Taming Sari, Keris Jawa Yang Melegenda di Malaysia
Keris sebagai senjata tikam buatan nusantara ini memang banyak jumlah dan namanya, akan tetapi hanya beberapa puluh atau bahkan beberapa biji saja yang gaungnya melegenda.
Jika di Jawa ada Keris Empu Gandring, di Sumatra ada Keris Siginjai, maka di Malaysia pun ada satu keris yang melegenda, keris itu bernama Taming Sari, dikatakan melegenda karena keris ini terkenal sakti, merupakan hadiah dari Raja Majapahit kepada Hang Tuah, setelah Laksamana Kerajaan Malaka itu mampu membunuh pendekar Majapahit yang menantangnya bertarung.
Kisah mengenai asal-usul Taming Sari Keris Jawa yang diperoleh dari Majapahit ini diceritakan dalam Naskah Hikayat Hang Tuah dan Salatu Salatin, keduanya merupakan Naskah Melayu yang mengisahkan perjalanan Kesultanan Malaka dan Hang Tuah. Kesultanan Malaka atau yang dalam pelafalan orang Malaysia disebut Melaka itu terletak di Semenanjung Malaya, kini bagian dari Negara Malaysia.
Di Malaysia, khususnya di Melaka, Keris Taming Sari dijadikan sebagai lambang kejantanan orang Melayu. Dikatakan demikian karena keris itu diperoleh setelah Pendekar Malaka mampu mengalahkan Pendekar Majapahit. Peristiwa ini tentu bagi Malaka suatu kebanggaan, mengingat kala itu Majapahit merupakan Kerajaan Super Power di Asia, sehingga Keris Taming Sari ini terus-terusan dijadikan kebanggan kebangsaan.
Bukti lain dari diagungkannya keris Taming Sari khususnya dikalangan orang Melayu Malaka adalah dengan dibangunya Menara Taming Sari, yaitu Hotel berbentuk menara yang dipuncaknya terdapat tugu Keris Taming Sari. Manara ini dibangun tepat di jantung Kota Melaka Malaysia.
Sementara itu, menurut kisahnya, Keris Taming Sari diperoleh Hang Tuah, ketika ia dan Rajanya melakukan Kunjungan Kenegaraan ke Majapahit. Dalam kunjungan ini seluruh Pejabat Kerajaan yang penting-penting termasuk didalamnya Hang Tuah mengiringi Rajanya ke Majapahit.
Di Majapahit utusan Kesultanan Malaka disambut dengan baik penuh persaudaraan, akan tetapi rupanya guna mengecek seberapa jauh kehebatan orang-orang Malaka dalam ilmu Silat, salah satu Pendekar Majapahit yang bernama Taming Sari rupanya menantang orang Malaka untuk bertarung dengan menggunakan keris.
Mendapati tantangan itu, Laksamana Hang Tuah kemudian menanggapinya, terjadilah duel diantara keduanya. Akan tetapi dalam duel ini rupanya Taming Sari kebal senjata, berkali-kali Hang Tuah menusukan kerisnya pada Taming Sari, namun tetap gagal dan gagal.
Merasa ada yang aneh dari Taming Sari, maka Hang Tuah pun kemudian merampas keris dari Taming Sari, kemudian menuskannya. Dalam peristiwa itu rupanya Taming Sari baru roboh ketika ditusuk oleh kerisnya sendiri. Taming Sari kemudian meninggal.
Kisah pertarungan antara Taming Sari dan Hang Tuah ini dalam hikayat Hang Tuah maupun Salatu Salatin dikisahkan digelar didepan Raja Majapahit dan Sultan Malaka, mereka menonton dalam suasana perlombaan.
Selepas meninggalnya Taming Sari, Raja Majapahit kemudian dikisahkan menghadiahkan keris tersebut kepada Hang Tuah, mengingat Taming Sari sendiri telah tewas ditangannya. Selepas peristiwa ini Hang Tuah menamai keris tersebut dengan Taming Sari. Diambil dari nama pemiliknya yang berhasil ia bunuh.
Selain melegenda karena diperoleh dengan cara-cara heroik, keris ini juga melegenda karena memakan banyak darah dan korban. Salah satunya memakan nyawa “Hang Jebat” sudara Seperjuangan Hang Tauh Sendiri, Jebat wafat setelah ia tertikam Keris Taming Sari oleh Hang Tuah.
Selepas menghilangnya Hang Tuah dan runtuhnya Kesultanan Malaka akibat serbuan Portugis, keris ini tetap melegenda, dikisahkan dari mulut ke mulut. Menurut kepercayaannya kini keris itu diwarisi oleh Kesultanan Perak, bahkaan dijadikan sebagai senjata pusaka Kerajaan Perak.
Menurut sejarahnya Pendiri Kesultanan Perak Sendiri adalah Raja Mudzaffar, anak dari Sultan Malaka terakhir yang ditaklukan Portugis. Raja Mudzaffar sendiri kemudian mendirikan Kesultanan Perak.
