pada saat Shalat Ied dilaksanakan dipagi harinya, keris itupun terselip dalam pinggang Sunan Gunung Jati. Selepas peristiwa itu, Sunan Gunung Jati selalu setia membawa senjata pusakanya hingga ajal menjemputnya.
Baca Juga: Kisah Samson dan Lahirnya Malam Laylatul Qodar dalam Bulan Ramadhan
Posting Komentar untuk "Kala Sunan Gunung Jati Dipertemukan Dengan Malam Laylatul Qadar"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.