Raja-Raja Salakanagara
Hasil perkawinannya dengan Pohaci Larasati, Raja Salakanagara ke satu yang dikenal dengan nama Dewawarman I mempunyai beberapa orang anak. Anak yang tertua, laki laki. Kelak, ia menggantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa di Salakanagara, dengan nama nobat Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra. la menjadi Dewawarman II yang memerintah dari tahun 90 sampai 11'7 Saka atau tabun 168 sampai 198 Masehi. la menikah dengan puteri keluarga Raja Singala (Sri Langka).
Dari perkawinan ini lahir seorang putera, yang kemudian menjadi Dewawarman III dengan gelar Prabhu Singasagara Bimayasawirya. la menjadi penguasa Salakanagara dari tahun 117 sampai 160 Saka (195 238 Masehi). Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan bajak laut dari negeri China, yang dapat dihadapinya dan ditumpasnya. Dewawarman III kemudian mengadakan hubungan (pamitran) dengan maharaja China dan raja raja India. Permaisuri Dewawarman III berasal dari Jawa Tengah.
Puteri tertua yang lahir dari perkawinan ini bernama Tirta Lengkara. Puteri sulung ini berjodoh dengan Raja Ujung Kulon bernama Darma Satyanagara. Kelak ia menggantikan mertuanya menjadi penguasa Salakanagara sebagai Dewawarman IV, yang memerintah dari tahun 160 sampai 174 Saka (238 - 252 Masehi). Dari perkawinan ini lahir puteri sulung bernama Mahisasuramardini Warmandewi.
Bersama suaminya yang bernama Darmasatyajaya sebagai Dewawarman V, ia memerintah selama 24 tahun (174 198 Saka). Ketika Dewawarman V yang merangkap sebagai Senapati Sarwajala (panglima angkatan laut) gugur waktu perang menghadapi bajak laut, sang rani, Mahisasuramardini melanjutkan pemerintahannya seorang diri sampai tahun 211 Saka (289 Masehi).
Penguasa Salakanagara berikutnya adalah Ganayanadewa Linggabumi, putera sulung Dewawarman V atau Sang Mokteng Samudra (yang mendiang di lautan). Prabu Ganayana menjadi penguasa Salakanagara sebagai Dewawarman VI selama 19 tahun, dari tahun 211 sarnpai 230 Saka (289 - 308 Masehi). Dari perkawinannya dengan puteri India, ia mempunyai tiga putera dan tiga puteri.
Putera sulungnya yang kemudian menjadi Dewawarman VII, memerintah Salakanagara tahun 230 sampai 262 Saka (308 340 Masehi), bergelar Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati. Yang kedua, seorang puteri yang bernama Salaka Kancana Warmandewi, yang menikah dengan menteri Kerajaan Gaudi (Benggala) di India bagian timur.
Puteri yang ketiga bernama Kartika Candra Warmandewi. la menikah dengan seorang raja muda dari negeri Yawana. Yang keempat, laki-laki bemama Gopala Jayengrana. la menjadi seorang menteri Kerajaan Calankayana India. Yang kelima, seorang puteri bernama Sri Gandari Lengkaradewi.
Suami puteri ini adalah menteri panglima angkatan laut kerajaan Pallawa di India. Putera bungsu Dewawarman VII adalah Skadamuka Dewawarman Jayasastru yang menjadi senapati Salakanagara.
Putera sulung Dewawarman VII bernama Sphatikarnawa Warmandewi. Kelak bersama suaminya akan menggantikan ayahnya sebagai penguasa Salakanagara kedelapan. Dewawarman VII mempunyai hubungan erat dengan kerajaan Bakulapura (Kutai) karena pertalian kerabat permaisurinya.
Kakak sang permaisuri ini menikah dengan penguasa Bakulapura (di Kalimantan) yang bernama Atwangga putera Sang Mitrongga. Mereka keturunan wangsa Sungga dari Maganda, yang pergi mengungsi tatkala negerinya dilanda serangan musuh. Dari puteri ini dengan Atwangga, lahirlah Kudungga yang kelak menggantikan ayahnya menjadi penguasa Bakulapura.