Secara tampilannya, keris Taming Sari terlihat mewah sebab keris ini berlapiskan emas pada seluruh sarung dan bilahnya, serta taburan permata pada hulunya.Kini keris Taming Sari dapat dijumpai di Istana Iskandariyah, Istana Kesultanan Perak, keris ini juga selalu digunakan untuk adat istiadat penobatan Sultan sejak tahun 1528.
Jika di Jawa ada Keris Empu Gandring, di Sumatra ada Keris Siginjai, maka di Malaysia pun ada satu keris yang melegenda, keris itu bernama Taming Sari, dikatakan melegenda karena keris ini terkenal sakti, merupakan hadiah dari Raja Majapahit kepada Hang Tuah, setelah Laksamana Kerajaan Malaka itu mampu membunuh pendekar Majapahit yang menantangnya bertarung.
Kisah mengenai asal-usul Taming Sari Keris Jawa yang diperoleh dari Majapahit ini diceritakan dalam Naskah Hikayat Hang Tuah dan Salatu Salatin, keduanya merupakan Naskah Melayu yang mengisahkan perjalanan Kesultanan Malaka dan Hang Tuah. Kesultanan Malaka atau yang dalam pelafalan orang Malaysia disebut Melaka itu terletak di Semenanjung Malaya, kini bagian dari Negara Malaysia.
Di Malaysia, khususnya di Melaka, Keris Taming Sari dijadikan sebagai lambang kejantanan orang Melayu. Dikatakan demikian karena keris itu diperoleh setelah Pendekar Malaka mampu mengalahkan Pendekar Majapahit. Peristiwa ini tentu bagi Malaka suatu kebanggaan, mengingat kala itu Majapahit merupakan Kerajaan Super Power di Asia, sehingga Keris Taming Sari ini terus-terusan dijadikan kebanggan kebangsaan.
Bukti lain dari diagungkannya keris Taming Sari khususnya dikalangan orang Melayu Malaka adalah dengan dibangunya Menara Taming Sari, yaitu Hotel berbentuk menara yang dipuncaknya terdapat tugu Keris Taming Sari. Manara ini dibangun tepat di jantung Kota Melaka Malaysia.
Menara Taming Sari Melaka |
Di Majapahit utusan Kesultanan Malaka disambut dengan baik penuh persaudaraan, akan tetapi rupanya guna mengecek seberapa jauh kehebatan orang-orang Malaka dalam ilmu Silat, salah satu Pendekar Majapahit yang bernama Taming Sari rupanya menantang orang Malaka untuk bertarung dengan menggunakan keris.
Mendapati tantangan itu, Laksamana Hang Tuah kemudian menanggapinya, terjadilah duel diantara keduanya. Akan tetapi dalam duel ini rupanya Taming Sari kebal senjata, berkali-kali Hang Tuah menusukan kerisnya pada Taming Sari, namun tetap gagal dan gagal.
Merasa ada yang aneh dari Taming Sari, maka Hang Tuah pun kemudian merampas keris dari Taming Sari, kemudian menuskannya. Dalam peristiwa itu rupanya Taming Sari baru roboh ketika ditusuk oleh kerisnya sendiri. Taming Sari kemudian meninggal.
Kisah pertarungan antara Taming Sari dan Hang Tuah ini dalam hikayat Hang Tuah maupun Salatu Salatin dikisahkan digelar didepan Raja Majapahit dan Sultan Malaka, mereka menonton dalam suasana perlombaan.
Selepas meninggalnya Taming Sari, Raja Majapahit kemudian dikisahkan menghadiahkan keris tersebut kepada Hang Tuah, mengingat Taming Sari sendiri telah tewas ditangannya. Selepas peristiwa ini Hang Tuah menamai keris tersebut dengan Taming Sari. Diambil dari nama pemiliknya yang berhasil ia bunuh.
Selain melegenda karena diperoleh dengan cara-cara heroik, keris ini juga melegenda karena memakan banyak darah dan korban. Salah satunya memakan nyawa “Hang Jebat” sudara Seperjuangan Hang Tauh Sendiri, Jebat wafat setelah ia tertikam Keris Taming Sari oleh Hang Tuah.
Selepas menghilangnya Hang Tuah dan runtuhnya Kesultanan Malaka akibat serbuan Portugis, keris ini tetap melegenda, dikisahkan dari mulut ke mulut. Menurut kepercayaannya kini keris itu diwarisi oleh Kesultanan Perak, bahkaan dijadikan sebagai senjata pusaka Kerajaan Perak.
Secara tampilannya, keris Taming Sari terlihat mewah sebab keris ini berlapiskan emas pada seluruh sarung dan bilahnya, serta taburan permata pada hulunya.Kini keris Taming Sari dapat dijumpai di Istana Iskandariyah, Istana Kesultanan Perak, keris ini juga selalu digunakan untuk adat istiadat penobatan Sultan sejak tahun 1528.
mudah.mudahan.krisnya masi asli sama semasa taming sari masi hidup
BalasHapus