Sejarah Desa Pegagan Kec Palimanan Kab Cirebon
Desa Pegagan terletak di Kecamatan Palimanan dengan luas wilayah 175.625 Hektar, wilayahnya terdiri dari 3 Dusun, 7 RW dan 28 RT di sebelah utara berbatasan dengan Desa Lungbenda Kecamatan Palimanan di sebelah sebelah selatan berbatasan dengan Desa Palimanan Kecamatan Palimanan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Kedungbunder Kecamatan Gempol dan di sebelah timur berbatasan Desa Klangenan Kecamatan Klangenan.
Desa Pegagan menurut penuturan masyarakat setempat didirikan oleh kakak beradik yang bernama Ki Braja Geni dan Ki Braja Mungkara. Keduanya dikisahkan sebagai pejabat kerajaan Rajagaluh yang ikut membangun daerah Palimanan di abad 15 Masehi. kala itu Palamanan merupakan daerah kekuasaan Rajagaluh.
Kedatangan Ki Braja Geni dan Ki Braja Mungkara ke Palimanan membuat keduanya berinisatif membuka pedukuhan baru, maka beliaupun bergeser ke arah selatan Palimanan untuk membuka perkampungan baru. Wilayah yang dipilih adalah wilayah yang kondisinya masih berhutan lebat.
Dalam rangka membuka perkampungan baru Ki Braja Geni dan Ki Braja Mungkara menebang dan membakar hutan yang akan ditinggali. Setelah dirasa sudah siap untuk ditinggali barulah kemudian dibuat tempat tinggal. Salah satu tujuan Ki Braja Geni dan Ki Braja Mungkara membuka perkampungan baru adalah untuk menjadikannya sebagai tempat pasokan pangan untuk penduduk Palimanan yang sudah berkembang. Oleh karena itu perkampungan yang baru dibuat tersebut kemudian ditanami sayur-mayur dan padi-padian.
Berlalunya waktu kampung yang dibuat oleh Ki Braja Geni dan Ki Braja Mungkara dikenal sebagai kampung pemasok pangan, dikampung itu banyak menghampar sawah dan kebun sayur-mayur. Dalam bahasa Cirebon persawahan dan kebun-kebun sayur-mayur di sebut “Gaga” atau “Pe Gaga-an”. Lambat laun kampung tersebut kemudian dikenal dengan nama “Pegagan”.
Selepas ditaklukannya Kerajaan Rajagaluh oleh Cirebon, maka wilayah Pegagan yang mulanya hingga Pejagan Asem ( Kedungbunder) juga secara otomatis masuk ke dalam wilayah kekuasaan Kesultanan Cirebon. Pada masa ini Islam menjadi agama yang dianut oleh orang-orang Pegagan.
Pengaruh Islam kembali menguat terjadi pada sekitar tahun 1818 setelah kesultanan Kesepuhan (Pakungwati) mengutus Ki Kasijan (Pangeran Bugis), yang merupakan kepercayaan kesultanan Kasepuhan untuk menjadi kepala Desa atau Kuwu di Pegagan.
Ki Kasijan dikenal sebagai Kuwu yang bibirnya cacat (Sumbing) atau dalam bahasa Cirebon disebut Suwing, oleh karena itu Ki Kasijan dikenal pula oleh masyarakat Pegagan dengan sebutan Ki Buyut Suwing. Di bahwah pemerintahan Ki Kasijan pegagan makin teratur, sebab ladang-ladang di urus dengan betul-betul, sehigga pada masa ini rakyat pegagan menjadi makmur. Selain dikenal pandai menata desa, Ki Buyut Suing juga dikisahkan ikut membantu perjuangan Bagus Ringin dan pengikutnya ketika meletus Perang Kedongdong.
Desa Pegagan menurut penuturan masyarakat setempat didirikan oleh kakak beradik yang bernama Ki Braja Geni dan Ki Braja Mungkara. Keduanya dikisahkan sebagai pejabat kerajaan Rajagaluh yang ikut membangun daerah Palimanan di abad 15 Masehi. kala itu Palamanan merupakan daerah kekuasaan Rajagaluh.
Kedatangan Ki Braja Geni dan Ki Braja Mungkara ke Palimanan membuat keduanya berinisatif membuka pedukuhan baru, maka beliaupun bergeser ke arah selatan Palimanan untuk membuka perkampungan baru. Wilayah yang dipilih adalah wilayah yang kondisinya masih berhutan lebat.
Dalam rangka membuka perkampungan baru Ki Braja Geni dan Ki Braja Mungkara menebang dan membakar hutan yang akan ditinggali. Setelah dirasa sudah siap untuk ditinggali barulah kemudian dibuat tempat tinggal. Salah satu tujuan Ki Braja Geni dan Ki Braja Mungkara membuka perkampungan baru adalah untuk menjadikannya sebagai tempat pasokan pangan untuk penduduk Palimanan yang sudah berkembang. Oleh karena itu perkampungan yang baru dibuat tersebut kemudian ditanami sayur-mayur dan padi-padian.
Berlalunya waktu kampung yang dibuat oleh Ki Braja Geni dan Ki Braja Mungkara dikenal sebagai kampung pemasok pangan, dikampung itu banyak menghampar sawah dan kebun sayur-mayur. Dalam bahasa Cirebon persawahan dan kebun-kebun sayur-mayur di sebut “Gaga” atau “Pe Gaga-an”. Lambat laun kampung tersebut kemudian dikenal dengan nama “Pegagan”.
Pegagan dari Google Map |
Pengaruh Islam kembali menguat terjadi pada sekitar tahun 1818 setelah kesultanan Kesepuhan (Pakungwati) mengutus Ki Kasijan (Pangeran Bugis), yang merupakan kepercayaan kesultanan Kasepuhan untuk menjadi kepala Desa atau Kuwu di Pegagan.
Ki Kasijan dikenal sebagai Kuwu yang bibirnya cacat (Sumbing) atau dalam bahasa Cirebon disebut Suwing, oleh karena itu Ki Kasijan dikenal pula oleh masyarakat Pegagan dengan sebutan Ki Buyut Suwing. Di bahwah pemerintahan Ki Kasijan pegagan makin teratur, sebab ladang-ladang di urus dengan betul-betul, sehigga pada masa ini rakyat pegagan menjadi makmur. Selain dikenal pandai menata desa, Ki Buyut Suing juga dikisahkan ikut membantu perjuangan Bagus Ringin dan pengikutnya ketika meletus Perang Kedongdong.
Assalamualaikum Punten admin....mau tanya tentang sumber buku(arsip) tentang sejarah desa pegagan khususnya ttg Ki braja Geni dan Ki braja mungkara..??
BalasHapus