Naskah Sakala Pacaluban Syekh Quro
Dalalm Sejarah Cirebon disebutkan bahwa Syekh Quro merupakan salah satu ulama awal yang menyebarkan agama Islam di Jawa Barat, tokoh ini juga digambarkan hidup pada masa Nenek Sunan Gunung Jati masih gadis, sebab dalam kisahnya Nenek Sunan Gunung Jati yang bernama Subang Larang berguru pada ulama ini.
Dalam mensyiarkan Agama Islam Syekh Quro mempusatkan dakwahnya di Karawang, sebab di daerah itulah Syekh Quro membangun pesantren untuk mendidik santri-santrinya.
Baca Juga: Subang Larang, Istri Prabu Siliwangi Yang Dibuang
Diantara Naskah Klasik yang menceritakan tentang kehidupan Syekh Quro adalah naskah Sakala Pacaluban Syekh Quro, naskah yang kini menjadi koleksi Musium Prabu Siliwangi Sukabumi Jawa Barat.
Ditinjau dari bentuk, kandungan dan asal-usulnya diketahui bahwa, naskah Sakala Pacaluban Syekh Quro merupakan koleksi ke 38 Museum Prabu Siliwangi Sukabumi. Pemiliknya adalah R.A.M Fajar Laksana, naskah ia dapat dari warisan keluarganya.
Kertas Naskah terutama pada bagian awal terbuat dari kulit kayu, tidak terdapat penjelasan mengenai pengarang maupun penulis naskah. Aksara menggunakan aksara Sunda, bahasa yang terkandung didalamnya, campuran ada bahasa Sunda dan Jawa. Jumlah halaman naskah terdiri dari 21 halaman dengan 11-12 baris tulisan dalam tiap-tiap halaman, sementara ukuran naskah 14X20 cm.
Naskah Sakala Pacaluban Syekh Quro berisikan tentang sejarah Syekh Quro, kesimpulannya adalah bahwa dahulu sebelum menyebarkan agama Islam di Karawang, Syekh Quro mulanya berdakwah di Gunung Sembung (Cirebon), di Cirebon Syekh Quro kemudian dijuluki oleh masyarakat sekitar dengan panggilan Datuk Kahfi. Akan tetapi karena tidak disukai oleh Prabu Anggala Larang (Raja Kerajaan Galuh), Syekh Quro akhirnya diusir dari Cirebon. Dalam masa pengusiran, akhirnya Syekh Quro berkelana mencari tempat baru yang masih belum terjamah orang, yaitu Di Karawang. Sementara dakwah di Cirebon akhirnya dibebankan pada saudaranya Syekh Nurjati, lama kelamaan julukan Datuk Kahfi akhirnya melekat kepada Syekh Nurjati.
Baca Juga: Riwayat Syekh Nurjati, Sang Maha Guru
Dalam mensyiarkan Agama Islam Syekh Quro mempusatkan dakwahnya di Karawang, sebab di daerah itulah Syekh Quro membangun pesantren untuk mendidik santri-santrinya.
Baca Juga: Subang Larang, Istri Prabu Siliwangi Yang Dibuang
Diantara Naskah Klasik yang menceritakan tentang kehidupan Syekh Quro adalah naskah Sakala Pacaluban Syekh Quro, naskah yang kini menjadi koleksi Musium Prabu Siliwangi Sukabumi Jawa Barat.
Ditinjau dari bentuk, kandungan dan asal-usulnya diketahui bahwa, naskah Sakala Pacaluban Syekh Quro merupakan koleksi ke 38 Museum Prabu Siliwangi Sukabumi. Pemiliknya adalah R.A.M Fajar Laksana, naskah ia dapat dari warisan keluarganya.
Kertas Naskah terutama pada bagian awal terbuat dari kulit kayu, tidak terdapat penjelasan mengenai pengarang maupun penulis naskah. Aksara menggunakan aksara Sunda, bahasa yang terkandung didalamnya, campuran ada bahasa Sunda dan Jawa. Jumlah halaman naskah terdiri dari 21 halaman dengan 11-12 baris tulisan dalam tiap-tiap halaman, sementara ukuran naskah 14X20 cm.
Naskah Sakala Pacaluban Syekh Quro berisikan tentang sejarah Syekh Quro, kesimpulannya adalah bahwa dahulu sebelum menyebarkan agama Islam di Karawang, Syekh Quro mulanya berdakwah di Gunung Sembung (Cirebon), di Cirebon Syekh Quro kemudian dijuluki oleh masyarakat sekitar dengan panggilan Datuk Kahfi. Akan tetapi karena tidak disukai oleh Prabu Anggala Larang (Raja Kerajaan Galuh), Syekh Quro akhirnya diusir dari Cirebon. Dalam masa pengusiran, akhirnya Syekh Quro berkelana mencari tempat baru yang masih belum terjamah orang, yaitu Di Karawang. Sementara dakwah di Cirebon akhirnya dibebankan pada saudaranya Syekh Nurjati, lama kelamaan julukan Datuk Kahfi akhirnya melekat kepada Syekh Nurjati.
Baca Juga: Riwayat Syekh Nurjati, Sang Maha Guru
Posting Komentar untuk "Naskah Sakala Pacaluban Syekh Quro"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.