Guru-Guru Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati yang memiliki nama asli Syarif Hidayatullah adalah salah satu anggota Wali Songo yang dikemudian hari menjadi Sultan Cirebon. Sebagai seorang Wali dan pemuka agama Islam terkemuka, tentu Sunan Gunung Jati memiliki guru, sebab pada hakikatnya kepandaian seseorang dalam menguasai ilmu-ilmu agama dikarenakan bimbingan dari seorang guru.
Guru-guru Sunan Gunung Jati yang masyhur diinformasikan dalam Naskah Mertasinga (Wahju, 2010 23-27). Dalam naskah tersebut setidak-tidaknya disebutkan beberapa nama guru Sunan Gunung Jati, diantaranya, Syekh Najmudin Kubra, Syekh Muhamad Athaillah, Syekh Sidiq, Syekh Benthong, Datuk Bahrul dan Sunan Ampel.
Menurut Naskah Mertasinga, disebutkan bahwa Sunan Gunung Jati berguru kepada Syekh Najmudin Kubro ketika berada di Mekah. Sunan Gunung Jati pada ulama ini belajar tentang Tarekat Naksabandiyah, Tarekat Istikai dan Tarekat Satariyah. Pada saat menuntut ilmu pada Syekh Najmudin Kubro Sunan Gunung Jati dikisahkan cepat menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan.
Masih dalam Naskah yang sama, selepas menuntut ilmu pada Syekh Najmudin Kubro, Sunan Gunung Jati juga berguru pada Syekh Muhamad Athaillah di Sadili, pada ulama ini Sunan Gunung Jati berguru tentang tata cara berzikir kepada Allah, ilmu macam ini dalam naskah Mertasinga disebut sigul hiyarya dan tanarul al- tar’qu.
Selain berguru pada Syekh Najmudin Kubro dan Syekh Muhamad Athaillah, naksah Mertasinga juga menginformasikan bahwa Sunan Gunung Jati berguru pada Syekh Sidiq, beliau merupakan ulama asal Kerajaan Pasai (Aceh). Pada Syekh Sidiq Sunan Gunung Jati belajar tentang Tarekat An-Nafsiyah. Setelah itu, Sunan Gunung Jati juga dinformasikan berguru pada Syekh Benthong, seorang ulama terkemuka yang mendakwahkan Islam di Jawa Barat (Karawang), pada ulama ini Sunan Gunung Jati belajar tidak lama, mengingat Syekh Benthong menganggap Sunan Gunung Jati sudah memiliki ilmu yang luas.
Selepas berguru pada Syekh Benthong, Sunan Gunung Jati juga berguru pada Datuk Bahrul, ulama ini dikisahkan sebagai ulama yang bertempat tinggal di atas laut (bertempat tinggal di rumah panggung di bibir pantai), pada ulama ini Sunan Gunung Jati belajar ilmu-ilmu keilsaman, sebelum akhirnya pamit untuk berguru pada guru yang lain.
Selanjutnya, guru Sunan Gunung Jati yang terakhir, sebagaimana yang disebutkan dalam naskah Mertasinga adalah Sunan Ampel Denta, pada Sunan Ampel inilah Sunan Gunung Jati ditempa ilmu-ilmu keagamaan dan pemerintahan sebelum akhirnya diperintahkan untuk mendakwahkan Islam di Cirebon membantu uwaknya Pangeran Cakrabuana, selian itu Sunan Ampel juga memerintahkan Sunan Gunung Jati untuk menetap di Gunung Sembung.
Demikianlah guru-guru Sunan Gung Jati yang disebutkan dalam naskah Mertasinga, meskipun begitu informasi di atas tentu masih harus dikaji secara seksama, karena dari guru-guru Sunan Gunung jati yang telah disebutkan ternyata hidupnya tidak sezaman dengan Sunan Gunung Jati.
Syekh Najmudin Kubra (1145-1221 M), Syekh Muhamad Athaillah (1250-1309 M) adalah ulama Sufi terkemuka yang hidupnya jauh sebelum Sunan Gunung Jati hidup, oleh karena itu ada kemungkinan Sunan Gunung Jati hanya berguru pada murid-murid dari keduanya. Sementara untuk gurunya yang lain, yaitu Syekh Sidiq, Syekh Benthong, Datuk Bahrul dan Sunan Ampel dipastikan sezaman dengan masa Sunan Gunung Jati hidup.
