Perang Salib I
Perang Salib terjadi berkali-kali dan memakan waktu yang cukup lama. Deklarasi Perang Salib terjadi karena adanya seruan dari Paus Urbanus II di perancis 1095. Awal mula Perang Salib dilatarbelakangi oleh permintaan Raja Bizantium Alexios 1 Komnenos kepada Paus untuk melindungi Bizantium dari serangan Turki Seljuk di Anatolia sebagai gantinya Raja Bizantium Alexios 1 membantu Paus Urbanus II merebut kembali Yerusalem.
Posisi Paus Urbanus pada saat itu sebagai pemimpin tertinggi Katolik. Deklarasinya ini bukan hanya untuk urusan politik akan tetapi terdapat niat juga untuk merebut kembali Yerusalem dari kekuasan semenjak zaman Khalifah Umar.
Perang Salib 1 berlangsung selama 3 tahun yaitu dari Tahun 1096-1099 Masehi. Deklarasi Paus Urbanus II menjadikan umat Kristen Eropa bersatu dan berkeinginan kuat dalam mengikuti perang suci yang kemudian dinamakan Perang Salib. Bagi orang Kristen memerangi atas nama agama menjadikan dosa-dosa yang telah diperbuat akan diampuni oleh Tuhan. Tanpa peranan Paus Urbanus II, perang salib tidak akan terjadi.
Kedudukan Paus, termasuk juga Paus Urbanus dikalangan penganut Kristen Eropa kala itu Paus lebih tinggi dari raja-raja Eropa. Setinggi apapun kedudukan kerajaan tersebut di eropa, tetap tunduk terhadap Paus Urbanus II. Sehingga seruan perang Salib yang digelorakan Paus sangat dituruti oleh Raja-Raja Eropa dan penduduknya.
Mayoritas Pasukan Salib 1 terdiri dari warga Prancis, karena Paus Urbanus berasal dari Prancis. Pada saat itu keadaan Eropa dalam segala arah sedang terancam karena didesak oleh expansi kekuasan Islam.
Pada tahun 634 Islam menaklukan Damaskus dan mengakhiri pemerintahan Bizantium di Timur Tengah, setelah menaklukan daerah Syams pasukan Islam bergerak kearah barat menuju mesir, kemudian dilanjutkan menyusuri wilayah pesisir pantai utara Afrika sampai ke Maghrib. Pada tahun 711 Islam berhasil menaklukan Spanyol.
Di Timur Eropa didesak oleh kekuasaan Kekhalifahan Umayyah kemudian berganti menjadi Kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah dan Dinasti Turki Seljuk. Dari arah Selatan, Eropa didesak oleh Dinasti Aghlabiyah yang menguasai laut Mediterania pada abad Sembilan sehingga terus berkembang menguasai Pulau Sardania dan Italia bagian Selatan.
Dari arah Barat, Eropa terdesak oleh Kekuasaan Kekhalifahan Cordoba. Terkecuali Eropa arah Utara yang dihuni oleh Bangsa Viking. Hampir seluruh wilayah Eropa dikuasai Islam membuat deklarasi Paus Urbanus II disambut dengan positif dan bersedia memberi pasukan dan mengirim ke Yerusalem dalam waktu beberapa bulan setelah deklarasi Paus Urbanus II. Pasukan Salib dari berbagai Negara di Eropa akhirnya terbentuk pada tahun 1096.
Sebelum menuju Yerusalem, Pasukan Salib I menuju Konstatinopel untuk membantu kerajaan Bizantium terlebih dahulu untuk mengalahkan Turki Seljuk. Setelah sampai di Konstaninopel 1096 dijadikan tempat untuk mengumpulkan pasukan dari Eropa Barat. Jumlah pasukan Salib diperkirakan 35.000 orang yang terdiri dari 30.000 Prajurit Infantry dan 5000 Prajurit Berkuda.
Pada tahun 1097 terjadilah pertempuran pertama tepat di Nicea dari tanggal 14 Mei hingga 19 Juni 1097. Paad saat itu jumlah pasukan Salib lebih kuat, karena pasukan Turki Seljuk Rum yang dipimpin oleh Qilij Arslan hanya berjumlah 10.000 sedangkan Pasukan Salib 35.000. Jatuhnya Nicea membuat Turki Seljuk memindahkan pemerintahanya ke Konya. Intisari dari kekalahan ini adalah bahwa Islam dapat dikalahkan.
Setelah menaklukan Nicea, Pasukan Salib kembali mengalahkan Qilij Arslan kembali dan harus kehingalan wilayahnya lagi yaitu Dorilaeum pada tahun yang sama hanya berbeda sehari, dalam serangan ini membuktikan bahwa pasukan tentara Salib bukan lagi tandingan dari Turki Seljuk Rum.
Setelah menaklukan wilayah Dorilaeum, Pasukan melanjutkan ketujuan utama yaitu menyerang Yerusalem. Namun pada saat sampai di daerah Antiokhia, pasukan Salib harus menghadapi pasukan Islam yang kuat, perang ini terjadi pada 21 Oktober 1097 hingga 2 Juni 1098.
