Perang Salib II
Setelah Perang Salib I dimenangkan oleh pasukan Salib dibawah panji Paus Urbanus II, sehingga berhasil mengusai wilayah Islam di Yerusalem yang kemudian didirikanya sebuah kerajaan berarsitektur Kristen katolik yang dirajai oleh Baldwin I dan didirikan kerajaan Kristen didaerah lainya. Perang Salib belanjut, karena orang-orang Islam tidak tinggal diam atas serangan yang dilakukan orang-orang Kristen.
Perang Salib II dilatarbelakangi oleh jatuhnya pemerintahan yang didirikan oleh Baldwin I tahun 1098 ke tangan orang Islam. Sepertihalnya perang salib I, perang salib II terjadi karena adanya seruan dari Paus Eugene III. Letak perbedaan Perang Salib I dengan Perang Salib II terletak pada anggota tentara dan pimpinan perangnya. Perang Salib II diikuti oleh mayoritas kerajaan-kerajaan Kristen di Eropa tidak seperti Perang Salib sebelumnya yang hanya didominasi oleh masyarakat dari kerajaan Prancis.
Perang Salib II dipimpin langsung oleh para Raja, diantaranya Louis VII dari Prancis, Conrad III dari kerajaan Suci Roma, namun pada akhirnya karena didasari oleh rasa sombong dan menyakini bahwa mereka akan memenangkan pertempuran seperti kisah Godfrey, Raymond IV, Bohemond, dan Baldwin. Menjadikan mereka terlena, selain itu kordinasi diantara Kerajan dalam perang ini buruk, sehingga pada akhirnya mengakibatkan kekalahan.
Tujuan Perang Salib II bukan hanya memfokuskan memerangi Islam, namun juga kepercayaan selain Katolik sepertin kepercayaan pagan di Eropa dan juga memamfaatkan untuk menyebarkan Katolik ke seluruh Eropa.
Perang Salib II terbagi menjadi tiga sesi peristiwa. Pertama adalah bagian Timur, yaitu daerah Anatolia dan Syams. Kedua, terjadi di Semenanjung Iberia, Spanyol, yang bertujuan memerangi kekuasan islam di Dinasti Murabithun. Ketiga terjadi Eropa Tengah masih banyak penduduk bangsa Slavia yang menyembah dewa-dewa pagan yang kemudian dimamfaatkan untuk menyebarkan agama Katolik.
Kabar jatuhnya Edessa terdengar hingga Eropa, tepatnya di telinga Paus Eugene III.
Ketika mendengar itu Paus Eugene III langsung segera membentuk Pasukan Salib untuk dikirim ke Syams dan merebut kembali Edessa dari tangan Islam tepatnya pada tahun 1 Desember 1445. Dari hal ini kita dapat melihat bahwa pada saat itu kondisi kekuatan di Yerusalem, Tripoli, Antiokhia tidak terlalu kuat karena membutuhkan bantuan dari Eropa.
Kelemahan dalam Perang Salib kedua adalah para pemimpin pasuka terlalu percaya diri sehingga mereka kurang berkoordinasi dengan baik. Buktinya adalah pasukan Salib dari jerman yang dipimpin oleh Conrad III tidak bersatu denga Louis VII dari Prancis. Jalur yang digunakan yaitu jalur darat. Namun kurang adanya kerja sama mengakibatkan Conrad III datang lebih dahulu di Dorilaeum sehingga dikalahkan oleh Turki Seljuk pada tahun 1147, Louis VII pun mengalami kegagalan yang sama.
Louis VII melanjutkan perjalanan menuju ke Anatolia akan tetapi dalam perjalananya ia menjadapatkan perlawanan sengit menjadikan Louis VII memutuskan untuk langsung berlayar menuju Antiokhia. Lalu melanjutkan lagi menuju Yerusalem 1148. Kemudian kembali ke Prancis 1149. Jadi Louis VII hanya melakukan peperangan antar kota.
