Sejarah Desa Matangaji Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon
Matangaji adalah salah satu desa yang terbilang asri, udaranya sejuk mengingat desa ini terletak di dataran tinggi Cirebon, tepatnya berada di wilayah Kecamatan Sumber.
Ditinjau dari sejarahnya, desa ini diperkirakan didirikan pada pertengahan Tahun 1786 Masehi. Pendirinya adalah Sultan Shafiudin yang merupakan Sultan Kasepuhan ke V.
Baca Juga: Para Raja Di Kesultanan Kasepuhan Cirebon
Pada mulanya, sebelum kedatangan Sultan Shafiudin ke desa Matangaji, wilayah itu masih berupa hutan berbukit. Kedatangan Sultan Shafiudin ke daerah ini pada mulanya untuk bersembunyi dari kejaran Belanda.
Pada masa pemerintahan Sultan Shafiudin (1773-1786 M), Kesultanan Kasepuhan terlibat perang dengan Belanda. Pada tahun-tahun itu Sultan Shafiudin merencanakan pengusiran terhadap orang-orang Belanda yang memang sebelumnya sudah menguasai Cirebon.
Sultan Shafiudin secara sembunyi-sembunyi memproduksi senjata di Gua Sunyaragi sebagai persiapan penyerangan dan pengusiran terhadap Belanda. Didepan Belanda Sultan bersahabat, akan tetapi dibelakang rupanya melakukan usaha-usaha mematikan agar Belanda dapat terusir dari Cirebon, waktu dan pelaksanaan pengusirannyapun sebenarnya sudah ditetapkan dengan matang.
Kegiatan produksi senjata dan pelatihan perang di Sunyaagi yang digalakan Sultan dalam usaha melakukan pengusiran terhadap Belanda rupanya bocor, karena ada orang-orang yang berjiwa penghianat membocorkan rencana tesebut, sehingga dengan kekuatan penuh Belanda akhirnya menyerang Sunyaragi.
Penyerangan yang dilakukan Belanda dijalankan dengan tiba-tiba, sehingga para pengikut Sultan Shafiudin belum siap betul menghadapi Belanda.Serangan yang dilancarkan Belanda banyak memakan korban, terutamanya dari kalangan pengikut Sultan, meskipun demikian, Sultan Shafiudin dan ratusan pengikutnya berhasil menyelamatkan diri.
Sultan Melarikan diri ke daerah pegunungan di wilayah selatan Cirebon, kelak para pelarian ini kemudian membangun perkampungan rahasia.
Di perkampungan yang baru didirikan, Sultan Shafiudin merekrut kembali para pengikut baru, kala itu banyak rakyat Cirebon yang bersedia bergbung untuk berjuang bersama-sama melawan Belanda.
Dalam merekrut pengikut barunya, Sultan mengajukan persyaratan khusus, selain pengikutnya harus dilatih ketentaraan terlebih dahulu, Sultan juga mewajibkan calon pengikutnya untuk dapat memahami ajaran agama, bagi yang tidak bisa mengaji, dan belum pandai membaca al-Quran, Sultan tidak mengizinkannya ikut berjihad meskipun yang bersangkutan sudah pandai bela diri.
Cara perekrutan pengikut barunyapun boleh dikata unik, sebab Sultan Shafiudin dikisahkan terjun langsung, beliau sendiri yang mengecek kecakapan calon pengikutnya dalam mengaji.
Selain dikenal sebagai Sultan yang anti Belanda, Sultan Shafiudin juga dikenal sebagai seorang ulama, bahkan dalam urusan mengaji beliau ahlinya. Oleh karena itu, dikalangan pengikutnya beliau dijuluki sebagai Sultan Matangaji, karena memang pandai atau matang dalam mengaji.
Pada perkembangan selanjutnya, tempat yang ditinggali Sultan dan sekaligus tempat perekrutan para mujahid dan pejuang-pejuang baru itu lama kelamaan dikenal dengan desa Matangaji. Diambil dari nama pendirinya, yaitu Sultan Sepuh Shafiudis alias Sultan Matangaji.
Baca Juga: Kisah Pilu Dibalik Wafatnya Sultan Matangaji Cirebon
Ditinjau dari sejarahnya, desa ini diperkirakan didirikan pada pertengahan Tahun 1786 Masehi. Pendirinya adalah Sultan Shafiudin yang merupakan Sultan Kasepuhan ke V.
Baca Juga: Para Raja Di Kesultanan Kasepuhan Cirebon
Pada mulanya, sebelum kedatangan Sultan Shafiudin ke desa Matangaji, wilayah itu masih berupa hutan berbukit. Kedatangan Sultan Shafiudin ke daerah ini pada mulanya untuk bersembunyi dari kejaran Belanda.
Pada masa pemerintahan Sultan Shafiudin (1773-1786 M), Kesultanan Kasepuhan terlibat perang dengan Belanda. Pada tahun-tahun itu Sultan Shafiudin merencanakan pengusiran terhadap orang-orang Belanda yang memang sebelumnya sudah menguasai Cirebon.
Sultan Shafiudin secara sembunyi-sembunyi memproduksi senjata di Gua Sunyaragi sebagai persiapan penyerangan dan pengusiran terhadap Belanda. Didepan Belanda Sultan bersahabat, akan tetapi dibelakang rupanya melakukan usaha-usaha mematikan agar Belanda dapat terusir dari Cirebon, waktu dan pelaksanaan pengusirannyapun sebenarnya sudah ditetapkan dengan matang.
Kegiatan produksi senjata dan pelatihan perang di Sunyaagi yang digalakan Sultan dalam usaha melakukan pengusiran terhadap Belanda rupanya bocor, karena ada orang-orang yang berjiwa penghianat membocorkan rencana tesebut, sehingga dengan kekuatan penuh Belanda akhirnya menyerang Sunyaragi.
Penyerangan yang dilakukan Belanda dijalankan dengan tiba-tiba, sehingga para pengikut Sultan Shafiudin belum siap betul menghadapi Belanda.Serangan yang dilancarkan Belanda banyak memakan korban, terutamanya dari kalangan pengikut Sultan, meskipun demikian, Sultan Shafiudin dan ratusan pengikutnya berhasil menyelamatkan diri.
Sultan Melarikan diri ke daerah pegunungan di wilayah selatan Cirebon, kelak para pelarian ini kemudian membangun perkampungan rahasia.
Di perkampungan yang baru didirikan, Sultan Shafiudin merekrut kembali para pengikut baru, kala itu banyak rakyat Cirebon yang bersedia bergbung untuk berjuang bersama-sama melawan Belanda.
Dalam merekrut pengikut barunya, Sultan mengajukan persyaratan khusus, selain pengikutnya harus dilatih ketentaraan terlebih dahulu, Sultan juga mewajibkan calon pengikutnya untuk dapat memahami ajaran agama, bagi yang tidak bisa mengaji, dan belum pandai membaca al-Quran, Sultan tidak mengizinkannya ikut berjihad meskipun yang bersangkutan sudah pandai bela diri.
Cara perekrutan pengikut barunyapun boleh dikata unik, sebab Sultan Shafiudin dikisahkan terjun langsung, beliau sendiri yang mengecek kecakapan calon pengikutnya dalam mengaji.
Selain dikenal sebagai Sultan yang anti Belanda, Sultan Shafiudin juga dikenal sebagai seorang ulama, bahkan dalam urusan mengaji beliau ahlinya. Oleh karena itu, dikalangan pengikutnya beliau dijuluki sebagai Sultan Matangaji, karena memang pandai atau matang dalam mengaji.
Pada perkembangan selanjutnya, tempat yang ditinggali Sultan dan sekaligus tempat perekrutan para mujahid dan pejuang-pejuang baru itu lama kelamaan dikenal dengan desa Matangaji. Diambil dari nama pendirinya, yaitu Sultan Sepuh Shafiudis alias Sultan Matangaji.
Baca Juga: Kisah Pilu Dibalik Wafatnya Sultan Matangaji Cirebon
Matangaji desaku
BalasHapusTerimakasih mimin