Sejarah Desa Segarahiang Kec Darma Kab Kuningan
Desa Sagarahiang terlatak di wilayah Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan. Seiring ditemukannya situs Sangiang para sejarawan menympulkan bahwa di tempat yang kini disebut desa Sagariahiang tersebut telah berdiri perkampungan kuno.
Penemuan situs Sangiang di desa Sagarahiang menobatkan desa Sagarahiang sebagai salah satu desa tertua di Kuningan, para sejarawan menduga usia desa tersebut kurang lebih 642 tahun. Di tinjau dari asal namanya, diketahui nama Sagarahiang, berasal dari kata “sagara” dan “hiang”. Sagara bermaksud lautan sementara hiang bermaksud dewa. Dengan demikian, Sagarahiang bermaksud lautan para dewa. Disebut demikian karena didaerah itu dahulu merupakan tempat pemujaan para dewa, sebagaimana situs Sangiyang yang juga ternyata merupakan situs penyebahan dewa-dewa hindu.
Menurut legenda masyarakat setempat, konon desa Sagarahiang pertama kali dipimpin oleh seorang yang bernama Bewu, tokoh Ki Bewu mempunyai garis keturunan dengan Sang Maharesi Demunawan atau Prabu Seuweukarma, atau juga disebut Rahiyangtang Kuku.
Prabu Seuweukarma, atau Rahiyangtang Kuku berasal dari Galuh. Sewaktu masih kecil ia bernama Demunawan. Beliau menganut agama Sanghiang (Hindu) dan memiliki Ajian Dangiang Kuning yang ia amalkan dengan baik.
Ajian Dangiang Kuning bermaksud ajaran yang didalamnya membahas mengenai sesuatu hal yang dianggap sebagai kebenaran tertinggi yaitu tentang kebatinan (Ibadah), dan tentang bagaimana tata caranya berkasih sayang kepada sesama manusia.
Tokoh Prabu Seuweukarma dikisahkan sebagai seorang Raja bawahan Galuh, ia memerintah di Kerajaan Saunggalah (Kuningan) pada tahun 732 Masehi. Kabar mengenai Prabu Seuweukarma diceritakan dalam naskah Carita Parahiangan, dalam naskah tersebut dikisahkan bahwa :
“Sang Seuweukarma jadi Tohaan di Kuningan, lahirna di patapan, enya eta Rahiang Sempakwaja. Sakitu mulyana, ieu tangtu Rahiang Sempakwaja. Ayeuna caritakeun Rahiangtang Kuku, indit ka Arile, ngababakan di Kuningan. Kasohor Rahiangtang Kuku, nya eta Sang Seuweukarma, ngadeg di Kuningan, anakna Rahiang Sempakwaja”
Selain mendapat julukan Rahiyangtang Kuku, ia juga seorang Resi Guru yang mempunyai daerah pengaruh yang luas, sehingga daerah-daerah kekuasaannya dapat dijadikan andalan dalam kekuatan politik.
Penobatan penguasa Kerajaan Saunggalah yang diberikan kepada Seuweukarma terjadi karena adanya pertikaian perebutan tahta kerajaan di lingkungan keturunan Wretikandayun, serta adanya permintaan dari Sang Sanjaya kepada Sempakwaja untuk merestui pengangkatan Sang Seuweukarma menjadi pemegang pemerintahan di Galuh. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh Danghiyang Guru Sempakwaja
Desa Sagarahiang merupakan salah satu tempat yang telah lama dihuni oleh para penduduk zaman agama Hindu, tepatnya menjadi desa pusat penyembahan para dewa di Kerajaan Saunggalah, hal tersebut bukan hanya klaim semata, melainkan didukung-fakta-fakta arkologis berupa peninggalan kebudayaan Hindu-Budha yang ditemukan di Situs Sanghiyang.
Penemuan situs Sangiang di desa Sagarahiang menobatkan desa Sagarahiang sebagai salah satu desa tertua di Kuningan, para sejarawan menduga usia desa tersebut kurang lebih 642 tahun. Di tinjau dari asal namanya, diketahui nama Sagarahiang, berasal dari kata “sagara” dan “hiang”. Sagara bermaksud lautan sementara hiang bermaksud dewa. Dengan demikian, Sagarahiang bermaksud lautan para dewa. Disebut demikian karena didaerah itu dahulu merupakan tempat pemujaan para dewa, sebagaimana situs Sangiyang yang juga ternyata merupakan situs penyebahan dewa-dewa hindu.
Menurut legenda masyarakat setempat, konon desa Sagarahiang pertama kali dipimpin oleh seorang yang bernama Bewu, tokoh Ki Bewu mempunyai garis keturunan dengan Sang Maharesi Demunawan atau Prabu Seuweukarma, atau juga disebut Rahiyangtang Kuku.
Kantor Kepala Desa Segarahiang Kuningan |
Ajian Dangiang Kuning bermaksud ajaran yang didalamnya membahas mengenai sesuatu hal yang dianggap sebagai kebenaran tertinggi yaitu tentang kebatinan (Ibadah), dan tentang bagaimana tata caranya berkasih sayang kepada sesama manusia.
Tokoh Prabu Seuweukarma dikisahkan sebagai seorang Raja bawahan Galuh, ia memerintah di Kerajaan Saunggalah (Kuningan) pada tahun 732 Masehi. Kabar mengenai Prabu Seuweukarma diceritakan dalam naskah Carita Parahiangan, dalam naskah tersebut dikisahkan bahwa :
“Sang Seuweukarma jadi Tohaan di Kuningan, lahirna di patapan, enya eta Rahiang Sempakwaja. Sakitu mulyana, ieu tangtu Rahiang Sempakwaja. Ayeuna caritakeun Rahiangtang Kuku, indit ka Arile, ngababakan di Kuningan. Kasohor Rahiangtang Kuku, nya eta Sang Seuweukarma, ngadeg di Kuningan, anakna Rahiang Sempakwaja”
Selain mendapat julukan Rahiyangtang Kuku, ia juga seorang Resi Guru yang mempunyai daerah pengaruh yang luas, sehingga daerah-daerah kekuasaannya dapat dijadikan andalan dalam kekuatan politik.
Penobatan penguasa Kerajaan Saunggalah yang diberikan kepada Seuweukarma terjadi karena adanya pertikaian perebutan tahta kerajaan di lingkungan keturunan Wretikandayun, serta adanya permintaan dari Sang Sanjaya kepada Sempakwaja untuk merestui pengangkatan Sang Seuweukarma menjadi pemegang pemerintahan di Galuh. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh Danghiyang Guru Sempakwaja
Desa Sagarahiang merupakan salah satu tempat yang telah lama dihuni oleh para penduduk zaman agama Hindu, tepatnya menjadi desa pusat penyembahan para dewa di Kerajaan Saunggalah, hal tersebut bukan hanya klaim semata, melainkan didukung-fakta-fakta arkologis berupa peninggalan kebudayaan Hindu-Budha yang ditemukan di Situs Sanghiyang.
Posting Komentar untuk "Sejarah Desa Segarahiang Kec Darma Kab Kuningan"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.