Ketika Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati atau Dewawarman VII wafat, tibalah Senapati Krodamaruta dari Calankayana, di Rajatapura (ibukota Salakanagara), bersama beberapa ratus orang anggota pasukannya, bersenjata lengkap. Krodamaruta adalah putera Gopala Jayengrana, yaitu putera Dewawarman VI yang keempat. Yang menjadi menteri di kerajaan Calankayana. Krodamaruta langsung merebut kekuasaan dan tanpa menghiraukan adat pergantian tahta, ia menobatkan diri menjadi penguasa Salakanagara.
Akhli waris tahta yang sah, adalah Sphafikarnawa Warmandewi, puteri sulung Dewawarman VII. Ia belum bersuami karena kelakuan Krodamaruta bertentangan dengan adat, sekalipun ia masih cucu Dewawarman VI, keluarga keraton beserta sebagian penduduk Salakanagara tidak menyenanginya. Akan tetapi, Krodamaruta tidak lama berkuasa, karena ia tewas tertimpa batu besar, ketika sedang berburu di hutan. Batu itu berasal dari puncak sebuah bukit. Akibat peristiwa itu, Krodamaruta hanya 3 bulan menjadi `penguasa' Salakanagara.
Kemudian, Sphatikarnawa Warmandewi, puteri sulung Dewawatman VII, dinobatkan menjadi penguasa Salakanagara menggantikan ayahnya, pada tahun 262 Saka (340 Masehi). Pada tahun 270 Saka, Sang Rani menikah dengan saudara sepupunya, putera Sri Gandari Lengkaradewi, yaitu puteri Dewawarman VI yang kelima. la bersuamikan panglima angkatan laut Kerajaan Pallawa.
Lengkaradewi beserta suami dan puterinya, datang ke Rajatapura dalam tahun 268 Saka (346 Masehi) sebagai pengungsi, karena negaranya (Pallawa) telah dikuasai oleh Maharaja Samudragupta dari keluarga Maurya.
Setelah pernikaharmya, Rani Sphatikarnawa Warmandewi memerintah bersama sama suaminya, sebagai Dewawarman VIII bergelar Prabhu Darmawirya Dewawarman. Ia memerintah tahun 270 sampai 285 Saka (348 363 Masehi).
Pada masa pemerintahan Dewawarman VIII, kehidupan penduduk makmur sentosa. la sangat memajukan kehidupan keagamaan. Di antara penduduk, ada yang memuja Wisnu, namun jumlahnya tidak seberapa. Ada yang memuja Siwa, ada yang memuja Ganesha, dan ada pula yang memuja Siwa-Wisnu. Yang terbanyak pemeluknya adalah agama Ganesha atau Ganapati.
Dewawarman VIII mempunyai putera puteri beberapa orang. Yang sulung, seorang puteri bernama Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi atau Dewi Minawati. Yang kedua, seorang putera bernama Aswawarman. la diangkat anak sejak kecil oleh Sang Kudungga penguasa Bakulapura, kemudian, ia dijodohkan dengan puteri Sang Kudungga. Yang ketiga, seorang puteri bernama Dewi Indari yang kelak diperisteri oleh Maharesi Santanu, Raja Indraprahasta yang pertama. Putera Sang Dewawarman VIII yang lainnya, tinggal di Sumatera dan menurunkan para raja di sana. Di antara keluarganya kelak adalah sang Adityawarman. Anggota keluarganya yang lain, tinggal di Yawana dan Semenanjung. Puteranya yang bungsu menjadi putera mahkota. Kelak setelah ayahandanya wafat, ia menggantikarmya menjadi penguasa Salakanagara.
Permaisuri Dewawarman VIII ada dua orang. Permaisuri yang pertama ialah Rani Sphatikarnawa Warmandewi yang menurunkan raja-raja di Jawa Kulwan dan Bakulapura. Permaisuri yang kedua, bernama Candralocana, puteri seorang brahmana dari Calankayana di India. la menurunkan raja-raja di Pulau Sumatera, Semenanjung, dan Jawa Tengah.
Demikianlah kisah keturunan Dewawarman Darmalokapala yang menjadi penguasa Salakanagara. Kerajaan ini berdiri sebagai kerajaan bebas, selama 233 tahun (130 363 Masehi). Dewawarman VIII, dianggap sebagai raja Salakanagara terakhir, sebab puteranya, Dewawamm IX, sudah menjadi raja bawahan Tarumanagara.
