Kematian Tan Malaka Yang Berselubung Misteri
Kematian Tan Malaka-Nama Tan Malaka pada masa rezim orde baru sempat dilupakan, tokoh Revolusioner itu hampir saja terkubur dalam reruntuhan sejarah, kematian Tan Malaka baru terkuak dengan hadirnya peneliti dan sejarawan asal Belanda Harry Poeze, berkat penelitianya Tan Malaka dapat terendus kembali sebab dan tempat dimana Tan Malaka dikebumikan.
Berdasarkan penelitian Harry Poeza mengungkapkan bahwa kematian Malaka diduga ditembak oleh tentara republik dan dimakamkan di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur pada 1949. Penelitianya itu dituliskan dalam bukunya gerakan kiri dan revolusi Indonesia jilid 4: September 1948- Desember 1949, didalam karyanya Harry Poeza menjabarkan tentang masa-masa terkahir Tan Malaka sebelum tewas ditembak oleh anggota tentara republik Indonesia, Harry Poeza juga berharap atas hasil penelitianya itu kematian Tan Malaka dapat membuka tabir misteri kematian Tan Malaka.
Harry A. Poeza menyebutkan bahwa yang menangkap dan menembak mati Tan Malaka pada tanggal 21 Februari 1949 adalah pasukan TNI dibawah pimpinan Letda Soekotjo dari Batalion sikatan, divisi Bratawijaya.
Keputusan Presiden RI no. 53 yang ditandatangani presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan Tan Malaka sebagai pahlawan nasional. Pada 21 Februari 2017 jenazah Tan Malaka secara simbolis dipindahkan dari Kediri ke Sumatera Barat yang diupayakan oleh keluarga besar Tan Malaka dan sekelompok yang tergabung dalam Tan Malaka institute. Yang dimaksud simbolis disini adalah karena pihak keluarga gagal membawa jenazah Tan Malaka secara utuh maka mereka memutuskan untuk memulangkanya secara simbolis yakni dengan cara membawa tanah dari perkuburan Tan Malaka.
Kematianya ini menuai banyak spekulasi dari beberapa orang yang sekedar mengaku bahwa dirinya yang telah membunuhh sang Revolusioner serta bapa Madilog. Setidak-tidaknya ada lima versi kematian Tan Malaka ketika situasi kematianya masih menjadi misteri tersebut.
Menurut Hasan Hasbi dalam karyanya filosofi Negara menurut Tan Malaka menuliskan bahwa “ada tukang bengkel di Surabaya yang mengaku-ngaku sebagai penembak Tan Malaka”, bukan hanya itu saja terdapat isu lain yang beredar bahwa Tan Malaka telah ditembak dan dibuang di kali Brantas bahkan ada juga yang mengabarkan kalau kematian Tan Malaka disebabkan oleh kesehatanya yang menurun drastis yang diduga bahwa kematian Tan Malaka diakibatkan bukan karena ditembak tapi karena penyakit yang dideritanya. Akan tetapi mengapa demikian kematian Tan Malaka seolah cenderung disembunyikan dan tidak diekspos.
Namun dugaan yang paling kuat tentang kematian sang tokoh kiri Indonesia asal Suliki itu meninggal karena ditembak oleh tentara Indonesia, karenanya jenazah dan makamnya tidak ekspose keluar sebab kalau sampai diketahui bahwa Tan Malaka meninggal karena ditembak maka pendukungnya akan ngamuk sebab sang Bapa Madilog itu mempunyai pendukung yang banyak terutama mereka yang bergabung dalam partai politik Murba.
