Mengenal Masjid Al-Karomah Depok Cirebon
Masjid Al-Karomah Depok atau juga disebut Masjid Kramat Depok adalah salah satu Masjid kuno yang ada di Desa Depok Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon. Lokasi masjid membelakangi Sungai Jamblang, sementara di depannya menghampar persawahan penduduk. Secara letak Masjid Kramat Depok terbilang masih asri.
Tidak ada kejelasan mengenai kapan tepatnya Masjid Kramat Depok didirikan hal tersebut dikarenakan tidak adanya Candra Sangkala pada masjid, hanya saja Pemerintah Kabupaten Cirebon memerkirakan Masjid tersebut didirikan sejak abad ke 14 atau 15 Masehi awal.
Dalam buku Mengenal Lebih Dekat 161 Situs di Kabupaten Cirebon yang ada di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Cirebon, menyebutkan masjid karma Depok sebagai masjid peninggalan atau masjid yang didirikan oleh para wali. Hal ini ditandai dengan adanya “tatal” yang terdapat di atas tiang-tiang (saka) masjid, dan sebuah lumpang berlubang sebelas peninggalan dari Pangeran Panjunan (dahulunya digunakan untuk membuat terasi) dan sampai sekarang keberadaan lumpang tersebut masih ada.
Tidak berbeda dengan tahun pendiriannya, tokoh pendiri masjid kramat Depok-pun masih misteri, hal tersebut dikarenakan ada beberapa versi seputar pendirian masjid tersebut. Menurut sebuah cerita yang masyhur di masyarakat Depok, masjid ini dibangun secara tiba-tiba dengan hanya memerlukan waktu satu malamdan didirikan oleh orang-orang yang memiliki kelebihan (para wali atau auliya’). Hal ini dibuktikan dengan adanya batu yang berada di kawasan Masjid Depok (sekarang berada di ruangan kedua masjid) yang menjadi tempat singgahnya (bermusyawarah) para wali di tempat tersebut.
Pada bagian dalam areal masjid, terdapat dua kompleks pemakaman keluarga Lebe Tasy salah satu pejabat Desa Depok yang terletak di bagian luar kompleks bangunan masjid dan makam Syekh Maujud beserta pendampingnya di kompleks bagian dalam.
Kompleks pemakaman Syekh Maujud bersama pendampingnya yang kemungkinan murid, pengikut atau pengawalnya bagi sebagaian orang dianggap memiliki kaitan erat dengan proses pembangunan masjid atau penyebaran agama Islam di Depok. Karena biasanya tokoh penyebar agama Islam di Cirebon ataupun pendiri masjid Agung biasanya terletak tidak jauh dari masjid.
Berdasarkan cerita-cerita yang berkembang di kalangan masyarakat sekitar Depok, Syekh Maujud adalah seorang perdakwah atau Da’i berasal dari Timur Tengah dan kemudian singgah dan menetap di Depok serta menyebarkan Islam hingga akhir hayatnya.
Dalam versi yang lain, Syekh Maujud memiliki nama lain Ki Gede Depok, mulanya diyakini sebagai seorang penguasa wilayah Warujaya atau dikenal juga dengan nama Ki Gede Waru yang menemukan Nyi Mas Pakungwati yang suatu waktu meninggalkan Kraton Cirebon karena cemburu akibat Sunan Gunung Jati menikah lagi dengan Putri Ong Tien Nio.
Menurut versi tersebut, Syekh Maujud adalah orang yang melaporkan keberadaan Nyimas Pakungwati keada Sunan Gunung Jati dan mengamankan serta membawanya ke daerah Warugede (sekarang menjadi Desa Warujaya) sebelum di serahkan kepada Sunan Gunung Jati.
Selain versi di atas, terdapat versi lain yang menyatakan bahwa Depok berawal dari sosok Syekh Pasiraga, salah seorang cucu dari sunan Gunung Jati, dari ayah Pangeran Trusmi (Pangeran Sumbu Mangkurat yang menikah dengan Nyi Mas Babadan) yang ketika melihat dari kata Depok adalah penamaan dari padepokan yang menjadi tempat untuk menempa ilmu ajaran Islam dan kanuragan. Pendirian masjid tersebut dimungkinkan berdiri pada saat bersamaan dengan proses penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati.
