Syiah Vs Wahabi dalam Perang Yaman
Isu yang santer terdengar dalam perang Yaman adalah Isu sekterian, terbukti dari adanya tuduhan dari kedua belah pihak bahwa Presiden Yaman yang digulingkan merupakan boneka Salafi Wahabi Saudi dan sekutunya, sementara di sisi lain kelompok yang mendukung pemerintah Yaman yang digulingkan menuduh bahwa para pemberontak adalah Syiah proxy Iran. Betulkah Isu ini..?, untuk membahas hal tersebut tentu diperlukan uraian yang mendalam agar nantinya dapat diketahui dengan pasti apakah Perang Yaman yang hingga kini masih berkecamuk itu adalah perang antara Syiah Vs Wahabi atau bukan.
Bahasan mengenai apakah betul ada pertarungan antara Syiah Vs Wahabi dalam Perang Yaman dapat anda simak dan saksikan langsung dalam Vidio singkat mengenai catatan perang Yaman menurut jurnalis idependent sebagai berikut:
Pada tahun 1993, tiga tahun setelah penyatuan Republik Yaman konflik nasional berkembang. Ali Salim Al-beidh menyatakan Yaman bagian selatan menyatakan berpisah dari Republik Yaman. Ali Salim Al-Beidh merasa Yaman Selatan termarjinalkan oleh kekuasaan Republik Yaman, kesenjangan dan status sosial masyarakat selatan berbanding terbalik dengan masyarakat di Utara.
Pernyataan tersebut ditentang oleh kelompok pro persatuan Yaman dan Ali Abdullah Saleh. Untuk menghentikan konflik ini, maka banyak agenda untuk menyelamatkan Republik Yaman, seperti perjanjian perdamaian antara Ali Abdullah Saleh dan kelompok Yaman Selatan di Amman, Yordania. Dilain sisi, usaha pendirian Republik Yaman Selatan juga tidak mendapatkan dukungan dari dunia internasional. Pemimpin Partai Sosialis Arab Yaman serta mantan Perdana Menteri Yaman Selatan Ali Nassir Muhammad ditangkap oleh militer Yaman.
Pada tahun 1994, setelah berhasil menguasai kembali seluruh wilayah Yaman Selatan dan memenjarakan beberapa tokoh pemberontak, maka dilakukan amandemen konstitusi dengan salah satu poin adalah kekuasaan Presiden yang diberikan jabatan selama 5 tahun selama 2 periode. Pada tahun 2003, menjelang berakhirnya kekuasaan Ali Abdullah Saleh dilakukan amandemen konstitusi salah satu poinnya adalah kekuasaan Presiden, yang memangku jabatan selama 6 tahun dengan sistem dominant party sistem yang membuat Ali Abdullah Saleh dan Partai General People’s Congress terus mengemban kekuasaan hingga konflik Yaman 2011 dan mundurnya Ali Abdullah Saleh pada 24 Februari 2012.
Pada tahun 2003 demonstrasi anti pemerintahan Amerika Serikat atas invasi mereka ke Iraq serta masuknya Republik Yaman dalam kelompok Pro Amerika Serikat dalam menangani teror, kelompok yang dipimpin oleh Husein Badroudin AlHouthi menamakan diri“As-Shabab Al-mukminin” kelompok ini semakin membesar hingga hampir keseluruhan wilayah Sa’adah. Semenjak itu kelopok As-Shabab Almukminin terus menyerang pemerintah Yaman. Hingga pada tahun 2004 pemimpin
mereka Husein Badroudin Al-Houthi tewas pada salah satu operasi militer.
Meninggalnya Husein Badroudin Al-Houthi tidak menjadikan kelompok ini semakin mengecil, Abdul Malik Al-Houthi adik dari Husein Badroudin Al-Houthi mengambil kekuasaan kelompok As-Shabab Al-Mukminin. Semenjak tahun 2004 Abdul Malik Al-Houthi mulai mengenalkan kelompok As-Shabab Al-Mukminin menjadi Houthi.
Semenjak 2004 Abdul Malik Al-Houthi mulai menyerang pemerintah, menjadi kelompok oposisi yang sering menyerang pemerintah Ali Abdullah Saleh.
Kelompok Al-Houthi semakin memiliki banyak simpatisan. Tercatat terdapat salah satu partai parlemen di Yaman yang memiliki afiliasi dengan Houthi, partai tersebut adalah partai Al-Haq.
Kekuasaan Ali Abdullah Saleh tidak terlalu menguntungkan banyak pihak. Rakyat Yaman Utara menyebut pemerintahan Ali Abdullah Saleh adalah pemerintah korupsi, pemerintahan boneka Arab Saudi dan Amerika Serikat, serta kolusi, dan banyak konflik sosial seperti minimnya lapangan pekerjaan. Sedangkan di wilayah Selatan Pemerintahan Ali Abdullah Saleh dituding sebagai pemerintah yang mengeksploitasi wilayah Selatan, perbedaan pembangunan dan status ekonomi yang berbeda.
Pemerintahan Ali Abdullah Saleh juga tergolong responsif, menjadi pemimpin Republik Yaman tentunya membutuhkan banyak hal yang harus diantisipasi dari kehancuran negara. Setelah terjadi konflik di masa 1993-1994, pemerintahan Ali Abdullah Saleh menggaungkan semangat nasional "Persatuan atau mati” propaganda ini dilancarkan oleh Ali Abdullah Saleh sebagai bentuk pemertahankan kekuasaan dan kesatuan Republik Yaman. Propaganda ini juga berimplikasi dengan tertangkapnya sejumlah orang yang menginginkan kehancuran Yaman, seperti Badroudin Houthi, Salim Al-Beidh, serta Khalid Batarfi. Terbukti konflik yang bermunculan yang terutamanya konflik yang mengancam kesatuan Yaman bisa diselesaikan, kecuali konflik 2011 yang membuatnya harus mundur dari kekuasaan Presiden pada tahun 24 Februari 2012.
Bahasan mengenai apakah betul ada pertarungan antara Syiah Vs Wahabi dalam Perang Yaman dapat anda simak dan saksikan langsung dalam Vidio singkat mengenai catatan perang Yaman menurut jurnalis idependent sebagai berikut:
Urian Mengenai Sejarah Yaman dan Meletusnya Perang Yaman
Republik Yaman berdiri pada 22 Mei 1990, mulanya negara tersebut adalah dua negara yang berbeda, yaitu Yemen Arab Republic (Yaman Utara) dan People’s Democratic Republik of Yemen (Yaman Selatan). Sejak penyatuan tersebut Jenderal Ali Abdullah Saleh menjadi Presiden Republik Yaman yang pertama serta menjadi perwakilan dari Yaman Utara. Sedangkan jabatan Perdana Menteri oleh Ali Salim Al-Beidh yang sebelumnya menjabat sebagai perdana menteri Republik Yaman Selatan.Pada tahun 1993, tiga tahun setelah penyatuan Republik Yaman konflik nasional berkembang. Ali Salim Al-beidh menyatakan Yaman bagian selatan menyatakan berpisah dari Republik Yaman. Ali Salim Al-Beidh merasa Yaman Selatan termarjinalkan oleh kekuasaan Republik Yaman, kesenjangan dan status sosial masyarakat selatan berbanding terbalik dengan masyarakat di Utara.
Pernyataan tersebut ditentang oleh kelompok pro persatuan Yaman dan Ali Abdullah Saleh. Untuk menghentikan konflik ini, maka banyak agenda untuk menyelamatkan Republik Yaman, seperti perjanjian perdamaian antara Ali Abdullah Saleh dan kelompok Yaman Selatan di Amman, Yordania. Dilain sisi, usaha pendirian Republik Yaman Selatan juga tidak mendapatkan dukungan dari dunia internasional. Pemimpin Partai Sosialis Arab Yaman serta mantan Perdana Menteri Yaman Selatan Ali Nassir Muhammad ditangkap oleh militer Yaman.
Pada tahun 1994, setelah berhasil menguasai kembali seluruh wilayah Yaman Selatan dan memenjarakan beberapa tokoh pemberontak, maka dilakukan amandemen konstitusi dengan salah satu poin adalah kekuasaan Presiden yang diberikan jabatan selama 5 tahun selama 2 periode. Pada tahun 2003, menjelang berakhirnya kekuasaan Ali Abdullah Saleh dilakukan amandemen konstitusi salah satu poinnya adalah kekuasaan Presiden, yang memangku jabatan selama 6 tahun dengan sistem dominant party sistem yang membuat Ali Abdullah Saleh dan Partai General People’s Congress terus mengemban kekuasaan hingga konflik Yaman 2011 dan mundurnya Ali Abdullah Saleh pada 24 Februari 2012.
