Desain Wajah Joker dan Punakawan dalam Wayang, Siapa yang Menjiplak ?
Joker dan Punakawan seperti kembar, desain wajahnya sangat identik sebab kedua-duanya sama-sama menggunakan pewarna putih pada sekujur wajahnya, juga keduanya sama-sama menggunakan pewarna merah dan hitam pada lingkar bagian bibir dan matanya. Pertanyaannya adalah “ apakah desain wajah Joker menjiplak Punakawan? “ Jawabannya perlu penelusuran mendalam, diperlukan teknik analisis komparasi sehingga dapat diketahui kekunoan keduanya. Siapa yang lebih kuno maka yang lebih muda diduga sebagai penjiplaknya.
Menurut Brian K. Eason dalam tulisannya yang berjudul “Dark Knight Flashback: The Joker, Part I” sebagaimana yang dibahas dalam “Comic Book Resources (2008)”, katanya bahwa penciptaan karakter Joker dikreditkan atas nama tiga orang yakni Bill Finger, Bob Kane, dan Jerry Robinson.
Menurut klaimnya, bahwa Finger terinspirasi sosok Joker dari karakter Gwynplaine yang digambar Conrad Veidt dan muncul dalam novel The Man Who Laughs (1869) karya Victor Hugo. Gwynplaine ditampilkan dengan wujud pria berwajah rusak dan punya seringai lebar yang menakutkan, sama seperti yang nantinya menjadi salah satu ciri khas Joker. Dari situ, tulis Sean O’Neal lewat artikel bertajuk “R.I.P. Jerry Robinson, Creator of the Joker dalam The A.V. Club (2011), Robinson kemudian membuat sketsa kartu permainan bergambar Joker pada 1940.
Pada tahap selanjutnya, yaitu setalah tahun 1940, Joker kemudian digambarkan sebagai tokoh yang menggunakan pewarna putih pada sekujur wajahnya serta pewarna merah dan hitam pada bagian lingkar mulut dan matanya. Joker pada tahap ini digambarkan sebagaimana selayaknya seorang Badut.
Sementara itu, Punakawan adalah sebutan tokoh dalam pewayangan, Punakawan dalam Pewayangan Jawa terdiri dari 4 Tokoh, yaitu Semar dan ketiga anaknya Bagong, Gareng dan Petruk. Keempat tokoh Punakawan adalah tokoh yang diciptakan orang Jawa dalam wayang.
Keempatnya disisipkan sebagai pembantunya Para Pandawa, yaitu tokoh pembela kebenaran yang dikisahkan dalam Mahabarata. Di tempat lahirnya kisah Mahabarata, yaitu di India, tidak dijumpai 4 tokoh Punakawan yang telah disebutkan, hal tersebut berarti bahwa punakawan betul-betul tokoh baru yang sengaja disisipkan orang Jawa dalam kisah Mahabarata.
Punakawan berasal dari kata “pana” yang bermakna ”paham-cerdik”, dan “kawan” yang bermakna “teman”. Maksudnya ialah, para punakawan tidak hanya sekedar abdi atau pengikut biasa, namun mereka juga memahami apa yang sedang menimpa majikan mereka. Bahkan seringkali mereka bertindak sangat cerdik selayaknya penasehat majikan mereka. (Kaelola, 2010: 257-258)
Sementara menurut Anderson (2008: 174) dalam bukunya yang berjudul Mitologi dan Toleransi Orang Jawa menjelaskan bahwa punakawan secara harfiah berarti “abdi penunggu”, dalam wayang kata ini berarti sekelompok kecil lelaki lucu dan berbentuk aneh pengikut pahlawan utama. Bentuk aneh dan berbeda ini merupakan penggambaran masyarakat Jawa pada saat itu yang bersikap bersahaja dan ceria.
Menurut Zarkasi (1977), bahwa tokoh Punakawan diciptakan oleh Sunan Kalijaga pada zaman Raden Patah, yang bertakhta di Demak. Sebelumnya wayang tidak mengenal Punakawan, selain itu lukisan wayang juga dahulunya menyerupai bentuk manusia sebagaimana yang terdapat pada relief Candi Panataran di daerah Blitar. Lukisan yang mirip dengan manusia oleh Sunan Klijaga dan termasuk Wali Songo lainnya bertentangan dengan Syariat. Para wali, terutama Sunan Kalijaga kemudian menyiasatinya dengan mengubah dari lukisan yang menghadap (Jawa = methok) menjadi miring. Dahulu sebelum memakai pahatan yang ada pada bagian mata, telinga perhiasan, dan lain-lainnya, wayang hanya digambar saja. Dengan mengubah bentuk dan lukisan wayang menjadi berbeda dengan bentuk manusia sesungguhnya. Selain itu, atas saran para wali, Sunan Kalijaga juga membuat tokoh Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong sebagai tokoh punakawan yang lucu. Kadang kala, ia menggunakan tokoh Bancak dan Doyok.