Banyaknya versi seputar pendirian masjid kramat Depok menjadikan sejarah pendirian dan siapa tokoh yang mendirikan masjid tersebut masih misteri, meskipun begitu semuanya sepakat bahwa Masjid Al-Karomah Depok merupakan masjid kuno yang keberadannya masih lestari hingga kini.
Tidak ada kejelasan mengenai kapan tepatnya Masjid Kramat Depok didirikan hal tersebut dikarenakan tidak adanya Candra Sangkala pada masjid, hanya saja Pemerintah Kabupaten Cirebon memerkirakan Masjid tersebut didirikan sejak abad ke 14 atau 15 Masehi awal.
Dalam buku Mengenal Lebih Dekat 161 Situs di Kabupaten Cirebon yang ada di kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Cirebon, menyebutkan masjid karma Depok sebagai masjid peninggalan atau masjid yang didirikan oleh para wali. Hal ini ditandai dengan adanya “tatal” yang terdapat di atas tiang-tiang (saka) masjid, dan sebuah lumpang berlubang sebelas peninggalan dari Pangeran Panjunan (dahulunya digunakan untuk membuat terasi) dan sampai sekarang keberadaan lumpang tersebut masih ada.
Tidak berbeda dengan tahun pendiriannya, tokoh pendiri masjid kramat Depok-pun masih misteri, hal tersebut dikarenakan ada beberapa versi seputar pendirian masjid tersebut. Menurut sebuah cerita yang masyhur di masyarakat Depok, masjid ini dibangun secara tiba-tiba dengan hanya memerlukan waktu satu malamdan didirikan oleh orang-orang yang memiliki kelebihan (para wali atau auliya’). Hal ini dibuktikan dengan adanya batu yang berada di kawasan Masjid Depok (sekarang berada di ruangan kedua masjid) yang menjadi tempat singgahnya (bermusyawarah) para wali di tempat tersebut.
Pada bagian dalam areal masjid, terdapat dua kompleks pemakaman keluarga Lebe Tasy salah satu pejabat Desa Depok yang terletak di bagian luar kompleks bangunan masjid dan makam Syekh Maujud beserta pendampingnya di kompleks bagian dalam.
Masjid Al-Mukaromah Depok Cirebon |
Berdasarkan cerita-cerita yang berkembang di kalangan masyarakat sekitar Depok, Syekh Maujud adalah seorang perdakwah atau Da’i berasal dari Timur Tengah dan kemudian singgah dan menetap di Depok serta menyebarkan Islam hingga akhir hayatnya.
Dalam versi yang lain, Syekh Maujud memiliki nama lain Ki Gede Depok, mulanya diyakini sebagai seorang penguasa wilayah Warujaya atau dikenal juga dengan nama Ki Gede Waru yang menemukan Nyi Mas Pakungwati yang suatu waktu meninggalkan Kraton Cirebon karena cemburu akibat Sunan Gunung Jati menikah lagi dengan Putri Ong Tien Nio.
Menurut versi tersebut, Syekh Maujud adalah orang yang melaporkan keberadaan Nyimas Pakungwati keada Sunan Gunung Jati dan mengamankan serta membawanya ke daerah Warugede (sekarang menjadi Desa Warujaya) sebelum di serahkan kepada Sunan Gunung Jati.
Selain versi di atas, terdapat versi lain yang menyatakan bahwa Depok berawal dari sosok Syekh Pasiraga, salah seorang cucu dari sunan Gunung Jati, dari ayah Pangeran Trusmi (Pangeran Sumbu Mangkurat yang menikah dengan Nyi Mas Babadan) yang ketika melihat dari kata Depok adalah penamaan dari padepokan yang menjadi tempat untuk menempa ilmu ajaran Islam dan kanuragan. Pendirian masjid tersebut dimungkinkan berdiri pada saat bersamaan dengan proses penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati.
Banyaknya versi seputar pendirian masjid kramat Depok menjadikan sejarah pendirian dan siapa tokoh yang mendirikan masjid tersebut masih misteri, meskipun begitu semuanya sepakat bahwa Masjid Al-Karomah Depok merupakan masjid kuno yang keberadannya masih lestari hingga kini.
Posting Komentar untuk "Mengenal Masjid Al-Karomah Depok Cirebon"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.