Teka-teki dan misteri kematian Tan Malaka mulai sedikit terungkap ketika sejarawan Belanda, Harry Poeza melakukan penelitan, ia menyebutkan bahwa Tan Malaka mati tertembak seperti yang sudah diungkapkan dalam tulisan ini dibagian atas, pendapat itu Harry buktikan dari pendapat Sukarna, seorang pengawal Tan yang berhasil melarikan diri dari tahanan, Sukarna juga sempat menceritakan kembali ihwal misteri kematian Tan Malaka itu kepada Jamalludin Tamim salah satu pengikut Tan sewaktu di Bangkok. Dalam pendapatnya bahwa eksekusi terhadap Tan Malaka terjadi pada 1949 ketika markas pertahanan Tan Malaka di Pace, Jawa Timur, berhasil disergap oleh tentara republik Indonesia namun pasukan ini urung menangkap Tan karena ditarik mundur untuk menghalau Belanda yang melakukan penyerangan dari utara, Tan dan 60 pengikutnya dibebaskan.
Tan Malaka telah diburu oleh tentara Indonesia disebabkan dirinya memplokamirkan dirinya sebagai presiden RI, hal ini ia lakukan setelah mendengar presiden Soekarno dan wakil Presiden Moh.Hatta ditangkap Belanda di Yogyakarta. Tindakan Tan Malaka dianggap sangat nekat dan membahayakan kempimpinan Soekarno-Hatta sehingga tindakanya dianggap sebagai tindakan subversive yang kemudian dirinya diburu tentara RI.
Dalam sergapan tersebut. Tan Malaka bersama pengikutnya kemudian melarikan diri ke wilayah selatan Jawa Timur namun ditengah perjalanan pelarianya itu sempat terkendela yakni dirinya besarta pengikutnya ditembak oleh sekelopok orang bersenjata, penembakan itu membuat dirinya semakin kocar kacir hingga merubah startegi pelarian itu dengan membagi menjadi 4 kelompok, Tan beserta pengawalnya melarikan diri kekawasan Tulunganggung dengan harapan ada battalion yang bersimpati dengan kesedihan Tan.
Setelah berharian menyusuri jalan, Tan Malaka besarta pengikutnya berhasil ditemukan oleh tentara Indonesia disebuah kampung kecil bernama Selopanggung, tanpa diberi kesempatan membela diri, peluru panas langsung dihembuskan di bagian dadanya.
Oleh : Anisa Anggraeni Saldin
Berdasarkan penelitian Harry Poeza mengungkapkan bahwa kematian Malaka diduga ditembak oleh tentara republik dan dimakamkan di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur pada 1949. Penelitianya itu dituliskan dalam bukunya gerakan kiri dan revolusi Indonesia jilid 4: September 1948- Desember 1949, didalam karyanya Harry Poeza menjabarkan tentang masa-masa terkahir Tan Malaka sebelum tewas ditembak oleh anggota tentara republik Indonesia, Harry Poeza juga berharap atas hasil penelitianya itu kematian Tan Malaka dapat membuka tabir misteri kematian Tan Malaka.
Harry A. Poeza menyebutkan bahwa yang menangkap dan menembak mati Tan Malaka pada tanggal 21 Februari 1949 adalah pasukan TNI dibawah pimpinan Letda Soekotjo dari Batalion sikatan, divisi Bratawijaya.
Keputusan Presiden RI no. 53 yang ditandatangani presiden Soekarno 28 Maret 1963 menetapkan Tan Malaka sebagai pahlawan nasional. Pada 21 Februari 2017 jenazah Tan Malaka secara simbolis dipindahkan dari Kediri ke Sumatera Barat yang diupayakan oleh keluarga besar Tan Malaka dan sekelompok yang tergabung dalam Tan Malaka institute. Yang dimaksud simbolis disini adalah karena pihak keluarga gagal membawa jenazah Tan Malaka secara utuh maka mereka memutuskan untuk memulangkanya secara simbolis yakni dengan cara membawa tanah dari perkuburan Tan Malaka.
Kematianya ini menuai banyak spekulasi dari beberapa orang yang sekedar mengaku bahwa dirinya yang telah membunuhh sang Revolusioner serta bapa Madilog. Setidak-tidaknya ada lima versi kematian Tan Malaka ketika situasi kematianya masih menjadi misteri tersebut.
