Pangeran Walangsungsang Diusir Prabu Siliwangi
Pangeran Walangsungsang dalam sejarah dan tradisi Cirebon dianggap sebagai anak tertua dari Prabu SIliwangi, Ibunya bernama Subang Larang istri kedua Prabu Siliwangi. Perkawinan Prabu Siliwangi dengan Istri pertamanya Nyi Ambet Kasih tidak memiliki keturunan, sehingga Pangeran Walangsungsang menjadi anak pertama Prabu Siliwangi.
Sebagai anak tertua, Pangeran Walangsungsang sebetulnya berhak atas tahta Kerajaan Pajajaran, meskipun demikian tahta itu akhirnya jatuh kepada Pangeran Surawisesa adik tirinya. Ada peristiwa yang melatar belakangi mengapa dikemudian hari Pangeran Walangsungsang tidak dapat memperoleh tahtanya. Salah satunya adalah karena Walangsungsang memilih beragama Islam dan meninggalkan Istana.
Menurut Naskah Carios Walangsungsang, sebab-sebab keluarnya Pangeran Walangsungsang dari Istana Kerajaan Pajajaran karena diusir oleh Prabu Siliwangi. Dalam naskah itu disebutkan bahwa ; Walangsungsang bermimpi bertemu dengan Nabi Muhamad, dalam mimpinya Walangsungsang diperintahkan agar mencari/belajar agama Nabi Muhamad, mimpi tersebut datang berkali-kali, sehingga akhirnya ia menyampaikan mimpi tersebut pada ayahnya dan mengajak ayahnya mengikuti agama Islam, namun tingkah laku Pangeran Walangsungsang membuat marah ayahnya, sehingga ia diusir dari Istana.
Selepas diusir, Walangsungsang keluar meninggalkan Istana berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menemukan guru yang dapat mengajarkan agama Islam kepadanya secara kaffah. Hingga akhirnya ia menemukan Syekh Nurjati, seorang ulama terkemuka yang memiliki pesantren di Gunung Jati. Ditempat itulah Pangeran Walangsungsang belajar agama Islam hingga kemudian berhasil membuat perkampungan bahkan sebuah kesultanan yang kelak dikenal dengan Kesultanan Cirebon.
Kandungan Naskah Carios Walangsungsang yang demikian itu, berbeda dengan kabar yang tertulis dalam Naskah Mertasinga, menurut naskah ini Pangeran Walangsungsang meninggalkan Istana akibat sakit hati karena Ibunya Subang Larang diusir dari Istana (diasingkan di Banten) hanya karena masih mengamalkan ajaran Islam secara sembunyi-sembunyi dilingkungan Istana.
Perbedaan kisah sebab-sebab keluarnya Pangeran walangsungsang dari Istana pada kedua naskah terletak pada siapa yang diusir, Carios Walangsungsang menyebut yang diusir Walangsungsang sementara dalam Naskah Mertasinga yang diusir adalah ibunya.
Selain kedua versi di atas, adalagi versi keluarnya Pangeran Walangsung yang lainnya, yaitu versi yang diceritakan dalan Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, dalam naskah ini disebutkan bahwa, keluarnya Pangeran Walangsungsang dari istana penyebabnya adalah perlakuan buruk yang dialami oleh Pangeran Walangsungsang oleh kerabat kerajaan yang berbeda agama dengannya. Perlakuan buruk tersebut gencar dilakukan manakala Subang larang telah wafat, sebab itulah Pangeran Walangsungsang kemudian meninggalkan Istana sebelum akhirnya berguru kepada Syekh Nurjati dan mendirikan Cirebon.
Baca Juga: Perjalanan Hidup Pangeran Walangsungsang
Sebagai anak tertua, Pangeran Walangsungsang sebetulnya berhak atas tahta Kerajaan Pajajaran, meskipun demikian tahta itu akhirnya jatuh kepada Pangeran Surawisesa adik tirinya. Ada peristiwa yang melatar belakangi mengapa dikemudian hari Pangeran Walangsungsang tidak dapat memperoleh tahtanya. Salah satunya adalah karena Walangsungsang memilih beragama Islam dan meninggalkan Istana.
Menurut Naskah Carios Walangsungsang, sebab-sebab keluarnya Pangeran Walangsungsang dari Istana Kerajaan Pajajaran karena diusir oleh Prabu Siliwangi. Dalam naskah itu disebutkan bahwa ; Walangsungsang bermimpi bertemu dengan Nabi Muhamad, dalam mimpinya Walangsungsang diperintahkan agar mencari/belajar agama Nabi Muhamad, mimpi tersebut datang berkali-kali, sehingga akhirnya ia menyampaikan mimpi tersebut pada ayahnya dan mengajak ayahnya mengikuti agama Islam, namun tingkah laku Pangeran Walangsungsang membuat marah ayahnya, sehingga ia diusir dari Istana.
Selepas diusir, Walangsungsang keluar meninggalkan Istana berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya untuk menemukan guru yang dapat mengajarkan agama Islam kepadanya secara kaffah. Hingga akhirnya ia menemukan Syekh Nurjati, seorang ulama terkemuka yang memiliki pesantren di Gunung Jati. Ditempat itulah Pangeran Walangsungsang belajar agama Islam hingga kemudian berhasil membuat perkampungan bahkan sebuah kesultanan yang kelak dikenal dengan Kesultanan Cirebon.
Kandungan Naskah Carios Walangsungsang yang demikian itu, berbeda dengan kabar yang tertulis dalam Naskah Mertasinga, menurut naskah ini Pangeran Walangsungsang meninggalkan Istana akibat sakit hati karena Ibunya Subang Larang diusir dari Istana (diasingkan di Banten) hanya karena masih mengamalkan ajaran Islam secara sembunyi-sembunyi dilingkungan Istana.
Perbedaan kisah sebab-sebab keluarnya Pangeran walangsungsang dari Istana pada kedua naskah terletak pada siapa yang diusir, Carios Walangsungsang menyebut yang diusir Walangsungsang sementara dalam Naskah Mertasinga yang diusir adalah ibunya.
Selain kedua versi di atas, adalagi versi keluarnya Pangeran Walangsung yang lainnya, yaitu versi yang diceritakan dalan Naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, dalam naskah ini disebutkan bahwa, keluarnya Pangeran Walangsungsang dari istana penyebabnya adalah perlakuan buruk yang dialami oleh Pangeran Walangsungsang oleh kerabat kerajaan yang berbeda agama dengannya. Perlakuan buruk tersebut gencar dilakukan manakala Subang larang telah wafat, sebab itulah Pangeran Walangsungsang kemudian meninggalkan Istana sebelum akhirnya berguru kepada Syekh Nurjati dan mendirikan Cirebon.
Baca Juga: Perjalanan Hidup Pangeran Walangsungsang
Posting Komentar untuk "Pangeran Walangsungsang Diusir Prabu Siliwangi"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.