Perang Salib II justru meberikan kejayaan bagi Turki Seljuk karena dapat memenangkan pertempuran di Anatolia. ketika Perang Salib II gagal mengalahkan Turki Seljuk, pasukan Salib di Timur berupaya ingin menguasai Mesir karena di Mesir banyak sekali pemeluk agama Kristen Koptik dan juga karena kondisi Kekhalifahan Fathimiah yang terus terpuruk.
Bagian Eropa Barat melawan Dinasti Murahbithun pada saat itu kekuatanya melemah. Dengan bantuan pasukan Perang Salib dari Prancis dan Genoa, akhirnya Almeria, Valencia, Murcia, dan Tortosa dapat direbut kembali dari tangan Islam pada tahun 1148. Dinasti Murahbithun terdesak oleh kekuatan baru yaitu kekhalifahan Muwahhidun yang terus menyerang hingga Marakech berhasil direbut pada tahun 1147 dan mengakhiri Dinasti Murahbithun.
Tujuannya adalah agar orang-orang di Wend meninggalkan agama pagan dan menerima ajaran Katolik, peperangan ini dimenangkan dengan mudah oleh pasukan Salib dikarenakan pasukan tidak seimbang dan juga skill berperang orang Wend yang memakai strategi naluri sedangkan pasukan salib yang terlatih pada tahun 1147 Juni. Bergantinya kepercayaan pagan menjadi Katolik pada bangsa Slavia membuat kekristenan di Eropa semakin kuat.
Meski awal perjalanan perang salib II karena adanya keruntuhan keraja jajahan dan kurangnya kerja sama yang tinggi, tetapi perang salib II berhasil menguasi daerah-daerah baru dan menyebarkan agama Katolik lebih luas.
Penulis: Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon
Perang Salib II dilatarbelakangi oleh jatuhnya pemerintahan yang didirikan oleh Baldwin I tahun 1098 ke tangan orang Islam. Sepertihalnya perang salib I, perang salib II terjadi karena adanya seruan dari Paus Eugene III. Letak perbedaan Perang Salib I dengan Perang Salib II terletak pada anggota tentara dan pimpinan perangnya. Perang Salib II diikuti oleh mayoritas kerajaan-kerajaan Kristen di Eropa tidak seperti Perang Salib sebelumnya yang hanya didominasi oleh masyarakat dari kerajaan Prancis.
Perang Salib II dipimpin langsung oleh para Raja, diantaranya Louis VII dari Prancis, Conrad III dari kerajaan Suci Roma, namun pada akhirnya karena didasari oleh rasa sombong dan menyakini bahwa mereka akan memenangkan pertempuran seperti kisah Godfrey, Raymond IV, Bohemond, dan Baldwin. Menjadikan mereka terlena, selain itu kordinasi diantara Kerajan dalam perang ini buruk, sehingga pada akhirnya mengakibatkan kekalahan.
Tujuan Perang Salib II bukan hanya memfokuskan memerangi Islam, namun juga kepercayaan selain Katolik sepertin kepercayaan pagan di Eropa dan juga memamfaatkan untuk menyebarkan Katolik ke seluruh Eropa.
Perang Salib II terbagi menjadi tiga sesi peristiwa. Pertama adalah bagian Timur, yaitu daerah Anatolia dan Syams. Kedua, terjadi di Semenanjung Iberia, Spanyol, yang bertujuan memerangi kekuasan islam di Dinasti Murabithun. Ketiga terjadi Eropa Tengah masih banyak penduduk bangsa Slavia yang menyembah dewa-dewa pagan yang kemudian dimamfaatkan untuk menyebarkan agama Katolik.
Dibagian Timur
Pada tahun 1144, jatuhnya Edessa ke tangan Islam melalui Dinasti Zengi yang menandakan bahwa kekuatan islam suatu saat dapat mengalahkan Kristen. Edessa dikalahkan oleh satu dinasti bagian dari Turki Seljuk, menandakan Islam mempunyai potensi besar untuk merebut kembali Yerusalem.Kabar jatuhnya Edessa terdengar hingga Eropa, tepatnya di telinga Paus Eugene III.
