Sejarah Masuknya Islam di Cirebon
Sejarah masuknya Islam di Cirebon, terjadi dalam dua tahap, yaitu masuk melalui jalur perdagangan yang dibawa oleh para pedagang dan pendakwah dari luar Cirebon dan disebarkan langsung oleh para penguasa Cirebon.
Menurut Naskah Purwaka Caruban Nagari, Sejarah masuknya Islam di Cirebon dikaitkan dengan tokoh penyebar agama Islam yang bernama Syekh Nur Jati, menurut naskah ini Syekh Nurjati adalah orang yang pertama-tama mengajarkan Islam di Cirebon, selain itu ulama ini juga membuat Pesantren di Giri Amparan Jati (Gunung Jati). Pada Ulama inilah Pangeran Walangsungsang berguru agama Islam.
Pangeran Walangsungsang yang kelak mempunyai nama Pangeran Cakrabuana beserta adiknya Rara Santang dan istrinya Nyai Indang Geulis. Membuka pendukuhan baru di suatu daerah yang sebelumnya telah dibangun oleh Ki Gede Alang-Alang. Pembangunan pedukuhan baru tersebut dilakukan atas perintah gurunya yaitu Syekh Nurjati/Syekh Datuk Kahfi.
Pangeran Walangsungsang diperintahkan untuk membuka pendukuhan di daerah Lemah Wungkuk bersama adik dan istrinya, yaitu di daerah selatan dari Gunung Jati, perintah gurunya itu akhirnya ditunaikannya pada tanggal 1 Sura tahun 1358 AJ/1445 M. pada saat membuka pendukuhan, Pencaharian Walang Sungsang sebagai pencari Rebon (udang kecil) dan pembuat trasi.
Kian lama pedukuhan yang dibangun menjadi ramai, didatangi orang-orang dari berbagai daerah, oleh karena itu Pangeran Walangsungsang membangun Keraton Dalem Agung Pakungwati (1430 M) sebagai pusat pemerintahan, penamaan Pakungwati diambil dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti pangeran Cakrabuana yang kelak keraton Pakungwati menjadi Keraton Kesepuhan.
Pembangunan keraton Pakungwati bertujuan untuk mendukung kegiatan pemerintahan, ekonomi dan juga sebagai sarana mengatur siasat untuk mendakwahkan Islam di Cirebon.
Pada masa Pangeran Walangsungsang Islam dikenalkan secara massif pada penduduk yang berada di wilayah kekuasannya, sehingga kala itu banyak orang yang berbondong-bondong masuk agama Islam.
Pada tahap selanjutnya, pemerintahan dan dakwah Islam di Cirebon dilanjutkan oleh Sunan Gunung Jati setelah Pangeran Walangsungsang menikahkan putrinya dengan Sunan Gunung Jati. Selanjutnya demi tegaknya Islam yang sudah disebarkan oleh para pendahulunya, Sunan Gunung Jati juga mendirikan Kesultanan Cirebon yang merdeka dari Pajajaran, pada masa ini Sunan Gunung Jati membangun Majid Agung Sang Cipta Rasa yang terletak disamping kiri keraton dan disebelah barat Alun-alun. Sunan Gunung Jati menjadikan Majid Agung sang Cipta Rasa sebagai pusat dakwah Islam di Cirebon dan sekitarnya.
Seiring berjalanya waktu, Islam di Cirebon semakin menyebar, hal tersebut dikarenakan dakwah Islam yang dilakukan oleh para Ulama didukung oleh Kesultanan Cirebon yang Rajanya memang sebagai penganut agama Islam.
Selepas wafatnya Sunan Gunung Jati, dakwah Islam dilanjutkan oleh anak keturunanya beserta santri-santrinya, sehingga dikemudian hari agama Islam menjadi agama mayoritas di Cirebon hingga sekarang.
