Perang Salib V
Kegagalan untuk merebut kembali Yerusalem dari kekuasaan Islam pada perang Salib III dan IV memberi pukulan yang luar biasa bagi Kepausan di Roma. Paus Inosentius III kembali mencetuskan keputusan perang untuk membebaskan Yerusalem, bahkan ia telah menyiapkan penaklukan Yerusalem sejak tahun 1208, atau empat tahun setelah Konstaninopel berhasil direbut Pasukan Salib.
Paus Inosentius III meninggal tahun 1216 dan kemudian digantikan oleh Paus Honorius III, Perang Salib V merupakan perang yang penuh kontroversi karena menyerang pusat kekuatan yaitu di Mesir, dan bukan langsung menyerang Yerusalem melalui Arce. Perang Salib V dimulai tahun 1213 ketika Paus Inosentius III mengundang seluruh kerajaan di Eropa untung bergabung melawan kekuatan islam yang disebut Perang Salib.
Daftar kerajaan yang mengikuti perang Salib V antara lain, Kerajaan Prancis, Suci Roma, Hunggaria, Latin Romawi, dan kerajaan bentukan Pasukan Salib di Konstaninopel ikut serta dalam Perang Salib V. pada tahun 1217 Pasukan Salib V sampai di Arce dan bersiap menuju Dinasti Ayyubiah untuk berperang di Mesir. Pada tahun 1218 menjelang meletus pertempuran Damieta di Mesir. Pasukan Salib menjalin persukutuan dengan musuh Dinasti Ayyubiah yaitu Turki Seljuk Rum di Anatolia.
Dalam Peristiwa Pasukan Salib V terdapat keunikan yaitu bergabungnya Turki Seljuk, menjadikan Pasukan Salib V terdapat pasukan Islam ditubuh pasukan Salib V, hal ini mengingat kepada Perang Salib III bahwa terdapat kekuatan Kristen dari Bizantium di dalam Pasukan Islam.
Tahun 1219, Pasukan Salib V berhasil merebut paksa wilayah Dinasti Ayyubiah. Keberhasilan Pasukan Salib merupakan kemajuan taktik, karena Damietta sangat dekat dengan Kairo. Dengan kemangan di Damietta, Pasukan Salib akan dapat memasuki pusat Dinasti Ayyubiah di Kairo. Jika Kairo jatuh, maka tidak akan ada kekuatan lagi di timur Tengah yang mengusik Pasukan Salib untuk menata kerajaan Surga di Yerusalem dan sekitarnya. Kekuatan Pasukan Salib diperkuat dengan adanya dukungan dari Turki Seljuk dan terikan perjanjian dengan Pasukan Salib.
Keadaan berbalik pada tahun 1221, Pasukan Salib tidak lagi memenangkan pertempuran. Di Kairo, Pasukan Salib V mengalami kekalahan secara luar biasa hingga kekuatan Pasukan Salib yang terdapat di Mesir berkurang, bahkan bukan lagi tandingan Dinasti Ayyubiah. Untuk kesekian kalinya Pasukan Salib mengalami kekalahan dan terpaksa harus mengakhiri perang dengan perjanjian damai selama delapan tahun dengan Dinasti Ayyubiah dibawah komando Sultan Al-Kamil.
Di sisi lain Turki Seljuk melawan Dinasti Ayyubiah yang bertujuan merebut Yerusalem untuk menambah kekuatan Pasukan Salib V. dan bertujuan juga agar Pasukan Salib V mengfokuskan peperangan di Mesir. Hasilnya Yerusalem tetap berada di tangan Dinasti Ayyubiah dikarenakan Turki Seljuk kalah saat melawan Dinasti Ayyubiah. Jika saja Turki Seljuk berhasil merebut Yerusalem dari Dinasti Ayyubiah, mungkin akan menjadi masalah baru bagi perjanjian yang terikat dengan Pasukan Salib.
Paus Inosentius III meninggal tahun 1216 dan kemudian digantikan oleh Paus Honorius III, Perang Salib V merupakan perang yang penuh kontroversi karena menyerang pusat kekuatan yaitu di Mesir, dan bukan langsung menyerang Yerusalem melalui Arce. Perang Salib V dimulai tahun 1213 ketika Paus Inosentius III mengundang seluruh kerajaan di Eropa untung bergabung melawan kekuatan islam yang disebut Perang Salib.
Daftar kerajaan yang mengikuti perang Salib V antara lain, Kerajaan Prancis, Suci Roma, Hunggaria, Latin Romawi, dan kerajaan bentukan Pasukan Salib di Konstaninopel ikut serta dalam Perang Salib V. pada tahun 1217 Pasukan Salib V sampai di Arce dan bersiap menuju Dinasti Ayyubiah untuk berperang di Mesir. Pada tahun 1218 menjelang meletus pertempuran Damieta di Mesir. Pasukan Salib menjalin persukutuan dengan musuh Dinasti Ayyubiah yaitu Turki Seljuk Rum di Anatolia.
Dalam Peristiwa Pasukan Salib V terdapat keunikan yaitu bergabungnya Turki Seljuk, menjadikan Pasukan Salib V terdapat pasukan Islam ditubuh pasukan Salib V, hal ini mengingat kepada Perang Salib III bahwa terdapat kekuatan Kristen dari Bizantium di dalam Pasukan Islam.
Pertempuran Damietta dan hasil akhir Perang Salib V
Juli 1218 tejadi pertempuran Damieta di Mesir, lebih tepatnya pertempuran Damieta di Delta Sungai Nil. Pada awalnya, Pasukan Salib menguasai jalanya pertempuran sehingga Dinasti Ayyubiah mengalami kekalahan.Tahun 1219, Pasukan Salib V berhasil merebut paksa wilayah Dinasti Ayyubiah. Keberhasilan Pasukan Salib merupakan kemajuan taktik, karena Damietta sangat dekat dengan Kairo. Dengan kemangan di Damietta, Pasukan Salib akan dapat memasuki pusat Dinasti Ayyubiah di Kairo. Jika Kairo jatuh, maka tidak akan ada kekuatan lagi di timur Tengah yang mengusik Pasukan Salib untuk menata kerajaan Surga di Yerusalem dan sekitarnya. Kekuatan Pasukan Salib diperkuat dengan adanya dukungan dari Turki Seljuk dan terikan perjanjian dengan Pasukan Salib.
Keadaan berbalik pada tahun 1221, Pasukan Salib tidak lagi memenangkan pertempuran. Di Kairo, Pasukan Salib V mengalami kekalahan secara luar biasa hingga kekuatan Pasukan Salib yang terdapat di Mesir berkurang, bahkan bukan lagi tandingan Dinasti Ayyubiah. Untuk kesekian kalinya Pasukan Salib mengalami kekalahan dan terpaksa harus mengakhiri perang dengan perjanjian damai selama delapan tahun dengan Dinasti Ayyubiah dibawah komando Sultan Al-Kamil.
Di sisi lain Turki Seljuk melawan Dinasti Ayyubiah yang bertujuan merebut Yerusalem untuk menambah kekuatan Pasukan Salib V. dan bertujuan juga agar Pasukan Salib V mengfokuskan peperangan di Mesir. Hasilnya Yerusalem tetap berada di tangan Dinasti Ayyubiah dikarenakan Turki Seljuk kalah saat melawan Dinasti Ayyubiah. Jika saja Turki Seljuk berhasil merebut Yerusalem dari Dinasti Ayyubiah, mungkin akan menjadi masalah baru bagi perjanjian yang terikat dengan Pasukan Salib.
Penulis : Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon
Posting Komentar untuk "Perang Salib V"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.