Pada tahun 2003 demonstrasi anti pemerintahan Amerika Serikat atas invasi mereka ke Iraq serta masuknya Republik Yaman dalam kelompok Pro Amerika Serikat dalam menangani teror, kelompok yang dipimpin oleh Husein Badroudin AlHouthi menamakan diri“As-Shabab Al-mukminin” kelompok ini semakin membesar hingga hampir keseluruhan wilayah Sa’adah. Semenjak itu kelopok As-Shabab Almukminin terus menyerang pemerintah Yaman. Hingga pada tahun 2004 pemimpin
mereka Husein Badroudin Al-Houthi tewas pada salah satu operasi militer.
Meninggalnya Husein Badroudin Al-Houthi tidak menjadikan kelompok ini semakin mengecil, Abdul Malik Al-Houthi adik dari Husein Badroudin Al-Houthi mengambil kekuasaan kelompok As-Shabab Al-Mukminin. Semenjak tahun 2004 Abdul Malik Al-Houthi mulai mengenalkan kelompok As-Shabab Al-Mukminin menjadi Houthi.
Semenjak 2004 Abdul Malik Al-Houthi mulai menyerang pemerintah, menjadi kelompok oposisi yang sering menyerang pemerintah Ali Abdullah Saleh.
Kelompok Al-Houthi semakin memiliki banyak simpatisan. Tercatat terdapat salah satu partai parlemen di Yaman yang memiliki afiliasi dengan Houthi, partai tersebut adalah partai Al-Haq.
Kekuasaan Ali Abdullah Saleh tidak terlalu menguntungkan banyak pihak. Rakyat Yaman Utara menyebut pemerintahan Ali Abdullah Saleh adalah pemerintah korupsi, pemerintahan boneka Arab Saudi dan Amerika Serikat, serta kolusi, dan banyak konflik sosial seperti minimnya lapangan pekerjaan. Sedangkan di wilayah Selatan Pemerintahan Ali Abdullah Saleh dituding sebagai pemerintah yang mengeksploitasi wilayah Selatan, perbedaan pembangunan dan status ekonomi yang berbeda.
Pemerintahan Ali Abdullah Saleh juga tergolong responsif, menjadi pemimpin Republik Yaman tentunya membutuhkan banyak hal yang harus diantisipasi dari kehancuran negara. Setelah terjadi konflik di masa 1993-1994, pemerintahan Ali Abdullah Saleh menggaungkan semangat nasional "Persatuan atau mati” propaganda ini dilancarkan oleh Ali Abdullah Saleh sebagai bentuk pemertahankan kekuasaan dan kesatuan Republik Yaman. Propaganda ini juga berimplikasi dengan tertangkapnya sejumlah orang yang menginginkan kehancuran Yaman, seperti Badroudin Houthi, Salim Al-Beidh, serta Khalid Batarfi. Terbukti konflik yang bermunculan yang terutamanya konflik yang mengancam kesatuan Yaman bisa diselesaikan, kecuali konflik 2011 yang membuatnya harus mundur dari kekuasaan Presiden pada tahun 24 Februari 2012.
Meletusnya Perang Yaman
Perang Yaman dimulai dari konflik politik Yaman yang terjadi pada tahun 2011, merupakan konflik yang juga dipengaruhi oleh salah satu fenomena Arab Spring. Demonstrasi ini bermula di Ibu Kota Sana’a lalu menyebar ke beberapa kota seperti Aden, Saa’ada. Mereka memprotes pemerintah Yaman yang lemah, korupsi, kolusi serta tidak bisa membawa masyarakat Yaman lebih baik. Pada 27 Januari 2011 menjadi demo terbesar yang terjadi selama Ali Abdullah Saleh menjabat, demonstran meneriakan agar Ali Abdullah Saleh pergi dari istana kepresidenan serta
menaruh jabatannya.
