Arti Nama Walangsungsang dan Cakrabuana
Setiap nama seseorang tentu mempunyai arti sebab jarang sekali nama yang tak memiliki arti, begitupun dengan nama Walangsungsang dan Cakrabuana memiliki artinya sendiri. Untuk dapat menemukan arti nama Walangsungsang dan Cakrabuana bisa dilakukan dengan cara melacaknya melalui pendekatan kebahasaan dan sejarah.
Secara bahasa Walangsungsang berasal dari dua kata Bahasa Suda, yaitu kata “Walang” dan “Sungsang”, kata Walang berarti “Belalang” sementara “Sungsang” berarti terbalik, dengan demikian arti nama Walangsungsang bermaksud “Belalang yang Terbalik” tidak ada yang tau secara pasti mengapa Prabu Siliwangi menamakan anaknya dengan nama demikian, akan tetapi pada umumnya penamaan orang dengan nama-nama binatang di pulau Jawa termasuk didalamnya orang Sunda sudah sangat umum dilakukan pada abad 13-16 Masehi.
Ada kemungkinan Walangsungsang lahir dari Rahim ibunya dengan cara sungasang atau ketika lahir yang keluar dari kemaluan ibunya bukan kepala terlebih dahulu melainkan kaki, sementara diambilnya kata walang ada kemungkinan sejak kecil Pangeran Walangsungsang seperti belalang, rupanya tinggi dan ramping. Sekali lagi bahwa ini adalah opini dari penulis saja.
Sementara itu mengenai arti kata Cakrabuana sebetulnya lebih mudah dilacak, karena nama tersebut disebutkan dalam sumber-sumber sejarah Cirebon. Kata Cakrabuana terdiri dari dua kata Bahasa Sunda, yaitu “Cakra” dan “Buwana” kata “Cakra” berarti “Nyakra=Pengemban” sementara kata “Buwana” berarti “Bumi/Tanah”.
Menurut Sejarah Cirebon, Pangeran Walangsungsang diberi gelar Cakrabuana oleh masyarakat Cirebon setelah ia menjabat sebagai “Pangaksabhumi” atau “Raksabumi” di Padukuhan Caruban. Jabatan tersebut dalam susunan kepemrintahan desa di Cirebon bertugas sebagai pengawas tanah dan bangunan di desa. Adapun maksud dari Cakrabuana adalah “seseorang yang mengemban jabatan Raksabumi atau Pangaksabhumi”.
Subang Larang adalah satu-satunya istri Prabu Siliwangi yang beragama Islam, soal keyakinan Pangeran Walangsungsang lebih memilih agama Ibundanya ketimbang agama ayahnya (Hindu-Budha). Kecintaannya terhadap agama Islam dikemudian hari menyebabkannya tidak disukai oleh kerbatnya di Istana, sehingga ia kemudian memilih untuk keluar dari Istana dan merantau mencari guru agama Islam serta menjadi seorang pengembara.
Baca Juga: Pangeran Walangsungsang Meninggalkan Istana Pajajaran
Perantauan Pangeran Walangsungsang sampai di Gunung Jati, ia belajar agama Islam disana kepada Syekh Nurjati hingga dinikahkan dengan anaknya. Selain itu Pangeran Walangsungsang juga menikah dengan anak Ki Gedeng Alang-Alang seorang Kuwu Pedukuhan Caruban yang baru saja dibentuk, melalui mertuanya itulah Panngeran Walangsungsang dikemudian hari diangkat sebagai “Pangaksabhumi Caruban”.
Kedalaman ilmu-ilmu Islam yang didapat Pangeran Walangsungsang dari guru-gurunya di Jawa mapun dari guru-gurunya yang ada di Mekah selepas menunaika Ibadah Haji menyebabkannya menjadi seorang yang mumpuni dalam ilmu agama, sehingga Pangeran Walangsungsang menyebarkan agama Islam di wilayah Caruban. Selepas kematian Ki Gedeng Alang-Alang, Pangeran Cakrabuana menggantikan kedudukannya sebagai Kuwu Caruban, sehingga dikemudian hari Pangeran Walangsungsang juga dikenal oleh masyarakat Cirebon dengan panggilan “Mbah Kuwu Cirebon”. Selanjutnya Pedukuhan Caruban yang dibangun Pangeran Walangsungsang menjadi ramai, menjelma menjadi Kota dan Kemudian menjadi Negara Islam pertama di tanah Sunda.
Baca Juga: Perjalanan Hidup Pangeran Walangsungsang
Secara bahasa Walangsungsang berasal dari dua kata Bahasa Suda, yaitu kata “Walang” dan “Sungsang”, kata Walang berarti “Belalang” sementara “Sungsang” berarti terbalik, dengan demikian arti nama Walangsungsang bermaksud “Belalang yang Terbalik” tidak ada yang tau secara pasti mengapa Prabu Siliwangi menamakan anaknya dengan nama demikian, akan tetapi pada umumnya penamaan orang dengan nama-nama binatang di pulau Jawa termasuk didalamnya orang Sunda sudah sangat umum dilakukan pada abad 13-16 Masehi.
Ada kemungkinan Walangsungsang lahir dari Rahim ibunya dengan cara sungasang atau ketika lahir yang keluar dari kemaluan ibunya bukan kepala terlebih dahulu melainkan kaki, sementara diambilnya kata walang ada kemungkinan sejak kecil Pangeran Walangsungsang seperti belalang, rupanya tinggi dan ramping. Sekali lagi bahwa ini adalah opini dari penulis saja.
Sementara itu mengenai arti kata Cakrabuana sebetulnya lebih mudah dilacak, karena nama tersebut disebutkan dalam sumber-sumber sejarah Cirebon. Kata Cakrabuana terdiri dari dua kata Bahasa Sunda, yaitu “Cakra” dan “Buwana” kata “Cakra” berarti “Nyakra=Pengemban” sementara kata “Buwana” berarti “Bumi/Tanah”.
Menurut Sejarah Cirebon, Pangeran Walangsungsang diberi gelar Cakrabuana oleh masyarakat Cirebon setelah ia menjabat sebagai “Pangaksabhumi” atau “Raksabumi” di Padukuhan Caruban. Jabatan tersebut dalam susunan kepemrintahan desa di Cirebon bertugas sebagai pengawas tanah dan bangunan di desa. Adapun maksud dari Cakrabuana adalah “seseorang yang mengemban jabatan Raksabumi atau Pangaksabhumi”.
Sekilas Tentang Pangeran Walangsungsang/Cakrabuana
Pangeran Walangsungsang sebetulnya adalah anak tertua Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi) yaitu Raja kerajaan Sunda-Galuh (Pakuan Pajajaran) pertama dengan Subang Larang, putri dari Mangkubhumi Singapura.Subang Larang adalah satu-satunya istri Prabu Siliwangi yang beragama Islam, soal keyakinan Pangeran Walangsungsang lebih memilih agama Ibundanya ketimbang agama ayahnya (Hindu-Budha). Kecintaannya terhadap agama Islam dikemudian hari menyebabkannya tidak disukai oleh kerbatnya di Istana, sehingga ia kemudian memilih untuk keluar dari Istana dan merantau mencari guru agama Islam serta menjadi seorang pengembara.
Baca Juga: Pangeran Walangsungsang Meninggalkan Istana Pajajaran
Perantauan Pangeran Walangsungsang sampai di Gunung Jati, ia belajar agama Islam disana kepada Syekh Nurjati hingga dinikahkan dengan anaknya. Selain itu Pangeran Walangsungsang juga menikah dengan anak Ki Gedeng Alang-Alang seorang Kuwu Pedukuhan Caruban yang baru saja dibentuk, melalui mertuanya itulah Panngeran Walangsungsang dikemudian hari diangkat sebagai “Pangaksabhumi Caruban”.
Kedalaman ilmu-ilmu Islam yang didapat Pangeran Walangsungsang dari guru-gurunya di Jawa mapun dari guru-gurunya yang ada di Mekah selepas menunaika Ibadah Haji menyebabkannya menjadi seorang yang mumpuni dalam ilmu agama, sehingga Pangeran Walangsungsang menyebarkan agama Islam di wilayah Caruban. Selepas kematian Ki Gedeng Alang-Alang, Pangeran Cakrabuana menggantikan kedudukannya sebagai Kuwu Caruban, sehingga dikemudian hari Pangeran Walangsungsang juga dikenal oleh masyarakat Cirebon dengan panggilan “Mbah Kuwu Cirebon”. Selanjutnya Pedukuhan Caruban yang dibangun Pangeran Walangsungsang menjadi ramai, menjelma menjadi Kota dan Kemudian menjadi Negara Islam pertama di tanah Sunda.
Baca Juga: Perjalanan Hidup Pangeran Walangsungsang
Posting Komentar untuk "Arti Nama Walangsungsang dan Cakrabuana"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.