Perang Salib VI
Perang Salib VI (1228-1229) sebetulnya merujuk pada peristiwa kemenangan pasukan Salib Tanpa Perang, peristiwa terjadi setelah Pasukan Salib 8 tahun menandatangani perjanjian damai dengan Dinasti Ayyubiah dibawah komando Sultan al-Kamil dan terlalu seringnya Pasukan Salib mengalami kekalahan, akhirnya strategi pasukan Salib dirubah total.
Pasukan Salib pada waktu itu dipimpin oleh Raja Kerajaan Suci Roma, Frederick II, atas persetujuan Paus Honorius III. Pasukan Frederick II juga direstui oleh Paus Gregory IX setelah Paus Honorius meninggal. Frederick menggunakan strategi diplomatik yang dilakukannya dengan Sultan al-Kamil.
Pada waktu itu pusat Kerajaan Yerusalem berada di Acre. Yerusalem tidak lagi menjadi pusat Kerajaan Yerusalem sejak ditaklukkan oleh Shalah al-Din tahun 1187. Frederick II bernegosiasi dengan Sultan al-Kamil, Frederick II mengajukan jalan tengah agar tidak berlangsung terus-menerus antara umat kriten Katolik dengan umat Islam dengan cara memberi informasi kekuatan pasukan pasukan Salib di Acre dan sekitarnya, termasuk Siprus, serta bantuan dari Eropa dan juga Bizantium akan menyerang Yerusalem, Frederick II berkata, Perang Salib tidak akan pernah selesai. Tujuan pasukan Salib hanyalah satu, yaitu Yerusalem. Jika Yerusalem telah dikuasai, maka tidak akan ada lagi Perang Salib. Frederick II juga meyakinkan bahwa Yerusalem merupakan kota yang aman bagi Islam, Kristen, dan Yahudi.
Dalam perjanjian dengan Frederick II, Sultan al-Kamil mulai goyah akan kekuatanya dan berfikir untuk membawa kedamaian. Akan tetapi Sultan al-Kamil meminta tempat-tempat suci yang berkaitan dengan Islam tetap dikuasai oleh Islam. Dan Sultan al-Kamil sepakat untuk menyerahkan Yerusalem kepada Frederick II. Sejak saat itulah pemerintahan Kerajaan Yerusalem berpindah pusat dari Acre ke Yerusalem.
Pada 17 Maret 1229, Frederick II memasuki Yerusalem dan pada hari itu ia dinobatkan menjadi Raja Yerusalem setelah menikahi Ratu Isabella II. Dampak positif dari Penobatan itulah yang membuat Frederick II pernah naik takhta di tiga kerajaan berbeda, yaitu Kerajaan Suci Roma, Sisilia, dan Yerusalem. Tapi perlu diketahui, kesempatan yang diberikan Sultan al-Kamil kepada Frederick II tidak sepenuhnya dikuasai oleh Frederick II. Karena isi dari perjanjiannya adalah diberikannya Yerusalem kepada pasukan Salib hanya berlaku selama 15 tahun. Dengan demikian Yerusalem akan dikembalikan kepada Dinasti Ayyubiah secara penuh tahun 1244.
Penulis : Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon
Pasukan Salib pada waktu itu dipimpin oleh Raja Kerajaan Suci Roma, Frederick II, atas persetujuan Paus Honorius III. Pasukan Frederick II juga direstui oleh Paus Gregory IX setelah Paus Honorius meninggal. Frederick menggunakan strategi diplomatik yang dilakukannya dengan Sultan al-Kamil.
Pada waktu itu pusat Kerajaan Yerusalem berada di Acre. Yerusalem tidak lagi menjadi pusat Kerajaan Yerusalem sejak ditaklukkan oleh Shalah al-Din tahun 1187. Frederick II bernegosiasi dengan Sultan al-Kamil, Frederick II mengajukan jalan tengah agar tidak berlangsung terus-menerus antara umat kriten Katolik dengan umat Islam dengan cara memberi informasi kekuatan pasukan pasukan Salib di Acre dan sekitarnya, termasuk Siprus, serta bantuan dari Eropa dan juga Bizantium akan menyerang Yerusalem, Frederick II berkata, Perang Salib tidak akan pernah selesai. Tujuan pasukan Salib hanyalah satu, yaitu Yerusalem. Jika Yerusalem telah dikuasai, maka tidak akan ada lagi Perang Salib. Frederick II juga meyakinkan bahwa Yerusalem merupakan kota yang aman bagi Islam, Kristen, dan Yahudi.
Dalam perjanjian dengan Frederick II, Sultan al-Kamil mulai goyah akan kekuatanya dan berfikir untuk membawa kedamaian. Akan tetapi Sultan al-Kamil meminta tempat-tempat suci yang berkaitan dengan Islam tetap dikuasai oleh Islam. Dan Sultan al-Kamil sepakat untuk menyerahkan Yerusalem kepada Frederick II. Sejak saat itulah pemerintahan Kerajaan Yerusalem berpindah pusat dari Acre ke Yerusalem.
Pada 17 Maret 1229, Frederick II memasuki Yerusalem dan pada hari itu ia dinobatkan menjadi Raja Yerusalem setelah menikahi Ratu Isabella II. Dampak positif dari Penobatan itulah yang membuat Frederick II pernah naik takhta di tiga kerajaan berbeda, yaitu Kerajaan Suci Roma, Sisilia, dan Yerusalem. Tapi perlu diketahui, kesempatan yang diberikan Sultan al-Kamil kepada Frederick II tidak sepenuhnya dikuasai oleh Frederick II. Karena isi dari perjanjiannya adalah diberikannya Yerusalem kepada pasukan Salib hanya berlaku selama 15 tahun. Dengan demikian Yerusalem akan dikembalikan kepada Dinasti Ayyubiah secara penuh tahun 1244.
Penulis : Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon
Posting Komentar untuk "Perang Salib VI"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.