Menurut Hasan Hasbi dalam karyanya filosofi Negara menurut Tan Malaka menuliskan bahwa “ada tukang bengkel di Surabaya yang mengaku-ngaku sebagai penembak Tan Malaka”, bukan hanya itu saja terdapat isu lain yang beredar bahwa Tan Malaka telah ditembak dan dibuang di kali Brantas bahkan ada juga yang mengabarkan kalau kematian Tan Malaka disebabkan oleh kesehatanya yang menurun drastis yang diduga bahwa kematian Tan Malaka diakibatkan bukan karena ditembak tapi karena penyakit yang dideritanya. Akan tetapi mengapa demikian kematian Tan Malaka seolah cenderung disembunyikan dan tidak diekspos.
Namun dugaan yang paling kuat tentang kematian sang tokoh kiri Indonesia asal Suliki itu meninggal karena ditembak oleh tentara Indonesia, karenanya jenazah dan makamnya tidak ekspose keluar sebab kalau sampai diketahui bahwa Tan Malaka meninggal karena ditembak maka pendukungnya akan ngamuk sebab sang Bapa Madilog itu mempunyai pendukung yang banyak terutama mereka yang bergabung dalam partai politik Murba.
Teka-teki dan misteri kematian Tan Malaka mulai sedikit terungkap ketika sejarawan Belanda, Harry Poeza melakukan penelitan, ia menyebutkan bahwa Tan Malaka mati tertembak seperti yang sudah diungkapkan dalam tulisan ini dibagian atas, pendapat itu Harry buktikan dari pendapat Sukarna, seorang pengawal Tan yang berhasil melarikan diri dari tahanan, Sukarna juga sempat menceritakan kembali ihwal misteri kematian Tan Malaka itu kepada Jamalludin Tamim salah satu pengikut Tan sewaktu di Bangkok. Dalam pendapatnya bahwa eksekusi terhadap Tan Malaka terjadi pada 1949 ketika markas pertahanan Tan Malaka di Pace, Jawa Timur, berhasil disergap oleh tentara republik Indonesia namun pasukan ini urung menangkap Tan karena ditarik mundur untuk menghalau Belanda yang melakukan penyerangan dari utara, Tan dan 60 pengikutnya dibebaskan.
Tan Malaka telah diburu oleh tentara Indonesia disebabkan dirinya memplokamirkan dirinya sebagai presiden RI, hal ini ia lakukan setelah mendengar presiden Soekarno dan wakil Presiden Moh.Hatta ditangkap Belanda di Yogyakarta. Tindakan Tan Malaka dianggap sangat nekat dan membahayakan kempimpinan Soekarno-Hatta sehingga tindakanya dianggap sebagai tindakan subversive yang kemudian dirinya diburu tentara RI.
Dalam sergapan tersebut. Tan Malaka bersama pengikutnya kemudian melarikan diri ke wilayah selatan Jawa Timur namun ditengah perjalanan pelarianya itu sempat terkendela yakni dirinya besarta pengikutnya ditembak oleh sekelopok orang bersenjata, penembakan itu membuat dirinya semakin kocar kacir hingga merubah startegi pelarian itu dengan membagi menjadi 4 kelompok, Tan beserta pengawalnya melarikan diri kekawasan Tulunganggung dengan harapan ada battalion yang bersimpati dengan kesedihan Tan.
Setelah berharian menyusuri jalan, Tan Malaka besarta pengikutnya berhasil ditemukan oleh tentara Indonesia disebuah kampung kecil bernama Selopanggung, tanpa diberi kesempatan membela diri, peluru panas langsung dihembuskan di bagian dadanya.
Oleh : Anisa Anggraeni Saldin
Posting Komentar untuk "Kematian Tan Malaka Yang Berselubung Misteri"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.