Guru-guru Sunan Gunung Jati yang masyhur diinformasikan dalam Naskah Mertasinga (Wahju, 2010 23-27). Dalam naskah tersebut setidak-tidaknya disebutkan beberapa nama guru Sunan Gunung Jati, diantaranya, Syekh Najmudin Kubra, Syekh Muhamad Athaillah, Syekh Sidiq, Syekh Benthong, Datuk Bahrul dan Sunan Ampel.
Menurut Naskah Mertasinga, disebutkan bahwa Sunan Gunung Jati berguru kepada Syekh Najmudin Kubro ketika berada di Mekah. Sunan Gunung Jati pada ulama ini belajar tentang Tarekat Naksabandiyah, Tarekat Istikai dan Tarekat Satariyah. Pada saat menuntut ilmu pada Syekh Najmudin Kubro Sunan Gunung Jati dikisahkan cepat menguasai ilmu-ilmu yang diajarkan.
Masih dalam Naskah yang sama, selepas menuntut ilmu pada Syekh Najmudin Kubro, Sunan Gunung Jati juga berguru pada Syekh Muhamad Athaillah di Sadili, pada ulama ini Sunan Gunung Jati berguru tentang tata cara berzikir kepada Allah, ilmu macam ini dalam naskah Mertasinga disebut sigul hiyarya dan tanarul al- tar’qu.
Selain berguru pada Syekh Najmudin Kubro dan Syekh Muhamad Athaillah, naksah Mertasinga juga menginformasikan bahwa Sunan Gunung Jati berguru pada Syekh Sidiq, beliau merupakan ulama asal Kerajaan Pasai (Aceh). Pada Syekh Sidiq Sunan Gunung Jati belajar tentang Tarekat An-Nafsiyah. Setelah itu, Sunan Gunung Jati juga dinformasikan berguru pada Syekh Benthong, seorang ulama terkemuka yang mendakwahkan Islam di Jawa Barat (Karawang), pada ulama ini Sunan Gunung Jati belajar tidak lama, mengingat Syekh Benthong menganggap Sunan Gunung Jati sudah memiliki ilmu yang luas.
Selepas berguru pada Syekh Benthong, Sunan Gunung Jati juga berguru pada Datuk Bahrul, ulama ini dikisahkan sebagai ulama yang bertempat tinggal di atas laut (bertempat tinggal di rumah panggung di bibir pantai), pada ulama ini Sunan Gunung Jati belajar ilmu-ilmu keilsaman, sebelum akhirnya pamit untuk berguru pada guru yang lain.
Selanjutnya, guru Sunan Gunung Jati yang terakhir, sebagaimana yang disebutkan dalam naskah Mertasinga adalah Sunan Ampel Denta, pada Sunan Ampel inilah Sunan Gunung Jati ditempa ilmu-ilmu keagamaan dan pemerintahan sebelum akhirnya diperintahkan untuk mendakwahkan Islam di Cirebon membantu uwaknya Pangeran Cakrabuana, selian itu Sunan Ampel juga memerintahkan Sunan Gunung Jati untuk menetap di Gunung Sembung.
Demikianlah guru-guru Sunan Gung Jati yang disebutkan dalam naskah Mertasinga, meskipun begitu informasi di atas tentu masih harus dikaji secara seksama, karena dari guru-guru Sunan Gunung jati yang telah disebutkan ternyata hidupnya tidak sezaman dengan Sunan Gunung Jati.
Syekh Najmudin Kubra (1145-1221 M), Syekh Muhamad Athaillah (1250-1309 M) adalah ulama Sufi terkemuka yang hidupnya jauh sebelum Sunan Gunung Jati hidup, oleh karena itu ada kemungkinan Sunan Gunung Jati hanya berguru pada murid-murid dari keduanya. Sementara untuk gurunya yang lain, yaitu Syekh Sidiq, Syekh Benthong, Datuk Bahrul dan Sunan Ampel dipastikan sezaman dengan masa Sunan Gunung Jati hidup.
Posting Komentar untuk "Guru-Guru Sunan Gunung Jati"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.