Biografi Arya Damar
Arya Damar adalah tokoh yang hidup masa Kerajaan Majapahit, tokoh Arya Damar banyak disebut dalam beberapa sumber sejarah seperti Babad Tanah Jawi, Naskah Usana Jawa, Naskah Kronik Cina Kuil Sam-Po-Kong Semarang dan lain sebagainya. Akan tetapi dalam sumber-sumber tersebut Tokoh Arya Damar digambarkan kembar, sebab ada yang hidup masa Gajah Mada ada juga yang hidup di masa-masa akhir Kerajaan Majapahit.
Menurut Babad Tanah Jawi, Arya Damar mempunyai nama lain Jaka Dilah, merupakan anak dari Brawijaya (Raden Alit) dari seorang raksasa wanita bernama Ni Endang Sasmitapura. Menurut sumber ini Arya Damar dikisahkan memilik kesaktian dapat menggiring binatang buas dari hutan ke alun-alun Majapahit sehingga sang Prabu Brawijaya yang gemar berburu tidak perlu mendatangi hutan.
Perkawinan Brawijaya dengan seorang raksasa dimulai ketika raksasa tersebut menyamar menjadi seorang wanita cantik dengan nama Ni Endang Sasmitapura, kecantikannya membuat Raja tertarik sehingga ia dijadikan selir Raja.
Setelah beberapa lama, Ni Endang Sasmitapura mengandung, ketika ia nyidam ia rupanya memakan rujak daging mentah sehingga ia berubah lagi menjadi raksasa, sang Raja terkejut dan memerintahkan prajuritnya untuk membunuh Ni Endang, akan tetapi ia berhasil melarikan diri ke hutan dengan keadaan mengandung. Dikemudian hari Ni Endang Sasmitapura melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Arya Damar.
Setelah dewasa Arya Damar menanyakan ayahnya, sebab itulah ibunya kemudian menyatakan bahwa ayahnya adalah Raja Majapahit. Selepas mengetahui ayahnya, Arya Damar bertolak ke Majapahit.
Sesampainya di Majapahit, ia menemui Patih Gajah Mada dan mengutarakan jati diri serta kemauannya, sehingga Gajah Mada mengantarkannya ke hadapan Raja. Karena anaknya Raja akhirnya menrima Arya Damar dan menjadikaknnya sebagai Tentara Pengawal.
Ketika Brawijaya hendak berburu ke hutan, Arya Damar memohon agar Raja tidak usah datang-satang ke hutan, sebab ia sanggup menggiring berbagai macam buruan ke Alun-Alun Majapahit. Sang Raja menurut, tetapi jika Arya Damar tidak bisa mendatangkannya, Arya Damar akan dijatuhi hukuman mati.
Arya Damar kemudian berangkat ke tengah hutan, ia juga meminta bantuan Ibunya, sehingga dengan kesaktian Ibu dan dirinya, Arya Damar kemudian dapat mendatangkan berbagai macam binatang buruan ke alun-alun Majapahit. Melihat hal tersebut Raja sangat gembira karena bisa berburu di alun-alun Majapahit. Selepas peristiwa itu Arya Damar kemudian dihadiahi jabatan tinggi, yaitu diangkat menjadi Raja di Palembang serta dihadiahi abdi sebanyak 10.000 orang, Arya Damar lalu berangkat ke Palembang untuk menjadi Raja bawahan Majapahit disana.
Sementara itu menurut Naskah Usana Jawa yang berasal dari pulau Bali disebutkan bahwa ; Bersama Gajah Mada, Arya Damar berhasil menaklukan Kerajaan Bedahulu di Bali sehingga keduanya menjadi Pahlawan bagi Majapahit dalam peristiwa penaklukan Pulau Bali kedawalam wilayah Majapahit.
Menurut Slamet Mulyana yang telah melakukan penelitian pada naskah Kronik Cina Kuil Sam-Po Kong Semarang, menyatakan bahwa Arya Damar dalam naskah tersebut disebut dengan nama Swan Liong. Karena dalam naskah itu dikisahkan bahwa Swan Liong dinyatakan sebagai Adipati Palembang dan mengasuh dua orang anak yang bernama Jin-Bun (Raden Fatah) dan Kin-San (Raden Husain). Dalam nasakah ini juga disebutkan bahwa Arya Dmar pada mulanya adalah seorang peracik Mesiau yaitu bahan Peledak Meriam yang pabriknya berada di Semarang.