Ketika mendengar itu Paus Eugene III langsung segera membentuk Pasukan Salib untuk dikirim ke Syams dan merebut kembali Edessa dari tangan Islam tepatnya pada tahun 1 Desember 1445. Dari hal ini kita dapat melihat bahwa pada saat itu kondisi kekuatan di Yerusalem, Tripoli, Antiokhia tidak terlalu kuat karena membutuhkan bantuan dari Eropa.
Kelemahan dalam Perang Salib kedua adalah para pemimpin pasuka terlalu percaya diri sehingga mereka kurang berkoordinasi dengan baik. Buktinya adalah pasukan Salib dari jerman yang dipimpin oleh Conrad III tidak bersatu denga Louis VII dari Prancis. Jalur yang digunakan yaitu jalur darat. Namun kurang adanya kerja sama mengakibatkan Conrad III datang lebih dahulu di Dorilaeum sehingga dikalahkan oleh Turki Seljuk pada tahun 1147, Louis VII pun mengalami kegagalan yang sama.
Louis VII melanjutkan perjalanan menuju ke Anatolia akan tetapi dalam perjalananya ia menjadapatkan perlawanan sengit menjadikan Louis VII memutuskan untuk langsung berlayar menuju Antiokhia. Lalu melanjutkan lagi menuju Yerusalem 1148. Kemudian kembali ke Prancis 1149. Jadi Louis VII hanya melakukan peperangan antar kota.
Perang Salib II justru meberikan kejayaan bagi Turki Seljuk karena dapat memenangkan pertempuran di Anatolia. ketika Perang Salib II gagal mengalahkan Turki Seljuk, pasukan Salib di Timur berupaya ingin menguasai Mesir karena di Mesir banyak sekali pemeluk agama Kristen Koptik dan juga karena kondisi Kekhalifahan Fathimiah yang terus terpuruk.
Dibagian Barat
Dibarat Eropa, Pasukan Salib berupaya mengusir Dinasti Murabithun yang berkuasa di Andalusia. Yang paling bersejarah di perang Salib II adalah pertempuran Lisbon yang terjadi dari tanggal 1 July 1147 hingga 25 Oktober 1147. Petempuran tersebut dimenangkan oleh Kerajaan Protugal yang di pimpin oleh Afonso I dibantu oleh pasukan Salib yang datang dari Inggris.Bagian Eropa Barat melawan Dinasti Murahbithun pada saat itu kekuatanya melemah. Dengan bantuan pasukan Perang Salib dari Prancis dan Genoa, akhirnya Almeria, Valencia, Murcia, dan Tortosa dapat direbut kembali dari tangan Islam pada tahun 1148. Dinasti Murahbithun terdesak oleh kekuatan baru yaitu kekhalifahan Muwahhidun yang terus menyerang hingga Marakech berhasil direbut pada tahun 1147 dan mengakhiri Dinasti Murahbithun.
Dibagian Eropa Tenggah
Perang Salib di Eropa tengah dinamakan Wandish. Musuhnya adalah bangsa slavia yang masih memeluk kepercayaan pagan atau menyembah perang dewa-dewa. Perang ini didengungkan oleh penguasa Suci Roma, tepatnya Jerman bagian utara karena mereka tidak mengikuti perang Salib II di Timur.Tujuannya adalah agar orang-orang di Wend meninggalkan agama pagan dan menerima ajaran Katolik, peperangan ini dimenangkan dengan mudah oleh pasukan Salib dikarenakan pasukan tidak seimbang dan juga skill berperang orang Wend yang memakai strategi naluri sedangkan pasukan salib yang terlatih pada tahun 1147 Juni. Bergantinya kepercayaan pagan menjadi Katolik pada bangsa Slavia membuat kekristenan di Eropa semakin kuat.
Meski awal perjalanan perang salib II karena adanya keruntuhan keraja jajahan dan kurangnya kerja sama yang tinggi, tetapi perang salib II berhasil menguasi daerah-daerah baru dan menyebarkan agama Katolik lebih luas.
Penulis: Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon
Posting Komentar untuk "Perang Salib II"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.