Mughayat Bujang, Sultan Aceh yang Gemar Mabuk dan Judi
Sultan Mughayat Bujang yang bergelar Sultan Ali Riayat Syah ibn Munawar Syah adalah Sultan Aceh Darussalam yang bertahta pada tahun 1587 hingga 1589 Masehi. Beliau menggantikan kedudukan Sultan Alaiddin Mansyur Syah yang mangkat pada 1587 Masehi.
Sultan Mughayat Bujang atau juga dikenali dengan Sultan Buyung adalah anak Sultan Munawar Syah dari Kesultanan Indrapura yang diangkat berkat bantuan para pembesar Kerajaan Aceh, ia diberi gelar Sultan Ali Riayat Syah dengan harapan, kondisi Aceh dapat kembali sebagaimana zaman Sultan Ali Mughayat Syah (1530-1539 M) yang penuh dengan kemakmuran. Namun, harapan para pembesar Kerajaan Aceh itu rupanya jauh panggang dari api, sebab nyatanya Mughayat Bujang menjadi Sultan Aceh yang gemar mabuk dan judi.
Ketika memerintah Aceh, Sultan Mughayat Bujang menghentikan segala bentuk konfrontasi dengan Portugis dan Johor di Semenanjung. Akibat kebijakan tersebut Selat Malaka menjadi ramai dan perdagangan kembali pesat. Sehingga kondisi Aceh justru makin terpuruk.
Harapan para pembesar yang mengangkatnya menjadi Sultan agar membawa Aceh menuju kejayaan justru membawa malapetaka bagi perekonomian Aceh. Sementara disisi lain Sultan Mughayat Bujang lebih suka melanggar syariat yang telah ditetapkan kerajaan.
Daripada mengurusi negara dan kemakmuran rakyatnya, Sultan Mughayat Bujang lebih senang bermain kuda, bermewah-mewahan dan berjudi, sehingga kian lama hilanglah sudah rasa kasih dan cinta rakyat terhadap rajanya. Pada awalnya hanya desas desus celaan terhadap Sultan, tetapi datangnya seorang Sultan dari daerah Pesisir Minangkabau telah merusak adat istiadat Kerajaan Aceh menjadi lebih buruk.
Pada masa pemerintahan Sultan Mughayat Bujang juga tercatat anak-anak muda Aceh sudah hilang arah sehingga mereka menjadi berani untuk menyabung ayam, mengadu jangkrik bahkan sampai mengadu semut. Mereka juga sudah berani mabuk yaitu dengan meminum minuman keras yang terbuat dari tuak bercampur dengan darah kerbau.
Kondisi Aceh yang demikian itu membuat para pembesar kerajaan Aceh gusar, mereka takut nasib kerajaan dan rakyat akan memburuk apabila Mughayat Bujang terus bertahta, oleh karena itu sekomplotan para pembesar Aceh pada 1588 Masehi membunuh Sultan Mughayat Bujang.
Terbunuhnya Sultan Mughayat Bujang menandai akhir dari riawayat hidupnya yang serba glamor, tidak lama setelah itu dilantiklah Sultan baru Aceh. Kali ini yang menjabat sebagai Sultan adalah orang yang secara moral dikenal Sholeh, umurnya memang sudah tidak muda lagi, namamnya Sayyid al-Mukammil (1588-1604) dikenal juga dengan sebutan Sultan Muda Ali Riayat Syah IV.
Baca Juga: Serangan China dan Terbentuknya Kesultanan Aceh Darussalam
Daftar Bacaan
[1] Jurnal. IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Kerajaan Aceh Sebelum Sultan Iskandar Muda
Sultan Mughayat Bujang atau juga dikenali dengan Sultan Buyung adalah anak Sultan Munawar Syah dari Kesultanan Indrapura yang diangkat berkat bantuan para pembesar Kerajaan Aceh, ia diberi gelar Sultan Ali Riayat Syah dengan harapan, kondisi Aceh dapat kembali sebagaimana zaman Sultan Ali Mughayat Syah (1530-1539 M) yang penuh dengan kemakmuran. Namun, harapan para pembesar Kerajaan Aceh itu rupanya jauh panggang dari api, sebab nyatanya Mughayat Bujang menjadi Sultan Aceh yang gemar mabuk dan judi.
Ketika memerintah Aceh, Sultan Mughayat Bujang menghentikan segala bentuk konfrontasi dengan Portugis dan Johor di Semenanjung. Akibat kebijakan tersebut Selat Malaka menjadi ramai dan perdagangan kembali pesat. Sehingga kondisi Aceh justru makin terpuruk.
Harapan para pembesar yang mengangkatnya menjadi Sultan agar membawa Aceh menuju kejayaan justru membawa malapetaka bagi perekonomian Aceh. Sementara disisi lain Sultan Mughayat Bujang lebih suka melanggar syariat yang telah ditetapkan kerajaan.
Daripada mengurusi negara dan kemakmuran rakyatnya, Sultan Mughayat Bujang lebih senang bermain kuda, bermewah-mewahan dan berjudi, sehingga kian lama hilanglah sudah rasa kasih dan cinta rakyat terhadap rajanya. Pada awalnya hanya desas desus celaan terhadap Sultan, tetapi datangnya seorang Sultan dari daerah Pesisir Minangkabau telah merusak adat istiadat Kerajaan Aceh menjadi lebih buruk.
Pada masa pemerintahan Sultan Mughayat Bujang juga tercatat anak-anak muda Aceh sudah hilang arah sehingga mereka menjadi berani untuk menyabung ayam, mengadu jangkrik bahkan sampai mengadu semut. Mereka juga sudah berani mabuk yaitu dengan meminum minuman keras yang terbuat dari tuak bercampur dengan darah kerbau.
Kondisi Aceh yang demikian itu membuat para pembesar kerajaan Aceh gusar, mereka takut nasib kerajaan dan rakyat akan memburuk apabila Mughayat Bujang terus bertahta, oleh karena itu sekomplotan para pembesar Aceh pada 1588 Masehi membunuh Sultan Mughayat Bujang.
Terbunuhnya Sultan Mughayat Bujang menandai akhir dari riawayat hidupnya yang serba glamor, tidak lama setelah itu dilantiklah Sultan baru Aceh. Kali ini yang menjabat sebagai Sultan adalah orang yang secara moral dikenal Sholeh, umurnya memang sudah tidak muda lagi, namamnya Sayyid al-Mukammil (1588-1604) dikenal juga dengan sebutan Sultan Muda Ali Riayat Syah IV.
Baca Juga: Serangan China dan Terbentuknya Kesultanan Aceh Darussalam
Daftar Bacaan
[1] Jurnal. IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Kerajaan Aceh Sebelum Sultan Iskandar Muda
Posting Komentar untuk "Mughayat Bujang, Sultan Aceh yang Gemar Mabuk dan Judi"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.