Biografi Kiai Yasin Gedongan
Kiai Yasin atau yang nama lengkapnya Ahmad Yasin adalah salah satu Kiai yang turut andil dalam membesarkan Pesantren Gedongan, Ender Pangenan Cirebon, beliau dikenal sebagai Kai yang membawa pembarauan di Pesantren Gedongan.
Kiai Yasin dilahirkan pada tahun 1910 M dari pasangan Kiai Mahdor dan Ny. Suaibah di Desa Padjajar Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka. Ia merupakan putera pertama dari lima besaudara, akan tetapi dari ketiga saudaranya wafat terlebih dahulu. Sehingga putera Kiai Mahdor yang tersisa hanya dua putera yaitu Kiai Yasin dan Kiai Toyib, namun tidak lama kemudian Kiai Toyib wafat terlebih dahulu.
Ayahnya merupakan seorang kepala desa pada masa itu dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang selalu membantu Kiai Mahdor dalam kesehariannya. Karena kealiman ilmunya, ia dijodohkan dengan adik Kiai Maksum yang bernama Nyai Sholihah puteri keempat Kiai Siaj. Dari pernikahannya ia dikaruniai putera dan puteri sebanyak 9 orang.
Kiai Yasin merupakan menantu pertama Kiai Siraj yang kemudian ikut membantu dalam mengembangkan Pesantren Gedongan karena kealimannya. Selain itu, Ia juga aktif di beberapa organisasi baik tingkat propinsi maupun tingkat nasional, seperti Gerakan Hizbullah, Nahdlatul Ulama.
Menurut penuturan Kiai Taufikurrahman Yasin dan Kiai Mundzir Yasin, yang merupakan putera-putera Kiai Yasin, peran ayahnya di Nahdatul Ulama dan Hizbullah membuat ayahnya menjadi incaran Belanda. Untuk menghindari penangkapan Belanda atas dirinya, Kiai Yasin pun selalu berpindah tempat bersembunyi di Daerah Cidahu Kuningan, Pekalongan, dan Pegunungan daerah Kendal. Hingga wafatnya ia masih tercatat sebagai Mustasyar PWNU Jawa Barat, Rois Jam’iyah Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah Jawa Barat, dan sebagai pengurus pusat bersama Kiai Adlan Ali dan Kiai Idham Chalid. Pada masa pemerintahan Orde Baru ia menjabat sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI Kabupaten Cirebon dan Anggota Jawa Barat.
Pada masa Kiai Yasin Pesantren Gedongan mengalami perkembangan yang signifikan, terutama dalam segi pendidikan pesantren yang mulanya difokuskan kepada pengajaran kitab-kitab salaf dengan sistem klasik, dengan memakai sistem sorogan dan bandongan, ketika masa Kiai Yasin didirikanlah beberapa lembaga pendidikan sebagai bentuk pembaharuan pada masa itu.
Kiai Yasin dikenal sebagai figur ulama yang sangat penting dalam mengembangkan Pesantren Gedongan. Sebagai menantu pertama Kiai Siraj. Ia yang berbekal alim dan tawadhu, juga terkenal dengan semangatnya yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan hariannya tanpa dengan rasa lelah.
Pada tahun 1996 kesehatan Kiai Yasin menurun namun rasa sakit yang ia rasakan tidak menghalanginya untuk tetap aktif sebagai tenaga pengajar di Pesantren Gedongan. Kiai Yasin menghembuskan nafas terakhirnya di tahun 1996, dan dimakamkan di pemakaman umum Pesantren Gedongan bersama sesepuh lainnya yang telah lama wafat. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam bagi isteri tercinta, putera dan puterinya, para santri, masyarakat Gedongan dan sekitarnya.
Pendidikan pesantren Kiai Yasin dimulai di Pesantren Kempek selama satu tahun, dimana pondok pesantren ini adalah milik pamannya. Setelah itu, ia melanjutkan ke pesantren di Pekalongan dan belajar kepada Kiai Amir selama dua tahun, selesai mondok di Pesantren Pekalongan ia melanjutkan untuk menimba ilmu di Jombang dan belajar kepada Kiai Hasyim Asy’ari.
Setelah menyelesaikan pendidikan pesantrennya ia kembali ke pondok pamannya yaitu di Kempek, dengan mengabdi dan menjadi tenaga pengajar saat itu. Dalam beberapa tahun selama mondok di Pesantren Kempek ia mempunyai sahabat tedekatnya yaitu Kiai Maksum putera Kiai Siraj, kedekatannya dengan Kiai Maksum menjadikan keakraban bagi keduanya hingga pada suatu hari Kiai Maksum meminta kepada Kiai Yasin untuk ikut bersamanya dan membantunya sebagai tenaga pengajar di Pesantren Gedongan.
Setelah menyelesaikan pendidikan pesantrennya, ia kembali ke Pondok Pesantren Kempek tempat di mana pamannya yaitu Kiai Harun, Kiai Harun adalah salah satu Kiai di Pesantren Kempek. Pada saat itu, ia diajak oleh sahabat seperjuangan selama mondok di Kempek yaitu Kiai Maksum (putera pertama Kiai Siraj) ke Pesantren Gedongan dan dijodohkan dengan adiknya yang bernama Ny. Hj. Solihah (puteri ke empat Kiai Siraj) yang merupakan cucu Kiai Muhammad Sa’id. Kemudian setelah menikah ia dipercaya untuk menjadi sesepuh Pondok Pesantren Gedongan.