Baca Juga : Para Tokoh Awal Penyebaran Islam di Jawa Barat
Penulis : Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon
Menurut Naskah Purwaka Caruban Nagari, Sejarah masuknya Islam di Cirebon dikaitkan dengan tokoh penyebar agama Islam yang bernama Syekh Nur Jati, menurut naskah ini Syekh Nurjati adalah orang yang pertama-tama mengajarkan Islam di Cirebon, selain itu ulama ini juga membuat Pesantren di Giri Amparan Jati (Gunung Jati). Pada Ulama inilah Pangeran Walangsungsang berguru agama Islam.
Pangeran Walangsungsang yang kelak mempunyai nama Pangeran Cakrabuana beserta adiknya Rara Santang dan istrinya Nyai Indang Geulis. Membuka pendukuhan baru di suatu daerah yang sebelumnya telah dibangun oleh Ki Gede Alang-Alang. Pembangunan pedukuhan baru tersebut dilakukan atas perintah gurunya yaitu Syekh Nurjati/Syekh Datuk Kahfi.
Pangeran Walangsungsang diperintahkan untuk membuka pendukuhan di daerah Lemah Wungkuk bersama adik dan istrinya, yaitu di daerah selatan dari Gunung Jati, perintah gurunya itu akhirnya ditunaikannya pada tanggal 1 Sura tahun 1358 AJ/1445 M. pada saat membuka pendukuhan, Pencaharian Walang Sungsang sebagai pencari Rebon (udang kecil) dan pembuat trasi.
Kian lama pedukuhan yang dibangun menjadi ramai, didatangi orang-orang dari berbagai daerah, oleh karena itu Pangeran Walangsungsang membangun Keraton Dalem Agung Pakungwati (1430 M) sebagai pusat pemerintahan, penamaan Pakungwati diambil dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti pangeran Cakrabuana yang kelak keraton Pakungwati menjadi Keraton Kesepuhan.
Pembangunan keraton Pakungwati bertujuan untuk mendukung kegiatan pemerintahan, ekonomi dan juga sebagai sarana mengatur siasat untuk mendakwahkan Islam di Cirebon.
Pada masa Pangeran Walangsungsang Islam dikenalkan secara massif pada penduduk yang berada di wilayah kekuasannya, sehingga kala itu banyak orang yang berbondong-bondong masuk agama Islam.
Pada tahap selanjutnya, pemerintahan dan dakwah Islam di Cirebon dilanjutkan oleh Sunan Gunung Jati setelah Pangeran Walangsungsang menikahkan putrinya dengan Sunan Gunung Jati. Selanjutnya demi tegaknya Islam yang sudah disebarkan oleh para pendahulunya, Sunan Gunung Jati juga mendirikan Kesultanan Cirebon yang merdeka dari Pajajaran, pada masa ini Sunan Gunung Jati membangun Majid Agung Sang Cipta Rasa yang terletak disamping kiri keraton dan disebelah barat Alun-alun. Sunan Gunung Jati menjadikan Majid Agung sang Cipta Rasa sebagai pusat dakwah Islam di Cirebon dan sekitarnya.
Seiring berjalanya waktu, Islam di Cirebon semakin menyebar, hal tersebut dikarenakan dakwah Islam yang dilakukan oleh para Ulama didukung oleh Kesultanan Cirebon yang Rajanya memang sebagai penganut agama Islam.
Selepas wafatnya Sunan Gunung Jati, dakwah Islam dilanjutkan oleh anak keturunanya beserta santri-santrinya, sehingga dikemudian hari agama Islam menjadi agama mayoritas di Cirebon hingga sekarang.
Baca Juga : Para Tokoh Awal Penyebaran Islam di Jawa Barat
Penulis : Anisa Anggraeni Saldin
Editor : Sejarah Cirebon
Selepas mendirikan masjid agung, sunan gunung jati pergi kewilayahan Cirebon yang mana lagi ya?
BalasHapus