Meskipun tokoh punakawan dalam pewayangan baru diciptakan masa Raden Patah oleh Sunan Klijaga, akan tetapi Sunan Kalijaga ditenggarai menciptakannya (khususnya tokoh Semar) karena terinspirasi pada budaya masyarakat Jawa kuno sebelum datangnya Hindu-Budha.
Menurut Sunyoto (2016: 14), agama kuno yang disebut Kapitayan merupakan agama Nusantara, yang menurut cerita kuno adalah agama purbakala yang dianut oleh penghuni lama pulau Jawa berkulit hitam (ras Proto Melanesia keturunan Homo Wejakensis). Dalam keyakinan penganut kapitayan di Jawa, leluhur yang awal sekali dikenal sebagai penganjur Kapitayan adalah tokoh mitologi Dahyang Semar putera Sanghyang Wungkuham keturunan Sanghyang Ismaya.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapatlah dimengerti bahwa tokoh Punakawan dalam pewayangan baru diciptakan pada masa Raden Patah memerintah Demak (1455-1518). Sementara inspirasi dari terciptanya tokoh Punakawan adalah Dahyang Semar putera Sanghyang Wungkuham keturunan Sanghyang Ismaya selaku leluhur agama Jawa Kuno sebelum datangnya agama Impor (Hindu-Budha-Islam-Kristen)
Sementara itu mengenai desain wajah punakawan rupanya berbeda dari tokoh pewayangan yang lainnya, wjahnya di cat putih, sementara lingkaran mata dan bibirnya dicat warna merah dan hitam wujudnya lucu dan jenaka, desain wajah punakawan dalam wayang Jawa tersebut kemudian diaplikasikan dalam wayang Golek pada kebudayaan orang Sunda, juga diaplikasikan pada desain wajah para Punakawan dalam pagelaran wayang orang, sehingga tanpak jelas sekali ciri khas desain dan dandanan para Punakawan yang ada.
Desain wajah Punakawan dalam pewayangan sangat identik dengan tokoh Joker, lalu bagaima dan mengapa demikan ? apakah menjiplak, ataukah hanya kebetulan ? Jawabannya ada pada diri pembaca masing-masing. Bagi penulis bahasan ini perlu pendalaman, sehingga tidak bisa segera dituliskan dengan gegabah.
Penulis: Bung Fei
Editot : Sejarah Cirebon
Menurut Brian K. Eason dalam tulisannya yang berjudul “Dark Knight Flashback: The Joker, Part I” sebagaimana yang dibahas dalam “Comic Book Resources (2008)”, katanya bahwa penciptaan karakter Joker dikreditkan atas nama tiga orang yakni Bill Finger, Bob Kane, dan Jerry Robinson.
Menurut klaimnya, bahwa Finger terinspirasi sosok Joker dari karakter Gwynplaine yang digambar Conrad Veidt dan muncul dalam novel The Man Who Laughs (1869) karya Victor Hugo. Gwynplaine ditampilkan dengan wujud pria berwajah rusak dan punya seringai lebar yang menakutkan, sama seperti yang nantinya menjadi salah satu ciri khas Joker. Dari situ, tulis Sean O’Neal lewat artikel bertajuk “R.I.P. Jerry Robinson, Creator of the Joker dalam The A.V. Club (2011), Robinson kemudian membuat sketsa kartu permainan bergambar Joker pada 1940.
Desain Wajah Joker dari Masa ke Masa |
Sementara itu, Punakawan adalah sebutan tokoh dalam pewayangan, Punakawan dalam Pewayangan Jawa terdiri dari 4 Tokoh, yaitu Semar dan ketiga anaknya Bagong, Gareng dan Petruk. Keempat tokoh Punakawan adalah tokoh yang diciptakan orang Jawa dalam wayang.
Keempatnya disisipkan sebagai pembantunya Para Pandawa, yaitu tokoh pembela kebenaran yang dikisahkan dalam Mahabarata. Di tempat lahirnya kisah Mahabarata, yaitu di India, tidak dijumpai 4 tokoh Punakawan yang telah disebutkan, hal tersebut berarti bahwa punakawan betul-betul tokoh baru yang sengaja disisipkan orang Jawa dalam kisah Mahabarata.
Punakawan berasal dari kata “pana” yang bermakna ”paham-cerdik”, dan “kawan” yang bermakna “teman”. Maksudnya ialah, para punakawan tidak hanya sekedar abdi atau pengikut biasa, namun mereka juga memahami apa yang sedang menimpa majikan mereka. Bahkan seringkali mereka bertindak sangat cerdik selayaknya penasehat majikan mereka. (Kaelola, 2010: 257-258)
Sementara menurut Anderson (2008: 174) dalam bukunya yang berjudul Mitologi dan Toleransi Orang Jawa menjelaskan bahwa punakawan secara harfiah berarti “abdi penunggu”, dalam wayang kata ini berarti sekelompok kecil lelaki lucu dan berbentuk aneh pengikut pahlawan utama. Bentuk aneh dan berbeda ini merupakan penggambaran masyarakat Jawa pada saat itu yang bersikap bersahaja dan ceria.
Menurut Zarkasi (1977), bahwa tokoh Punakawan diciptakan oleh Sunan Kalijaga pada zaman Raden Patah, yang bertakhta di Demak. Sebelumnya wayang tidak mengenal Punakawan, selain itu lukisan wayang juga dahulunya menyerupai bentuk manusia sebagaimana yang terdapat pada relief Candi Panataran di daerah Blitar. Lukisan yang mirip dengan manusia oleh Sunan Klijaga dan termasuk Wali Songo lainnya bertentangan dengan Syariat. Para wali, terutama Sunan Kalijaga kemudian menyiasatinya dengan mengubah dari lukisan yang menghadap (Jawa = methok) menjadi miring. Dahulu sebelum memakai pahatan yang ada pada bagian mata, telinga perhiasan, dan lain-lainnya, wayang hanya digambar saja. Dengan mengubah bentuk dan lukisan wayang menjadi berbeda dengan bentuk manusia sesungguhnya. Selain itu, atas saran para wali, Sunan Kalijaga juga membuat tokoh Semar, Petruk, Gareng, dan Bagong sebagai tokoh punakawan yang lucu. Kadang kala, ia menggunakan tokoh Bancak dan Doyok.
Meskipun tokoh punakawan dalam pewayangan baru diciptakan masa Raden Patah oleh Sunan Klijaga, akan tetapi Sunan Kalijaga ditenggarai menciptakannya (khususnya tokoh Semar) karena terinspirasi pada budaya masyarakat Jawa kuno sebelum datangnya Hindu-Budha.
Menurut Sunyoto (2016: 14), agama kuno yang disebut Kapitayan merupakan agama Nusantara, yang menurut cerita kuno adalah agama purbakala yang dianut oleh penghuni lama pulau Jawa berkulit hitam (ras Proto Melanesia keturunan Homo Wejakensis). Dalam keyakinan penganut kapitayan di Jawa, leluhur yang awal sekali dikenal sebagai penganjur Kapitayan adalah tokoh mitologi Dahyang Semar putera Sanghyang Wungkuham keturunan Sanghyang Ismaya.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapatlah dimengerti bahwa tokoh Punakawan dalam pewayangan baru diciptakan pada masa Raden Patah memerintah Demak (1455-1518). Sementara inspirasi dari terciptanya tokoh Punakawan adalah Dahyang Semar putera Sanghyang Wungkuham keturunan Sanghyang Ismaya selaku leluhur agama Jawa Kuno sebelum datangnya agama Impor (Hindu-Budha-Islam-Kristen)
Sementara itu mengenai desain wajah punakawan rupanya berbeda dari tokoh pewayangan yang lainnya, wjahnya di cat putih, sementara lingkaran mata dan bibirnya dicat warna merah dan hitam wujudnya lucu dan jenaka, desain wajah punakawan dalam wayang Jawa tersebut kemudian diaplikasikan dalam wayang Golek pada kebudayaan orang Sunda, juga diaplikasikan pada desain wajah para Punakawan dalam pagelaran wayang orang, sehingga tanpak jelas sekali ciri khas desain dan dandanan para Punakawan yang ada.
Desain Wajah Punakawan Dalam Pewayangan |
Penulis: Bung Fei
Editot : Sejarah Cirebon
Posting Komentar untuk "Desain Wajah Joker dan Punakawan dalam Wayang, Siapa yang Menjiplak ?"
Berkomentarlah yang terarah dan jelas agar dapat dipahami dan dibalas admin.