Pada 2 Februari 2011, untuk menjawab protes yang ada Ali
Abdullah Saleh menyatakan untuk tidak ikut dalam pemilu yang akan diadakan pada
tahun 2013, serta berjanji tidak akan memberikan kekuasannya kepada anaknya.
Pada 3 Februari 2011 sebagai bentuk kekecewaan demonstran terhadap Ali
Abdullah Saleh yang masih menginginkan menjabat hingga dua tahun (hingga pemilu
tahun 2013), demonstran terus bertambah. Titik demo bertambah, bahkan keluar dari
Ibu kota Yaman, seperti Aden, Taiz, Mukalla, Hudaidah, dan Saa’da. Pemerintah
Yaman mengumumkan kondisi bahaya negara, hingga 18 Maret 2011. Selama masa
darurat pada saat itu, dilaporkan telah memakan korban jiwa sebanyak 52 orang.
Pada bulan April 2011, GCC (Gulf Cooperation Council) mengupayakan mediasi
antara pemerintah dan oposisi, tetapi Ali Abdullah Saleh membatalkan sebanyak 3
kali, hingga pada 22 Mei 2011 GCC sebagai mediator menyatakan pembatalan usaha
mediasi antara pemerintah Yaman dengan oposisi.
GCC menyatakan akan mengupayakan jalan lain untuk menyelesaikan konflik
ini, sedangkan kelompok oposisi semakin kuat berkat dukungan dari beberapa suku
Yaman. Kekuatan oposisi yang bertambah membuat konflik ini semakin intens
terjadi, hingga tanggal 26 Mei 2011, terdapat 12 negara menutup kedutaannya di
Yaman.
Pada tanggal 28 Mei 2011 terjadi kesepakatan genjatan senjata antara
pemerintah Yaman dengan oposisi, tetapi situasi ini tidak berjalan lama pada tanggal
30 Mei 2011 hingga 3 Juni 2011 terjadi bentrokan yang menurut laporan telah menimbulkan korban jiwa sebanyak 155 korban jiwa dalam 10 hari bentrokan.
Pada
3 Juni 2011 kelompok oposisi dan militer mengalami bentrokan. Pada tanggal yang
sama di kediaman Presiden mendapatkan serangan bom dan melukai beberapa
penjabat penting Yaman serta melukai Ali Abdullah Saleh sendiri. Ali Abdullah
Saleh sendiripun dilarikan ke Riyadh, Arab Saudi untuk mendapatkan pertolongan.
Menurut laporan pada berita tahun 2011 Ali Abdullah Saleh mendapatkan sejumlah
luka serius di tangan, pundak serta bagian tubuh lainnya.
Situasi nasional yang tengah memburuk, ditambah kekuatan oposisi yang
menguat, wakil Presiden Yaman Abdurrabu Mansyur Hadi pada tanggal 4 Juni 2011
mengambil alih tugas Presiden Yaman. Pihak oposisi menyambut baik langkah ini,
Oposisi meminta disegerakan transisi presiden dari Ali Abdullah Saleh kepada
Abdurrabu Mansyur Hadi.
Ditengah proses tersebut, AQAP melancarkan serangan
di Provinsi Abyan, sehingga fokus pemerintah Yaman pun banyak terpecah. Pada
tanggal 7 Juni 2011, Ali Abdullah Saleh muncul pertama kali dalam siaran televisi
pertama kali setelah serangan yang menimpanya. Pada siaran itu, ia mengatakan
terbuka untuk dialog nasional untuk menyelesaikan konflik Yaman dan pembagian
kekuasaan di pemerintahan Yaman.
Penawaran Ali Abdullah Saleh ditolak oleh kelompok oposisi, kelompok
oposisi meminta Ali Abdullah Saleh untuk mundur dari jabatan presiden Yaman.
Pada 29 Agustus 2011, Ali Abdullah Saleh di tengah merosotnya legitimasi
pemerintah Yaman, ia menyatakan akan melakukan pemilihan umum Presiden
secepatnya, ia juga mengatakan tidak mencalonkan diri kembali sebagai presiden
Yaman di periode berikutnya. Partai berkuasa pada saat itu mengusung usaha
pengembalian kehidupan Yaman seperti semula, dengan transformasi kekuasaan dari
Ali Abdullah Saleh kepada wakil presiden Yaman saat itu Abdurrabu Mansyur Hadi.