Kiai Yasin dilahirkan pada tahun 1910 M dari pasangan Kiai Mahdor dan Ny. Suaibah di Desa Padjajar Kecamatan Rajagaluh Kabupaten Majalengka. Ia merupakan putera pertama dari lima besaudara, akan tetapi dari ketiga saudaranya wafat terlebih dahulu. Sehingga putera Kiai Mahdor yang tersisa hanya dua putera yaitu Kiai Yasin dan Kiai Toyib, namun tidak lama kemudian Kiai Toyib wafat terlebih dahulu.
Ayahnya merupakan seorang kepala desa pada masa itu dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga yang selalu membantu Kiai Mahdor dalam kesehariannya. Karena kealiman ilmunya, ia dijodohkan dengan adik Kiai Maksum yang bernama Nyai Sholihah puteri keempat Kiai Siaj. Dari pernikahannya ia dikaruniai putera dan puteri sebanyak 9 orang.
Kiai Yasin merupakan menantu pertama Kiai Siraj yang kemudian ikut membantu dalam mengembangkan Pesantren Gedongan karena kealimannya. Selain itu, Ia juga aktif di beberapa organisasi baik tingkat propinsi maupun tingkat nasional, seperti Gerakan Hizbullah, Nahdlatul Ulama.
Menurut penuturan Kiai Taufikurrahman Yasin dan Kiai Mundzir Yasin, yang merupakan putera-putera Kiai Yasin, peran ayahnya di Nahdatul Ulama dan Hizbullah membuat ayahnya menjadi incaran Belanda. Untuk menghindari penangkapan Belanda atas dirinya, Kiai Yasin pun selalu berpindah tempat bersembunyi di Daerah Cidahu Kuningan, Pekalongan, dan Pegunungan daerah Kendal. Hingga wafatnya ia masih tercatat sebagai Mustasyar PWNU Jawa Barat, Rois Jam’iyah Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah Jawa Barat, dan sebagai pengurus pusat bersama Kiai Adlan Ali dan Kiai Idham Chalid. Pada masa pemerintahan Orde Baru ia menjabat sebagai Ketua Komisi Fatwa MUI Kabupaten Cirebon dan Anggota Jawa Barat.
Pada masa Kiai Yasin Pesantren Gedongan mengalami perkembangan yang signifikan, terutama dalam segi pendidikan pesantren yang mulanya difokuskan kepada pengajaran kitab-kitab salaf dengan sistem klasik, dengan memakai sistem sorogan dan bandongan, ketika masa Kiai Yasin didirikanlah beberapa lembaga pendidikan sebagai bentuk pembaharuan pada masa itu.
Kiai Yasin dikenal sebagai figur ulama yang sangat penting dalam mengembangkan Pesantren Gedongan. Sebagai menantu pertama Kiai Siraj. Ia yang berbekal alim dan tawadhu, juga terkenal dengan semangatnya yang tinggi dalam melaksanakan kegiatan hariannya tanpa dengan rasa lelah.
Pada tahun 1996 kesehatan Kiai Yasin menurun namun rasa sakit yang ia rasakan tidak menghalanginya untuk tetap aktif sebagai tenaga pengajar di Pesantren Gedongan. Kiai Yasin menghembuskan nafas terakhirnya di tahun 1996, dan dimakamkan di pemakaman umum Pesantren Gedongan bersama sesepuh lainnya yang telah lama wafat. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam bagi isteri tercinta, putera dan puterinya, para santri, masyarakat Gedongan dan sekitarnya.
Pendidikan KH. Yasin
Sejak kecil Kiai Yasin telah dididik oleh kedua orang tuanya dengan harapan agar Kiai Yasin menjadi orang yang berguna bagi Agama dan masyarakat. Dari riwayat pendidikannya, diketahui bahwa Kiai Yasin kecil pernah bersekolah di volkshool (Sekolah Dasar Belanda) di desanya sendiri. Pendidikan formalnya terhenti dan ia lebih memilih melanjutkan pendidikannya di pesantren terutama pesantren di Jawa.Pendidikan pesantren Kiai Yasin dimulai di Pesantren Kempek selama satu tahun, dimana pondok pesantren ini adalah milik pamannya. Setelah itu, ia melanjutkan ke pesantren di Pekalongan dan belajar kepada Kiai Amir selama dua tahun, selesai mondok di Pesantren Pekalongan ia melanjutkan untuk menimba ilmu di Jombang dan belajar kepada Kiai Hasyim Asy’ari.
Setelah menyelesaikan pendidikan pesantrennya ia kembali ke pondok pamannya yaitu di Kempek, dengan mengabdi dan menjadi tenaga pengajar saat itu. Dalam beberapa tahun selama mondok di Pesantren Kempek ia mempunyai sahabat tedekatnya yaitu Kiai Maksum putera Kiai Siraj, kedekatannya dengan Kiai Maksum menjadikan keakraban bagi keduanya hingga pada suatu hari Kiai Maksum meminta kepada Kiai Yasin untuk ikut bersamanya dan membantunya sebagai tenaga pengajar di Pesantren Gedongan.
Setelah menyelesaikan pendidikan pesantrennya, ia kembali ke Pondok Pesantren Kempek tempat di mana pamannya yaitu Kiai Harun, Kiai Harun adalah salah satu Kiai di Pesantren Kempek. Pada saat itu, ia diajak oleh sahabat seperjuangan selama mondok di Kempek yaitu Kiai Maksum (putera pertama Kiai Siraj) ke Pesantren Gedongan dan dijodohkan dengan adiknya yang bernama Ny. Hj. Solihah (puteri ke empat Kiai Siraj) yang merupakan cucu Kiai Muhammad Sa’id. Kemudian setelah menikah ia dipercaya untuk menjadi sesepuh Pondok Pesantren Gedongan.
Posting Komentar untuk "Biografi Kiai Yasin Gedongan"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.