Prabu Aji Putih dan Prabu Tajimalela
Kerajaan Sumedang Larang diperintah oleh beberapa orang Raja, diantaranya adalah Prabu Aji Putih dan Prabu Tajimalela. Kedua Raja ini terbilang istimewa karena merupakan Raja yang merintis Kerajaan Sumedang Larang.
Prabu Aji Putih
Prabu Resi Aji Putih adalah seorang resi trah Galuh (masih keturunan bangsawan galuh), yang dianggap sebagi perintis dari kerajaan Sumedang Larang.
Aji Putih diyakini merupakan keturunan dari Aki Balangantrang, cucu Wretikandayun (pendiri kerajaan Galuh), dan merupakan inspirator dalam kudeta Ciung Wanara (Sang Manarah) di tanah Galuh.
Aji Putih datang ke suatu kampung yang bernama Cipaku, yang letaknya di pinggir sungai Cimanuk (kampung Muhara, desa Leuwihideng, kecamatan Darmaraja Sumedang)
Prabu Tajimalela
Prabu Tajimalela atau Batara Tuntang Buana (Prabu Agung Resi Cakrabuana), dianggap sebagai pokok berdirinya kerajaan Sumedang Larang.
Tajimalela meneruskan kekuasaan ayahnya, Prabu Guru Aji Putih. Pada zamannya nama kerajaan kemudian diganti dengan nama Himbar Buana, yang berarti Menerangi alam. Tetapi setelah ia bertapa ia mengubahnya menjadi kerajaan Sumedang Larang, meskipun ibukotanya tetap di daerah Leuwihideung Darmaraja.
Prabu Tajimalela hidup sezaman dengan Maharajara Sunda yang bernama Luhur
Prabawa (1340-1350 M).
Situs peninggalan Prabu Tajimalela berupa Lingga di situs gunung Lingga. Prabu Tajimalela mempunyai 2 orang putra, