Debat Wali Songo Seputar Kiblat Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak adalah salah satu Masjid Agung tertua yang ada di Pulau Jawa, dibangun oleh Walisongo pada Tahun 1483 Masehi. Pembangunan Masjid Agung Demak bertujuan untuk mensyiarkan Islam di Pulau Jawa, khususnya diwilayah Demak dan sekitarnya.
Lama kelamaan, Masjid Agung Demak kemudian menjadi Masjid Agung Kesultanan Demak, selepas Keadipatian Demak Bintoro berubah setatusnya menjadi Negara yang Merdeka dari Majapahit.
Dalam catatan Naskah Mertasinga, Masjid Agung Demak mulai didirikan pada waktu Isya, sementara selesainya sebelum Subuh. Masih dalam catatan Naskah yang sama, disebutkan juga bahwa sempat terjadi perdebatan diantara para Wali seputar arah kiblat Masjid Agung Demak. (Wahyu, 2005:75)
Setelah selesainya pembangunan Masjid, serta sempat digunakan untuk Shalat Subuh, pada pagi harinya diantara wali songo ada yang menyatakan kiblatnya kurang ke utara, kurang ke selatan, dan ada juga yang menyatakan sudah pas.
Perdebatan tersebut menjadi sengit, ketika para Wali yang berbeda pendapat menunjukan bukti serta alasannya masing-masing. Melihat kondisi semacam itu, Sunan Bonang mencoba menengah-nengahi. beliau memerintahkan para wali yang lain agar melakukan Shalat Hajat bersama untuk meminta kepada Allah agar ditunjukan kebenaran arah Kiblat.
Shalat hajat kemudian digelar secara jamaah, diikuti oleh Sembilan wali yang ada dipimpin oleh Sunan Bonang. Maka kira-kira sepertiga malam setelah shalat, terjadi anugrah Allah pada hambanya, yaitu terlihatnya Ka’bah dari Demak.
Sunan Bonang berkata “Silahkan priksa apakah masjid ini sudah betul arah kiblatnya ke Baitullah.!” Semua Wali menelitinya, akan tetapi masih juga terdapat perbedaan pendapat, sebagian berkata kurang ke utara, sebagian kurang ke selatan sebagian laginya menyatakan sudah tepat, begitulah.
Sunan Kalijaga lalu berkata “Daripada berselisih dan tidak setuju terus menerus dari kemaren siang sampai sekarang, baiklah saya yang mencari penyelesaiannya”. Sunan Kalijaga lalu menghadap ke Selatan tangannya dibentangkan, tangan kanan memegang Baitullah dan tangan kiri memegang masjid Demak. Baitullah kemudian ditarik dan dipertemukan dengan Masjid Demak.
Sunan Kalijaga berkata “Sekarang silahkan semua melihat, telah ku pertemukan Baitullah dengan Masjid Demak” berkata para Wali “baiklah kami menerima betulnya arah kiblat dan selesaianya Masjid ini”. Kemudian berkata Sunan Kalijaga “Sekarang tidak ada lagi yang perlu diperselisihkan sesudah ini, masjid ini dengan Baitullah sudah dipertemukan jadi taka da yang perlu dipertentangkan lagi”. Sunan Kalijaga segera melepaskan Baitullah.
Lama kelamaan, Masjid Agung Demak kemudian menjadi Masjid Agung Kesultanan Demak, selepas Keadipatian Demak Bintoro berubah setatusnya menjadi Negara yang Merdeka dari Majapahit.
Dalam catatan Naskah Mertasinga, Masjid Agung Demak mulai didirikan pada waktu Isya, sementara selesainya sebelum Subuh. Masih dalam catatan Naskah yang sama, disebutkan juga bahwa sempat terjadi perdebatan diantara para Wali seputar arah kiblat Masjid Agung Demak. (Wahyu, 2005:75)
Setelah selesainya pembangunan Masjid, serta sempat digunakan untuk Shalat Subuh, pada pagi harinya diantara wali songo ada yang menyatakan kiblatnya kurang ke utara, kurang ke selatan, dan ada juga yang menyatakan sudah pas.
Perdebatan tersebut menjadi sengit, ketika para Wali yang berbeda pendapat menunjukan bukti serta alasannya masing-masing. Melihat kondisi semacam itu, Sunan Bonang mencoba menengah-nengahi. beliau memerintahkan para wali yang lain agar melakukan Shalat Hajat bersama untuk meminta kepada Allah agar ditunjukan kebenaran arah Kiblat.
Shalat hajat kemudian digelar secara jamaah, diikuti oleh Sembilan wali yang ada dipimpin oleh Sunan Bonang. Maka kira-kira sepertiga malam setelah shalat, terjadi anugrah Allah pada hambanya, yaitu terlihatnya Ka’bah dari Demak.
Sunan Bonang berkata “Silahkan priksa apakah masjid ini sudah betul arah kiblatnya ke Baitullah.!” Semua Wali menelitinya, akan tetapi masih juga terdapat perbedaan pendapat, sebagian berkata kurang ke utara, sebagian kurang ke selatan sebagian laginya menyatakan sudah tepat, begitulah.
Sunan Kalijaga lalu berkata “Daripada berselisih dan tidak setuju terus menerus dari kemaren siang sampai sekarang, baiklah saya yang mencari penyelesaiannya”. Sunan Kalijaga lalu menghadap ke Selatan tangannya dibentangkan, tangan kanan memegang Baitullah dan tangan kiri memegang masjid Demak. Baitullah kemudian ditarik dan dipertemukan dengan Masjid Demak.
Sunan Kalijaga berkata “Sekarang silahkan semua melihat, telah ku pertemukan Baitullah dengan Masjid Demak” berkata para Wali “baiklah kami menerima betulnya arah kiblat dan selesaianya Masjid ini”. Kemudian berkata Sunan Kalijaga “Sekarang tidak ada lagi yang perlu diperselisihkan sesudah ini, masjid ini dengan Baitullah sudah dipertemukan jadi taka da yang perlu dipertentangkan lagi”. Sunan Kalijaga segera melepaskan Baitullah.
Pataka & Sangkala Masjid Agung Demak |
Posting Komentar untuk "Debat Wali Songo Seputar Kiblat Masjid Agung Demak"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.