Peperangan melawan pasukan Antiokhia merupakan yang terberat karena Antiokhia merupakan kota penting bagi Turki Seljuk, selain sebagai kota perdagangan, Antiokhia juga sebagai basis militer Turki Seljuk. Dalam Perang ini tentara Salib mampu memenangkan pertempuran.
Setelah direbut, Tentara Salib mendirikan pemerintahan yaitu dengan cara membangun kerajaan Antiokhia, sebelunya juga pasukan Salib sukses mendirikan pemerintahan Kristen di Edessa. Setelah takluknya Edessa dan Antiokhia pasukan Salib melanjutkan penyerangan ke Yerusalem, peristiwa terjadi pada 7 Juni 1099 Masehi.
Pada saat itu Palestina termasuk Yerusalem tidak dikuasai lagi oleh Turki Seljuk. Yerusalem telah dikuasai oleh kekhalifahan Fatimiah dari tahun 1098 yaitu ketika Dinasti itu diprintah oleh Abu al-Qashim al-musta’li Billah. Hal tersebut sebetulnya menjadikan Turki Seljuk pada tahun 1098 melawan kekuatan yang sama yaitu di utara dan selatan. Di utara melawan Pasukan Perang Salib dan di selatan melawan kekhalifahan Fatimiah yang hasilnya Turki Seljuk mengalami kekalahan.
Ketika pasukan Salib ingin merebut Yerusalem, Pasukan Salib dihadapi sendirian oleh Kekhalifahan Fatimiah karena Turki Seljuk merupakan musuh. Keadaan politik Islam yang kacau membuat Yerusalem jatuh ketangan Pasukan Salib pada tahun 1099 dengan mudah.
Selpas peristiwa itu, Pasukan Salib menjadi penguasa di daerah tersebut, dalam hal ini Bizantium tidak berhak atas tanah Yerualem karena pada perjanjian awal hanya berhak atas Anatolia.
Tentara Salib dibawah bendera kepauasan selanjutnya mendirikan kerajaan Yerusalem atau terkenal dengan Kerajaan Surga oleh Godfrey Bouilon akan tetapi Godfrey menolak menjadi Raja dan menyerahkanya ke kakaknya yang bernama Baldwin I. Pasukan Salib juga mendirikan pemerintahan Kristen di Tripoli pada tahun 1102 dan mengangkat Raymond IV sebagai pemimpinya.
Direbutnya wilayah-wilayah Islam oleh orang-orang Kristen membuat dendam berkepanjangan bagi orang Islam, sebaliknya keberhasilan Pasukan Salib merebut wilayah-wilayah Islam membuat mereka percaya diri untuk merebut wilayah-wilayah Islam lainnya, selapas ini terjadi lagi perang lanjutan yang dikenal dengan istilah, Perang Salib II.
Penulis : Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon
Posisi Paus Urbanus pada saat itu sebagai pemimpin tertinggi Katolik. Deklarasinya ini bukan hanya untuk urusan politik akan tetapi terdapat niat juga untuk merebut kembali Yerusalem dari kekuasan semenjak zaman Khalifah Umar.
Perang Salib 1 berlangsung selama 3 tahun yaitu dari Tahun 1096-1099 Masehi. Deklarasi Paus Urbanus II menjadikan umat Kristen Eropa bersatu dan berkeinginan kuat dalam mengikuti perang suci yang kemudian dinamakan Perang Salib. Bagi orang Kristen memerangi atas nama agama menjadikan dosa-dosa yang telah diperbuat akan diampuni oleh Tuhan. Tanpa peranan Paus Urbanus II, perang salib tidak akan terjadi.
Ilustrasi Perang Salib |
Kedudukan Paus, termasuk juga Paus Urbanus dikalangan penganut Kristen Eropa kala itu Paus lebih tinggi dari raja-raja Eropa. Setinggi apapun kedudukan kerajaan tersebut di eropa, tetap tunduk terhadap Paus Urbanus II. Sehingga seruan perang Salib yang digelorakan Paus sangat dituruti oleh Raja-Raja Eropa dan penduduknya.
Mayoritas Pasukan Salib 1 terdiri dari warga Prancis, karena Paus Urbanus berasal dari Prancis. Pada saat itu keadaan Eropa dalam segala arah sedang terancam karena didesak oleh expansi kekuasan Islam.
Pada tahun 634 Islam menaklukan Damaskus dan mengakhiri pemerintahan Bizantium di Timur Tengah, setelah menaklukan daerah Syams pasukan Islam bergerak kearah barat menuju mesir, kemudian dilanjutkan menyusuri wilayah pesisir pantai utara Afrika sampai ke Maghrib. Pada tahun 711 Islam berhasil menaklukan Spanyol.
Di Timur Eropa didesak oleh kekuasaan Kekhalifahan Umayyah kemudian berganti menjadi Kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah dan Dinasti Turki Seljuk. Dari arah Selatan, Eropa didesak oleh Dinasti Aghlabiyah yang menguasai laut Mediterania pada abad Sembilan sehingga terus berkembang menguasai Pulau Sardania dan Italia bagian Selatan.
Dari arah Barat, Eropa terdesak oleh Kekuasaan Kekhalifahan Cordoba. Terkecuali Eropa arah Utara yang dihuni oleh Bangsa Viking. Hampir seluruh wilayah Eropa dikuasai Islam membuat deklarasi Paus Urbanus II disambut dengan positif dan bersedia memberi pasukan dan mengirim ke Yerusalem dalam waktu beberapa bulan setelah deklarasi Paus Urbanus II. Pasukan Salib dari berbagai Negara di Eropa akhirnya terbentuk pada tahun 1096.
Sebelum menuju Yerusalem, Pasukan Salib I menuju Konstatinopel untuk membantu kerajaan Bizantium terlebih dahulu untuk mengalahkan Turki Seljuk. Setelah sampai di Konstaninopel 1096 dijadikan tempat untuk mengumpulkan pasukan dari Eropa Barat. Jumlah pasukan Salib diperkirakan 35.000 orang yang terdiri dari 30.000 Prajurit Infantry dan 5000 Prajurit Berkuda.
Pada tahun 1097 terjadilah pertempuran pertama tepat di Nicea dari tanggal 14 Mei hingga 19 Juni 1097. Paad saat itu jumlah pasukan Salib lebih kuat, karena pasukan Turki Seljuk Rum yang dipimpin oleh Qilij Arslan hanya berjumlah 10.000 sedangkan Pasukan Salib 35.000. Jatuhnya Nicea membuat Turki Seljuk memindahkan pemerintahanya ke Konya. Intisari dari kekalahan ini adalah bahwa Islam dapat dikalahkan.
Setelah menaklukan Nicea, Pasukan Salib kembali mengalahkan Qilij Arslan kembali dan harus kehingalan wilayahnya lagi yaitu Dorilaeum pada tahun yang sama hanya berbeda sehari, dalam serangan ini membuktikan bahwa pasukan tentara Salib bukan lagi tandingan dari Turki Seljuk Rum.
Setelah menaklukan wilayah Dorilaeum, Pasukan melanjutkan ketujuan utama yaitu menyerang Yerusalem. Namun pada saat sampai di daerah Antiokhia, pasukan Salib harus menghadapi pasukan Islam yang kuat, perang ini terjadi pada 21 Oktober 1097 hingga 2 Juni 1098.
Peperangan melawan pasukan Antiokhia merupakan yang terberat karena Antiokhia merupakan kota penting bagi Turki Seljuk, selain sebagai kota perdagangan, Antiokhia juga sebagai basis militer Turki Seljuk. Dalam Perang ini tentara Salib mampu memenangkan pertempuran.
Setelah direbut, Tentara Salib mendirikan pemerintahan yaitu dengan cara membangun kerajaan Antiokhia, sebelunya juga pasukan Salib sukses mendirikan pemerintahan Kristen di Edessa. Setelah takluknya Edessa dan Antiokhia pasukan Salib melanjutkan penyerangan ke Yerusalem, peristiwa terjadi pada 7 Juni 1099 Masehi.
Pada saat itu Palestina termasuk Yerusalem tidak dikuasai lagi oleh Turki Seljuk. Yerusalem telah dikuasai oleh kekhalifahan Fatimiah dari tahun 1098 yaitu ketika Dinasti itu diprintah oleh Abu al-Qashim al-musta’li Billah. Hal tersebut sebetulnya menjadikan Turki Seljuk pada tahun 1098 melawan kekuatan yang sama yaitu di utara dan selatan. Di utara melawan Pasukan Perang Salib dan di selatan melawan kekhalifahan Fatimiah yang hasilnya Turki Seljuk mengalami kekalahan.
Ketika pasukan Salib ingin merebut Yerusalem, Pasukan Salib dihadapi sendirian oleh Kekhalifahan Fatimiah karena Turki Seljuk merupakan musuh. Keadaan politik Islam yang kacau membuat Yerusalem jatuh ketangan Pasukan Salib pada tahun 1099 dengan mudah.
Selpas peristiwa itu, Pasukan Salib menjadi penguasa di daerah tersebut, dalam hal ini Bizantium tidak berhak atas tanah Yerualem karena pada perjanjian awal hanya berhak atas Anatolia.
Tentara Salib dibawah bendera kepauasan selanjutnya mendirikan kerajaan Yerusalem atau terkenal dengan Kerajaan Surga oleh Godfrey Bouilon akan tetapi Godfrey menolak menjadi Raja dan menyerahkanya ke kakaknya yang bernama Baldwin I. Pasukan Salib juga mendirikan pemerintahan Kristen di Tripoli pada tahun 1102 dan mengangkat Raymond IV sebagai pemimpinya.
Direbutnya wilayah-wilayah Islam oleh orang-orang Kristen membuat dendam berkepanjangan bagi orang Islam, sebaliknya keberhasilan Pasukan Salib merebut wilayah-wilayah Islam membuat mereka percaya diri untuk merebut wilayah-wilayah Islam lainnya, selapas ini terjadi lagi perang lanjutan yang dikenal dengan istilah, Perang Salib II.
Penulis : Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon
Posting Komentar untuk "Perang Salib I"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.