Parlemen memberikan tiga bulan kepada Ali Abdullah Saleh dan Abdurrabu Mansyur
Hadi untuk melakukan persiapan transformasi kekuasaan. Selama tiga bulan transformasi tersebut, konflik Yaman tak kunjung meredah.
Banyak pertempuran antara militer pemerintah dengan kelompok oposisi, baik di
Yaman Utara maupun di Yaman Selatan.
Buruknya situasi nasional Yaman pada saat
itu, membuat Arab Saudi dan GCC menginisiasi upaya percepatan pemindahan
kekuasaan dari Ali Abdullah Saleh kepada Abdurrabu Mansyur Hadi. Untuk kesekian
kalinya Ali Abdullah Saleh menandatangani pemindahan kekuasaan kepada
Abdurrabu Mansyur Hadi. Pada 23 November 2011, Ali Abdullah Saleh menyetujui
pemindahan kekuasaan kepada Abdurrabu Mansyur Hadi bertempat di Riyadh, Arab
Saudi. Penandatangan ini juga disaksikan oleh perwakilan PBB untuk konflik Yaman Jamal Ben Omar di salah satu istana Kerajaan Arab Saudi dan juga disaksikan oleh
beberapa keluarga kerajaan Arab Saudi.
Pada saat yang sama, Ali Abdullah Saleh menyatakan pemohonan maafnya
kepada rakyat Yaman atas konflik yang terjadi, dan Ali Abdullah Saleh juga
berkomitmen untuk mendukung pemerintahan yang baru untuk mewujudkan
keamanan bagi Yaman. Ali Abdullah Saleh dan Abdurrabu Mansyur Hadi diberikan
waktu selama tiga bulan untuk mempersiapkan pemerintahan Yaman yang baru.
Proses transisi kekuasaan presiden Yaman berjalan dengan baik, 24 Februari 2012 Ali
Abdullah Saleh mengumumkan kemunduran nya sebagai Presiden Yaman, dan
digantikan kepada Abdurrabu Mansyur Hadi. Sehingga Abdurrabu Mansyur Hadi
resmi menjadi Presiden Yaman sejak tanggal 25 Februari 2012.
Setelah penandatangan pemindahan kekuasaan Presiden Ali Abdullah Saleh
kepada Abdurrabu Mansyur Hadi, pemerintah Yaman menyiapkan proses pemilihan
umum, dengan calon tunggal Abdurrabu Mansyur Hadi.
Pada tanggal 21 Januari
2012, legislatif Yaman memberikan hak imunitas kepada Ali Abdullah Saleh, dan
menyetujui Abdurrabu Mansyur Hadi sebagai calon tunggal. Pada hari yang sama
juga terjadi demonstrasi yang menentang pemberian hak imunitas kepada Ali Abdullah Saleh, masa yang berkumpul meminta Ali Abdullah Saleh untuk segera
dihukum. Abdurrabu Mansyur Hadi terpilih menjadi presiden Yaman dan dilakukan
pelantikan pada 27 Februari 2012, Ali Abdullah Saleh juga turut datang dan
memberikan dukungannya kepada Abdurrabu Mansyur Hadi sendiri.
Pasca kemunduran Ali Abdullah Saleh, pemerintahan Abdurrabu Mansyur
Hadi tidak memiliki banyak legitimasi dari rakyatnya. Banyak kelompok yang
sebelumnya mendukung pemerintahan Yaman dibawah kekuasaan Ali Abdullah
Saleh menarik dukungan ke pemerintahan Abdurrabu Mansyur Hadi. Mereka dikenal
dengan kelompok yang pro terhadap Ali Abdullah Saleh. Ali Abdullah Saleh dikenal
memiliki banyak simpatisan di utara dan selatan Yaman, mundurnya Ali Abdullah
Saleh menimbulkan satu aktor baru dalam konflik ini.
