Pemberontakan Pamandana dan Mahisa Pawagal pada Majapahit 1316
Pamandana dan Mahisa Pawagal adalah Prajurit kesayangan Mahapatih Nambi, keduanya diberikan kepercayaan oleh Nambi sebagai panglima perang dalam tiap-tiap ekspedisi tempur yang dilakukan Majapahit dalam menghadapi tentara musuh. Pada Tahun 1316 tidak lama setelah terbuhuhnya Nambi keduanya melakukan pemberontakan.
Pamandana dan Mahisa Pawagal sudah menjadi keluarga sendiri bagi Mahapatih Nambi, sebab itulah keduanya juga menganggap Nambi selayakanya sebagai orang tua mereka sendiri. Menurut Kidung Sorandaka Pamandana dan Mahisa Pawagal adalah para tentara Pengikut Nambi yang juga terlibat dalam peristiwa pemberontakan Nambi pada Tahun 1316.
Ketika Patih Nambi difitnah oleh Dyah Halayuda memberontak, tentara Majapahit menyerbu Lumajang, dalam serbuan tersebut Nambi terbunuh pada Tahun 1316. Pada peristiwa tersebut Pamandana dan Mahisa Pawagal ikut membantu Nambi, akan tetapi keduanya berhasil menyelamatkan diri ketika Nambi terbuhuh, mereka mengundurkan diri untuk kemudian melanjutkan perlawnan Nambi.
Pada tahun yang sama (1316) selepas kematian Nambi, Pamandana dan Mahisa Pawagal mengumpulkan lagi sisa-sisa prajurit Nambi yang masih selamat untuk melakukan perlawanan, keduanya juga merekrut tentara baru untuk memberontak, keduanya bertekad untuk menumbangkan Dyah Halayuda yang menurut keduanya dalang dari kematian Nambi. Waktu itu Dyah Halayuda sudah diangkat menjadi Mahapatih pengganti Nambi.
Pusat dan pergerakan pemberontakan Pamandana dan Mahisa Pawagal berada di Desa Rabut Buhayabang, dari desa tersebut keduanya mengatur taktik pemberontakan. Namun berbeda dengan pemberontakan yang dilakukan Nambi, keduanya melakukan pemberontakan dengan jalan grilya, hal ini dilakukan karena psukan yang mereka punya tidak memungkinkan jika melakukan perang terbuka.
Meskipun Desa Rabut Buhayabang dijadikan sebagai markas utama pemberontakan, akan tetapi keduanya merahasiakannya. Sampai pada suatu ketika kedudukan Rabut Buhayabang sebagai markas pemberontakan terbongkar karena penghianatan. Sehingga akhirnya dengan pasukan yang besar Mahaptih Dyah Halyuda menyerbu desa tersebut dengan pasukan yang besar. Dalam penyerbuan tersebut Pamandana dan Mahisa Pawagal, kedunya terbuhuh masih pada Tahun 1316.
Dikemudian hari, Pemberotakan Pamandana dan Mahisa Pawagal dilanjutkan oleh Ra Semi yang juga merupakan pengikut Patih Nambi yang selamat dalam peristiwa pemberontakan Nambi pada Tahun 1316.
Baca Juga: Pemberontakan Ra Semi 1318
Pamandana dan Mahisa Pawagal sudah menjadi keluarga sendiri bagi Mahapatih Nambi, sebab itulah keduanya juga menganggap Nambi selayakanya sebagai orang tua mereka sendiri. Menurut Kidung Sorandaka Pamandana dan Mahisa Pawagal adalah para tentara Pengikut Nambi yang juga terlibat dalam peristiwa pemberontakan Nambi pada Tahun 1316.
Ketika Patih Nambi difitnah oleh Dyah Halayuda memberontak, tentara Majapahit menyerbu Lumajang, dalam serbuan tersebut Nambi terbunuh pada Tahun 1316. Pada peristiwa tersebut Pamandana dan Mahisa Pawagal ikut membantu Nambi, akan tetapi keduanya berhasil menyelamatkan diri ketika Nambi terbuhuh, mereka mengundurkan diri untuk kemudian melanjutkan perlawnan Nambi.
Pada tahun yang sama (1316) selepas kematian Nambi, Pamandana dan Mahisa Pawagal mengumpulkan lagi sisa-sisa prajurit Nambi yang masih selamat untuk melakukan perlawanan, keduanya juga merekrut tentara baru untuk memberontak, keduanya bertekad untuk menumbangkan Dyah Halayuda yang menurut keduanya dalang dari kematian Nambi. Waktu itu Dyah Halayuda sudah diangkat menjadi Mahapatih pengganti Nambi.
Pusat dan pergerakan pemberontakan Pamandana dan Mahisa Pawagal berada di Desa Rabut Buhayabang, dari desa tersebut keduanya mengatur taktik pemberontakan. Namun berbeda dengan pemberontakan yang dilakukan Nambi, keduanya melakukan pemberontakan dengan jalan grilya, hal ini dilakukan karena psukan yang mereka punya tidak memungkinkan jika melakukan perang terbuka.
Meskipun Desa Rabut Buhayabang dijadikan sebagai markas utama pemberontakan, akan tetapi keduanya merahasiakannya. Sampai pada suatu ketika kedudukan Rabut Buhayabang sebagai markas pemberontakan terbongkar karena penghianatan. Sehingga akhirnya dengan pasukan yang besar Mahaptih Dyah Halyuda menyerbu desa tersebut dengan pasukan yang besar. Dalam penyerbuan tersebut Pamandana dan Mahisa Pawagal, kedunya terbuhuh masih pada Tahun 1316.
Dikemudian hari, Pemberotakan Pamandana dan Mahisa Pawagal dilanjutkan oleh Ra Semi yang juga merupakan pengikut Patih Nambi yang selamat dalam peristiwa pemberontakan Nambi pada Tahun 1316.
Baca Juga: Pemberontakan Ra Semi 1318
Posting Komentar untuk "Pemberontakan Pamandana dan Mahisa Pawagal pada Majapahit 1316"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.