Syekh Jumadil Qubra
Syekh Jumadil Qubra adalah seorang ulama yang disebut-sebut dalam beberapa naskah dan catatan di Jawa sebagai penyebar Islam di tanah Jawa semenjak zaman Majapahit. Syekh Jumadil Qubra dalam suatu pendapat mendakwahkan Islam di Majapahit ketika kerajaan tersebut diprintah oleh Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350). Namun ada juga yang berpendapat beliau hidup dan datang menyebarkan Islam ke Jawa ketika Majapahit diprintah oleh Prabu Hayam Wuruk (1350-1389).
Menurut Naskah Mertasinga yang ditemukan di Cirebon bahwa Syekh Jumadil Qubra merupakan cucu Rasulullah ke-18 melalui garis Imam Husein, Sayyidah Fatimah Az Zahra dan Imam Ali bin Abi Thalib. Naskah tersebut menjelaskan bahwa Syekh Jumadil Qubra merupakan ayah Syekh Mustakim Ibrahim Asmarakandi dari Campa. Karenanya, Syekh Jumadil Qubra merupakan kakek Sunan Ampel atau kakek buyut Sunan Bonang atau Sunan Drajat.
Syekh Jumadil Qubra juga disebutkan sebagai ayah Raja Odhara Ali Nurul Alam di Mesir. Karenanya, Syek Jumadil Qubra merupakan kakek Sultan Hut Svari Abdullah atau kakek buyut Sunan Gunungjati. Namun terdapat sumber lain yang menyebutkan bahwa Syekh Jumadi Qubra merupakan ayah Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Giri) dan Syekh Maulana Ishaq.
Sumber pertama menyebutkan bahwa Syekh Jumadil Qubra wafat pada tahun 1376. Dengan demikian, Syekh Jumadil Qubra wafat ketika Hayam Wuruk masih berkuasa di Majapahit (1350-1389). Sementara, Gajah Mada tidak lagi menjabat sebagai patih Majapahit karena telah meninggal pada 1364. Sementara sumber kedua menyebutkan bahwa Syekh Jumadil Qubra masih hidup pada tahun 1376. Mengingat Syekh Jumadil Qubra tercatat sebagai anggota Majelis Dakwah Walisanga periode I pada tahun 1404. Artinya Syekh Jumadil Qubra masih hidup pasca pemerintahan Hayam Wuruk atau saat pemerintahan Wikramawardhana.
Sementara itu, berkaitan dengan makam Syekh Jumadil Qubra, terdapat beberapa versi. Versi pertama mengatakan bahwa, makam Syekh Jumadil Qubra berada di Tralaya Trowulan Majakerta. Versi lain mengatakan bahwa makam Syekh Jumadil Qubra berada di Semarang, Desa Turga Merapi, Parangtritis,selain itu ada juga yang menyatakan di Gunung Kidul.
Baca Juga: Naskah Mertasinga Maksud dan Kandungannya
Menurut Naskah Mertasinga yang ditemukan di Cirebon bahwa Syekh Jumadil Qubra merupakan cucu Rasulullah ke-18 melalui garis Imam Husein, Sayyidah Fatimah Az Zahra dan Imam Ali bin Abi Thalib. Naskah tersebut menjelaskan bahwa Syekh Jumadil Qubra merupakan ayah Syekh Mustakim Ibrahim Asmarakandi dari Campa. Karenanya, Syekh Jumadil Qubra merupakan kakek Sunan Ampel atau kakek buyut Sunan Bonang atau Sunan Drajat.
Syekh Jumadil Qubra juga disebutkan sebagai ayah Raja Odhara Ali Nurul Alam di Mesir. Karenanya, Syek Jumadil Qubra merupakan kakek Sultan Hut Svari Abdullah atau kakek buyut Sunan Gunungjati. Namun terdapat sumber lain yang menyebutkan bahwa Syekh Jumadi Qubra merupakan ayah Syekh Maulana Malik Ibrahim (Sunan Giri) dan Syekh Maulana Ishaq.
Sumber pertama menyebutkan bahwa Syekh Jumadil Qubra wafat pada tahun 1376. Dengan demikian, Syekh Jumadil Qubra wafat ketika Hayam Wuruk masih berkuasa di Majapahit (1350-1389). Sementara, Gajah Mada tidak lagi menjabat sebagai patih Majapahit karena telah meninggal pada 1364. Sementara sumber kedua menyebutkan bahwa Syekh Jumadil Qubra masih hidup pada tahun 1376. Mengingat Syekh Jumadil Qubra tercatat sebagai anggota Majelis Dakwah Walisanga periode I pada tahun 1404. Artinya Syekh Jumadil Qubra masih hidup pasca pemerintahan Hayam Wuruk atau saat pemerintahan Wikramawardhana.
Sementara itu, berkaitan dengan makam Syekh Jumadil Qubra, terdapat beberapa versi. Versi pertama mengatakan bahwa, makam Syekh Jumadil Qubra berada di Tralaya Trowulan Majakerta. Versi lain mengatakan bahwa makam Syekh Jumadil Qubra berada di Semarang, Desa Turga Merapi, Parangtritis,selain itu ada juga yang menyatakan di Gunung Kidul.
Baca Juga: Naskah Mertasinga Maksud dan Kandungannya
Posting Komentar untuk "Syekh Jumadil Qubra"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.