Dari perkawinan ini lahir seorang putera, yang kemudian menjadi Dewawarman III dengan gelar Prabhu Singasagara Bimayasawirya. la menjadi penguasa Salakanagara dari tahun 117 sampai 160 Saka (195 238 Masehi). Pada masa pemerintahannya, terjadi serangan bajak laut dari negeri China, yang dapat dihadapinya dan ditumpasnya. Dewawarman III kemudian mengadakan hubungan (pamitran) dengan maharaja China dan raja raja India. Permaisuri Dewawarman III berasal dari Jawa Tengah.
Puteri tertua yang lahir dari perkawinan ini bernama Tirta Lengkara. Puteri sulung ini berjodoh dengan Raja Ujung Kulon bernama Darma Satyanagara. Kelak ia menggantikan mertuanya menjadi penguasa Salakanagara sebagai Dewawarman IV, yang memerintah dari tahun 160 sampai 174 Saka (238 - 252 Masehi). Dari perkawinan ini lahir puteri sulung bernama Mahisasuramardini Warmandewi.
Bersama suaminya yang bernama Darmasatyajaya sebagai Dewawarman V, ia memerintah selama 24 tahun (174 198 Saka). Ketika Dewawarman V yang merangkap sebagai Senapati Sarwajala (panglima angkatan laut) gugur waktu perang menghadapi bajak laut, sang rani, Mahisasuramardini melanjutkan pemerintahannya seorang diri sampai tahun 211 Saka (289 Masehi).
Penguasa Salakanagara berikutnya adalah Ganayanadewa Linggabumi, putera sulung Dewawarman V atau Sang Mokteng Samudra (yang mendiang di lautan). Prabu Ganayana menjadi penguasa Salakanagara sebagai Dewawarman VI selama 19 tahun, dari tahun 211 sarnpai 230 Saka (289 - 308 Masehi). Dari perkawinannya dengan puteri India, ia mempunyai tiga putera dan tiga puteri.
Putera sulungnya yang kemudian menjadi Dewawarman VII, memerintah Salakanagara tahun 230 sampai 262 Saka (308 340 Masehi), bergelar Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati. Yang kedua, seorang puteri yang bernama Salaka Kancana Warmandewi, yang menikah dengan menteri Kerajaan Gaudi (Benggala) di India bagian timur.
Puteri yang ketiga bernama Kartika Candra Warmandewi. la menikah dengan seorang raja muda dari negeri Yawana. Yang keempat, laki-laki bemama Gopala Jayengrana. la menjadi seorang menteri Kerajaan Calankayana India. Yang kelima, seorang puteri bernama Sri Gandari Lengkaradewi.
Suami puteri ini adalah menteri panglima angkatan laut kerajaan Pallawa di India. Putera bungsu Dewawarman VII adalah Skadamuka Dewawarman Jayasastru yang menjadi senapati Salakanagara.
Putera sulung Dewawarman VII bernama Sphatikarnawa Warmandewi. Kelak bersama suaminya akan menggantikan ayahnya sebagai penguasa Salakanagara kedelapan. Dewawarman VII mempunyai hubungan erat dengan kerajaan Bakulapura (Kutai) karena pertalian kerabat permaisurinya.
Kakak sang permaisuri ini menikah dengan penguasa Bakulapura (di Kalimantan) yang bernama Atwangga putera Sang Mitrongga. Mereka keturunan wangsa Sungga dari Maganda, yang pergi mengungsi tatkala negerinya dilanda serangan musuh. Dari puteri ini dengan Atwangga, lahirlah Kudungga yang kelak menggantikan ayahnya menjadi penguasa Bakulapura.
Ketika Prabu Bima Digwijaya Satyaganapati atau Dewawarman VII wafat, tibalah Senapati Krodamaruta dari Calankayana, di Rajatapura (ibukota Salakanagara), bersama beberapa ratus orang anggota pasukannya, bersenjata lengkap. Krodamaruta adalah putera Gopala Jayengrana, yaitu putera Dewawarman VI yang keempat. Yang menjadi menteri di kerajaan Calankayana. Krodamaruta langsung merebut kekuasaan dan tanpa menghiraukan adat pergantian tahta, ia menobatkan diri menjadi penguasa Salakanagara.
