Asal-Usul Watu Celek Pada Area Makam Datuk Pardun
Cirebon memiliki situs yang terbilang cukup aneh, situs tersebut berupa batu yang bentuknya menyerupai alat klamin laki-laki, orang Cirebon menamainya “Watu Celek”, watu bermaksud batu sementara celek bermaksud klamin laki-laki yang telah disunat. Letak situs watu celek di area makam Datuk Pardun tentu tidak datang begitu saja, ada asal-usulnya.
Setelah menelaah beberapa sumber yang dapat kami baca, bahwa peletakan watu celek di samping makam Datuk Pardun datang belakangan, yaitu selepas beberapa ratus tahun wafatnya Datuk Pardun, pembuat watu celek konon seorang seniman Cirebon yang masih berdarah Keraton, julukannya Aria Wira Celek.
Watu Celek sengaja ditempatkan oleh pembuatnya di samping Makam Datuk Pardun sebagai sindirian bahwa tokoh Datuk Pardun adalah seorang yang begitu bernafsu melakukan pembangkangan terhadap Kesultanan Cirebon, sehingga ekspresi seni yang pas untuk menggambarkan tokoh Datuk pardun adalah seonggok patung klamin laki-laki yang sedang ereksi.
Datuk Pardun dalam sejarah Cirebon disebut sebagai anak Syekh Siti Jenar, sementara dalam Naskah Mertasinga menyebutnya sebagai murid Syekh Siti Jenar yang berasal dari Banakeling. Datuk Pardun merasa muak pada Kesultanan Cirebon karena telah mengeksekusi mati gurunya.
Dahulu, Syekh Siti Jenar dieksekusi mati di Cirebon setelah sebelumnya melakukan pembangkangan terhadap Demak, dari wilayah Kesultanan Demak Syekh Siti Jenar kemudian pindah ke Cirebon, akan tetapi ketika di Cirebon lagi-lagi Syekh Siti Jenar membangkang.
Persekutuan Demak dan Cirebon akhirnya menyeret Syekh Siti Jenar ke meja pengadilan sehingga pengadilan memutuskan menjatuhi hukuman mati pada Syekh Siti Jenar.
Setelah menelaah beberapa sumber yang dapat kami baca, bahwa peletakan watu celek di samping makam Datuk Pardun datang belakangan, yaitu selepas beberapa ratus tahun wafatnya Datuk Pardun, pembuat watu celek konon seorang seniman Cirebon yang masih berdarah Keraton, julukannya Aria Wira Celek.
Watu Celek sengaja ditempatkan oleh pembuatnya di samping Makam Datuk Pardun sebagai sindirian bahwa tokoh Datuk Pardun adalah seorang yang begitu bernafsu melakukan pembangkangan terhadap Kesultanan Cirebon, sehingga ekspresi seni yang pas untuk menggambarkan tokoh Datuk pardun adalah seonggok patung klamin laki-laki yang sedang ereksi.
Datuk Pardun dalam sejarah Cirebon disebut sebagai anak Syekh Siti Jenar, sementara dalam Naskah Mertasinga menyebutnya sebagai murid Syekh Siti Jenar yang berasal dari Banakeling. Datuk Pardun merasa muak pada Kesultanan Cirebon karena telah mengeksekusi mati gurunya.
Dahulu, Syekh Siti Jenar dieksekusi mati di Cirebon setelah sebelumnya melakukan pembangkangan terhadap Demak, dari wilayah Kesultanan Demak Syekh Siti Jenar kemudian pindah ke Cirebon, akan tetapi ketika di Cirebon lagi-lagi Syekh Siti Jenar membangkang.
Persekutuan Demak dan Cirebon akhirnya menyeret Syekh Siti Jenar ke meja pengadilan sehingga pengadilan memutuskan menjatuhi hukuman mati pada Syekh Siti Jenar.
Pada hari yang ditentukan, Syekh Siti Jenar akhirnya di eksekusi di alun-alun Kesultanan Cirebon, diikat di bawah pohon Tanjung kemudian ditusuk dengan sebilah keris kepunyaan Sunan Gunung Jati, pada waktu itu yang melakukan eksekusi mati adalah Sunan Kudus.
Baca Juga: Keris Sangyang Naga, Pusaka Sunan Gunung Jati
Menurut Naskah Mertasinga, pristiwa dieksekusi matinya Syekh Siti Jenar oleh Cirebon membuat murka Datuk Pardun, oleh karena itu ia memutuskan untuk balas dendam, ia berencana membunuh Sultan Cirebon.
Pada saat Datuk Pardun datang ke Cirebon, Sunan Gunung Jati sudah wafat, kala itu yang menjadi Sultan di Cirebon adalah Pangeran Agung yang bergelar Panembahan Ratu. Kewafatan Sunan Gunung Jati tidak membuat rencana Datuk Pardun untuk membunuh Sultan Cirebon batal, ia tetap mempersiapkan diri untuk membunuh Sultan.
Suatu ketika Panembahan Ratu yang hendak melakukan ziarah ke makam leluhurnya di hadang ditengah-tengah jalan oleh Datuk Pardun, dengan segala upaya Datuk Pardun terus merangsek menerobos iring-iringan Sultan agar sebisa mungkin dapat membunuh Panembahan Ratu.
Usaha Datuk Pardun untuk membunuh Panembahan Ratu digagalkan oleh para pengawal Sultan yang dikenal sebagai para pengawal pilih tanding. Datuk Pardun akhirnya tewas ditangan para prajurit pengawal Sultan selepas terlibat dalam pertempuran.
Datuk Pardun kemudian dimakamkan di suatu tempat sebagaimana letak makamnya sekarang, yaitu di Jalan Siliwangi Kota Cirebon tepatnya di depan Pasar Keramat atau samping Bank bjb Kota Cirebon.
Menurut kesaksian beberapa orang disekitaran situs, disebutkan bahwa situs watu celek menjadi magnet bagi orang-orang yang tidak mempunyai keturunan, mereka biasanya berdoa di situs itu, tujuannya untuk meminta keturunan, watu celek dianggap oleh peziarahnya sebagai lambang kesuburan, sehingga manakala mereka berziarah harapannya dapat dianugerahi keturunan.
Selain diziarahi oleh wanita baik-baik, ternyata situs itu juga konon banyak diziarahi oleh wanita-wanita malam, baik yang datang dari Cirebon maupun dari luar Cirebon. Para PSK itu bahkan konon ada yang menggesek-gesekan kemaluannya ke situs watu celek dengan harapan dagangan mereka laku keras digilai oleh para pelanggannya.
Baca Juga: Datuk Pardun, Murid Syekh Siti Jenar Menuntut Balas Pada Cirebon
Baca Juga: Keris Sangyang Naga, Pusaka Sunan Gunung Jati
Menurut Naskah Mertasinga, pristiwa dieksekusi matinya Syekh Siti Jenar oleh Cirebon membuat murka Datuk Pardun, oleh karena itu ia memutuskan untuk balas dendam, ia berencana membunuh Sultan Cirebon.
Pada saat Datuk Pardun datang ke Cirebon, Sunan Gunung Jati sudah wafat, kala itu yang menjadi Sultan di Cirebon adalah Pangeran Agung yang bergelar Panembahan Ratu. Kewafatan Sunan Gunung Jati tidak membuat rencana Datuk Pardun untuk membunuh Sultan Cirebon batal, ia tetap mempersiapkan diri untuk membunuh Sultan.
Suatu ketika Panembahan Ratu yang hendak melakukan ziarah ke makam leluhurnya di hadang ditengah-tengah jalan oleh Datuk Pardun, dengan segala upaya Datuk Pardun terus merangsek menerobos iring-iringan Sultan agar sebisa mungkin dapat membunuh Panembahan Ratu.
Usaha Datuk Pardun untuk membunuh Panembahan Ratu digagalkan oleh para pengawal Sultan yang dikenal sebagai para pengawal pilih tanding. Datuk Pardun akhirnya tewas ditangan para prajurit pengawal Sultan selepas terlibat dalam pertempuran.
Datuk Pardun kemudian dimakamkan di suatu tempat sebagaimana letak makamnya sekarang, yaitu di Jalan Siliwangi Kota Cirebon tepatnya di depan Pasar Keramat atau samping Bank bjb Kota Cirebon.
Penyimpangan di Situs Watu Celek
Berjalannya waktu, situs Watu Celek dan Makam Datuk Pardun banyak disalah artikan orang, terutamanya disalah artikan oleh kaum hawa yang tidak punya keturunan.Menurut kesaksian beberapa orang disekitaran situs, disebutkan bahwa situs watu celek menjadi magnet bagi orang-orang yang tidak mempunyai keturunan, mereka biasanya berdoa di situs itu, tujuannya untuk meminta keturunan, watu celek dianggap oleh peziarahnya sebagai lambang kesuburan, sehingga manakala mereka berziarah harapannya dapat dianugerahi keturunan.
Selain diziarahi oleh wanita baik-baik, ternyata situs itu juga konon banyak diziarahi oleh wanita-wanita malam, baik yang datang dari Cirebon maupun dari luar Cirebon. Para PSK itu bahkan konon ada yang menggesek-gesekan kemaluannya ke situs watu celek dengan harapan dagangan mereka laku keras digilai oleh para pelanggannya.
Baca Juga: Datuk Pardun, Murid Syekh Siti Jenar Menuntut Balas Pada Cirebon
Posting Komentar untuk "Asal-Usul Watu Celek Pada Area Makam Datuk Pardun"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.