Kekuatan Houthi semakin besar ketika Ali Abdullah Saleh dan simpatisannya
masuk kedalam gerakan menentang pemerintah Yaman. Pada 9 Juli 2014, pemerintah
Yaman diberikan saran oleh IMF untuk memotong subsidi BBM. Membuat harga
BMM dipasaran Yaman menjadi naik dan berimbas kepada biaya hidup yang
semakin tinggi. 18 Agustus 2014, para demonstran dan Houthi berunjuk rasa atas
pemotongan subsidi BBM. Keikutsertaan Houthi membuatnya memiliki banyak simpatisan. Houthi yang telah memiliki banyak simpatisan di Sana’a lalu mengubah
isu demo mengenai subsidi BBM menjadi reformasi pemerintahan.
Houthi yang telah banyak memiliki simpatisan di Sana’a, mulai menguasai
beberapa titik di Sana’a. Agustus-September 2014, pemerintah Yaman banyak
mendapatkan serangan dari Houthi. Houthi terus mendapatkan banyak dukungan dari
masyarakat Sana’a dengan membawa isu kemiskinan, pendidikan, ekonomi dan
reformasi pemerintahan. Januari 2015 Houthi menyatakan telah menguasai Ibu Kota
Sana’a, Houthi banyak mendapatkan perlawanan dari pemerintah Yaman. Hingga
puncak nya, 20 Januari 2015 Houthi telah mengepung istana kepresidenan Yaman.
Pada saat itu, Houthi dan pemerintah Yaman melakukan genjatan senjata. Pada 22
Januari 2015, pemerintahan Yaman mengajukan kompromi terhadap Houthi dengan
menawarkan bentuk pemerintahan baru dan amandemen konstitusi. Pihak Houthi
menolak tawaran tersebut dan terus menyerang gedung pemerintahan dan menguasai
Sana’a.
Presiden Abdurrabu Mansyur Hadi beserta menterinya mengundurkan diri,
Houthi yang telah menguasai Sana’a mendeklarasikan pemerintahan baru dengan
nama komite revolusioner, Muhammad Ali Al-Houthi sebagai pemimpin, Houthi
menyatakan pemerintahan Yaman berada di bawah kekuasaan Houthi, dan
pemerintahan Abdurrabu Mansyur Hadi telah selesai pada 23 Januari 2015.
Abdurrabu Mansyur Hadi dan sejumlah petinggi Yaman terbang menuju Arab
Saudi pada tanggal 23 Januari 2015. Kekosongan pemerintahan Yaman dan deklarasi
Houthi mendapatkan banyak penolakan di wilayah Yaman selatan. AQAP dan STC
menolak pemerintahan Houthi. Pada 24 Februari 2015, Abdurrabu Mansyur Hadi dan
sejumlah menterinya kembali ke Aden, dan menarik kemunduran dirinya dan
menyatakan pemerintahan Yaman yang sah berpusat di Aden.
Konflik di Yaman semakin parah dan telah merambah kepada konflik
regional, Houthi di utara menyerang daratan dan perbatasan Arab Saudi. Pada bagian
Yaman selatan AQAP juga melancarkan serangan ke pemerintah dan Houthi.
STC
yang memiliki banyak pendukung di Aden, merasa tidak satu arah dengan
pemerintahan Yaman sementara di Aden. PBB mengupayakan jalan damai anatara
pemerintah Yaman dibawah kekuasaan Abdurrabu Mansyur Hadi dengan Houthi.
Tetapi kedua belah pihak tidak menyatakan setuju.
Pemerintahan Abdurrabu Mansyur
Hadi dituduh tuduk kepada Arab Saudi, negara teluk dan Amerika Serikat oleh
Houthi. Pemerintahan Yaman dibawah kekuasaan Abdurrabu Mansyur Hadi
menuduh Houthi mendapatkan dukungan dari Iran dan Hezbollah dari Iraq dan
Lebanon. Dari tuduh menuduh inilah kemudian lahir isu bahwa Houthi kaki tangan Syiah karena dibantu Iran dan sekutunya, sementara pendukung Abdurrabu Mansyur Hadi adalah kaki tangan Salafi Wahabi Saudi dan sekutunya, sehingga kemudian bagai sebagai penggemar Saudi dan Wahabinya serta Iran dan Syiahnya, perang Yaman dianggap sebagai perang Syiah Vs Wahabi.
Posting Komentar untuk "Syiah Vs Wahabi dalam Perang Yaman"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.