Lahirnya Pasukan Kancil Merah di Cirebon
Teknik licik Belanda ditanggapi licik pula oleh Tentara Republik Indonesia. Belanda pada Tahun 1948 hingga 1949 mengadakan perjanjian Gencatan Senjata dengan Pihak Republik, Republik tidak boleh menyerang Belanda meskipun jelas-jelas Belanda melakukan Invasi di wilayah Jawa Barat, khususnya Cirebon.
Menghadapi teknik licik Belanda, Letnan Abdul Qodir yang sejatinya merupakan Tentara Indonesia dari Divisi Siliwangi sejenak melepaskan seragam ketentaraannya, kemudian memakai seragam baru sebagai milisi bersenjata (Pejuang Non TNI/TRI), cara itu dipilih agar Republik tidak terkena sangsi perjanjian apabila Abdul Qodir menyerang kepentingan Belanda, milisi samaran bentukan Abdul Qodir itu dinamakan “Pasukan Kancil Merah”.
Pasukan Kancil Merah dipahami dari para anggotanya jelas merupakan nama dari milisis samaran yang sejatinya merupakan Tentara Indonesia dari Divisi Siliwangi yang berkedudukan di wilayah Cirebon dengan komandannya yang bernama Letnan Abdul Qodir.
Pasukan Kancil Merah, dibentuk oleh Abdul Qodir sebagai suatu pasukan gerilya dengan memanfaatkan persenjataan TNI/TRI yang lengkap, jumlah personel yang mengisi pasuakan milisi samaran dibawah pimpinan Abdul Qadir cukup banyak sekitar 43 orang serta dikenal dengan kedisiplinan dan keberaniannya.
Sekitar bulan Maret 1948 setelah Abdul Qodir kembali dari Yogyakarta beliau mengadakan pertemuan dengan teman-teman pejuangnya yang masih berada disekitar pinggiran Kota untuk berkumpul di Sunyaragi di antaranya terdiri dari kawan-kawan pejuang antara lain : Eddy Hamzah, Eddy Yusuf, M.S. Djanaka, Abdoellah Marsoedi, Soeta, Misnen, Tadi, Ahmad Koelidi, Kemis, Kaim, dan Rais.
Perkumpulan diantara anggota TNI/TRI yang digagas Abdul Qadir itu akhirnya mengerucut pada suatu kesimpulan yaitu pembentikan milisi grilya bersenjata yang dinamakan “Kancil Merah” nama Kancil Merah digunakan karena Kancil sendiri merupakan hewan yang gesit, sementara merah disitu bermaksud pemberani.
Pada tahap selanjutnya, demi terorganisirnya gerakan pasuakan Kancil merah Abdul Qodir dan kawan-kawan akhirnya menysusun kepengurusan milisi dan keanggotannya. Adapun susunan kepengurusan dari mulai pimpinan dan inti para anggotanya dapat dipaparkan sebagai berikut:
Menghadapi teknik licik Belanda, Letnan Abdul Qodir yang sejatinya merupakan Tentara Indonesia dari Divisi Siliwangi sejenak melepaskan seragam ketentaraannya, kemudian memakai seragam baru sebagai milisi bersenjata (Pejuang Non TNI/TRI), cara itu dipilih agar Republik tidak terkena sangsi perjanjian apabila Abdul Qodir menyerang kepentingan Belanda, milisi samaran bentukan Abdul Qodir itu dinamakan “Pasukan Kancil Merah”.
Pasukan Kancil Merah dipahami dari para anggotanya jelas merupakan nama dari milisis samaran yang sejatinya merupakan Tentara Indonesia dari Divisi Siliwangi yang berkedudukan di wilayah Cirebon dengan komandannya yang bernama Letnan Abdul Qodir.
Pasukan Kancil Merah, dibentuk oleh Abdul Qodir sebagai suatu pasukan gerilya dengan memanfaatkan persenjataan TNI/TRI yang lengkap, jumlah personel yang mengisi pasuakan milisi samaran dibawah pimpinan Abdul Qadir cukup banyak sekitar 43 orang serta dikenal dengan kedisiplinan dan keberaniannya.
Pembentukan Pasukan Kancil Merah
Abdul Qodir sebenarnya salah satu tentara divisi Siliwangi yang ikut hijrah ke Yogyakarta, akan tetapi kondisi Cirebon yang memerlukan pertolongan karena ditinggal oleh seluruh TNI memaksanya untuk pulang ke Cirebon.Sekitar bulan Maret 1948 setelah Abdul Qodir kembali dari Yogyakarta beliau mengadakan pertemuan dengan teman-teman pejuangnya yang masih berada disekitar pinggiran Kota untuk berkumpul di Sunyaragi di antaranya terdiri dari kawan-kawan pejuang antara lain : Eddy Hamzah, Eddy Yusuf, M.S. Djanaka, Abdoellah Marsoedi, Soeta, Misnen, Tadi, Ahmad Koelidi, Kemis, Kaim, dan Rais.
Perkumpulan diantara anggota TNI/TRI yang digagas Abdul Qadir itu akhirnya mengerucut pada suatu kesimpulan yaitu pembentikan milisi grilya bersenjata yang dinamakan “Kancil Merah” nama Kancil Merah digunakan karena Kancil sendiri merupakan hewan yang gesit, sementara merah disitu bermaksud pemberani.
Pada tahap selanjutnya, demi terorganisirnya gerakan pasuakan Kancil merah Abdul Qodir dan kawan-kawan akhirnya menysusun kepengurusan milisi dan keanggotannya. Adapun susunan kepengurusan dari mulai pimpinan dan inti para anggotanya dapat dipaparkan sebagai berikut:
Pemebntukan pasukan “Kancil Merah” dengan struktur kepengurusan jelas ditambah dengan persenjataan memadai pada akhirnya membuat pasukan milisi samaran itu bergerak dengan efektif dan disiplin . Hal ini wajar karena para anggotanya pada umumnya adalah dari kalangan TNI/TRI yang biasa dilatih kedisiplinan.
Kelak pasukan Kancil Merah bentukan Abdul Qadir tersebut terlibat banyak peperangan dengan Belanda, gerakannya cukup merepotkan Belanda. Salah satu pertempuran yang cukup menengangkan antara pasukan Kancil Merah Vs Belanda adalah pertempuran di Jalan Perjuangan Kota Cirebon.
Baca Juga: Sejarah Jalan Perjuangan Kota Cirebon
Apakah termasuk juga mahmud pasha dari sunyaragi
BalasHapus