Akhli waris tahta yang sah, adalah Sphafikarnawa Warmandewi, puteri sulung Dewawarman VII. Ia belum bersuami karena kelakuan Krodamaruta bertentangan dengan adat, sekalipun ia masih cucu Dewawarman VI, keluarga keraton beserta sebagian penduduk Salakanagara tidak menyenanginya. Akan tetapi, Krodamaruta tidak lama berkuasa, karena ia tewas tertimpa batu besar, ketika sedang berburu di hutan. Batu itu berasal dari puncak sebuah bukit. Akibat peristiwa itu, Krodamaruta hanya 3 bulan menjadi `penguasa' Salakanagara.
Kemudian, Sphatikarnawa Warmandewi, puteri sulung Dewawatman VII, dinobatkan menjadi penguasa Salakanagara menggantikan ayahnya, pada tahun 262 Saka (340 Masehi). Pada tahun 270 Saka, Sang Rani menikah dengan saudara sepupunya, putera Sri Gandari Lengkaradewi, yaitu puteri Dewawarman VI yang kelima. la bersuamikan panglima angkatan laut Kerajaan Pallawa.
Lengkaradewi beserta suami dan puterinya, datang ke Rajatapura dalam tahun 268 Saka (346 Masehi) sebagai pengungsi, karena negaranya (Pallawa) telah dikuasai oleh Maharaja Samudragupta dari keluarga Maurya.
Setelah pernikaharmya, Rani Sphatikarnawa Warmandewi memerintah bersama sama suaminya, sebagai Dewawarman VIII bergelar Prabhu Darmawirya Dewawarman. Ia memerintah tahun 270 sampai 285 Saka (348 363 Masehi).
Pada masa pemerintahan Dewawarman VIII, kehidupan penduduk makmur sentosa. la sangat memajukan kehidupan keagamaan. Di antara penduduk, ada yang memuja Wisnu, namun jumlahnya tidak seberapa. Ada yang memuja Siwa, ada yang memuja Ganesha, dan ada pula yang memuja Siwa-Wisnu. Yang terbanyak pemeluknya adalah agama Ganesha atau Ganapati.
Dewawarman VIII mempunyai putera puteri beberapa orang. Yang sulung, seorang puteri bernama Iswari Tunggal Pertiwi Warmandewi atau Dewi Minawati. Yang kedua, seorang putera bernama Aswawarman. la diangkat anak sejak kecil oleh Sang Kudungga penguasa Bakulapura, kemudian, ia dijodohkan dengan puteri Sang Kudungga. Yang ketiga, seorang puteri bernama Dewi Indari yang kelak diperisteri oleh Maharesi Santanu, Raja Indraprahasta yang pertama. Putera Sang Dewawarman VIII yang lainnya, tinggal di Sumatera dan menurunkan para raja di sana. Di antara keluarganya kelak adalah sang Adityawarman. Anggota keluarganya yang lain, tinggal di Yawana dan Semenanjung. Puteranya yang bungsu menjadi putera mahkota. Kelak setelah ayahandanya wafat, ia menggantikarmya menjadi penguasa Salakanagara.
Permaisuri Dewawarman VIII ada dua orang. Permaisuri yang pertama ialah Rani Sphatikarnawa Warmandewi yang menurunkan raja-raja di Jawa Kulwan dan Bakulapura. Permaisuri yang kedua, bernama Candralocana, puteri seorang brahmana dari Calankayana di India. la menurunkan raja-raja di Pulau Sumatera, Semenanjung, dan Jawa Tengah.
Demikianlah kisah keturunan Dewawarman Darmalokapala yang menjadi penguasa Salakanagara. Kerajaan ini berdiri sebagai kerajaan bebas, selama 233 tahun (130 363 Masehi). Dewawarman VIII, dianggap sebagai raja Salakanagara terakhir, sebab puteranya, Dewawamm IX, sudah menjadi raja bawahan Tarumanagara.
Posting Komentar untuk "Raja-Raja Salakanagara "
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.