Menurut Babad Tanah Jawi, Arya Damar mempunyai nama lain Jaka Dilah, merupakan anak dari Brawijaya (Raden Alit) dari seorang raksasa wanita bernama Ni Endang Sasmitapura. Menurut sumber ini Arya Damar dikisahkan memilik kesaktian dapat menggiring binatang buas dari hutan ke alun-alun Majapahit sehingga sang Prabu Brawijaya yang gemar berburu tidak perlu mendatangi hutan.
Perkawinan Brawijaya dengan seorang raksasa dimulai ketika raksasa tersebut menyamar menjadi seorang wanita cantik dengan nama Ni Endang Sasmitapura, kecantikannya membuat Raja tertarik sehingga ia dijadikan selir Raja.
Setelah beberapa lama, Ni Endang Sasmitapura mengandung, ketika ia nyidam ia rupanya memakan rujak daging mentah sehingga ia berubah lagi menjadi raksasa, sang Raja terkejut dan memerintahkan prajuritnya untuk membunuh Ni Endang, akan tetapi ia berhasil melarikan diri ke hutan dengan keadaan mengandung. Dikemudian hari Ni Endang Sasmitapura melahirkan anak laki-laki yang diberi nama Arya Damar.
Setelah dewasa Arya Damar menanyakan ayahnya, sebab itulah ibunya kemudian menyatakan bahwa ayahnya adalah Raja Majapahit. Selepas mengetahui ayahnya, Arya Damar bertolak ke Majapahit.
Sesampainya di Majapahit, ia menemui Patih Gajah Mada dan mengutarakan jati diri serta kemauannya, sehingga Gajah Mada mengantarkannya ke hadapan Raja. Karena anaknya Raja akhirnya menrima Arya Damar dan menjadikaknnya sebagai Tentara Pengawal.
Ketika Brawijaya hendak berburu ke hutan, Arya Damar memohon agar Raja tidak usah datang-satang ke hutan, sebab ia sanggup menggiring berbagai macam buruan ke Alun-Alun Majapahit. Sang Raja menurut, tetapi jika Arya Damar tidak bisa mendatangkannya, Arya Damar akan dijatuhi hukuman mati.
Arya Damar kemudian berangkat ke tengah hutan, ia juga meminta bantuan Ibunya, sehingga dengan kesaktian Ibu dan dirinya, Arya Damar kemudian dapat mendatangkan berbagai macam binatang buruan ke alun-alun Majapahit. Melihat hal tersebut Raja sangat gembira karena bisa berburu di alun-alun Majapahit. Selepas peristiwa itu Arya Damar kemudian dihadiahi jabatan tinggi, yaitu diangkat menjadi Raja di Palembang serta dihadiahi abdi sebanyak 10.000 orang, Arya Damar lalu berangkat ke Palembang untuk menjadi Raja bawahan Majapahit disana.
Sementara itu menurut Naskah Usana Jawa yang berasal dari pulau Bali disebutkan bahwa ; Bersama Gajah Mada, Arya Damar berhasil menaklukan Kerajaan Bedahulu di Bali sehingga keduanya menjadi Pahlawan bagi Majapahit dalam peristiwa penaklukan Pulau Bali kedawalam wilayah Majapahit.
Menurut Slamet Mulyana yang telah melakukan penelitian pada naskah Kronik Cina Kuil Sam-Po Kong Semarang, menyatakan bahwa Arya Damar dalam naskah tersebut disebut dengan nama Swan Liong. Karena dalam naskah itu dikisahkan bahwa Swan Liong dinyatakan sebagai Adipati Palembang dan mengasuh dua orang anak yang bernama Jin-Bun (Raden Fatah) dan Kin-San (Raden Husain). Dalam nasakah ini juga disebutkan bahwa Arya Dmar pada mulanya adalah seorang peracik Mesiau yaitu bahan Peledak Meriam yang pabriknya berada di Semarang.
Posting Komentar untuk "Biografi Arya Damar"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.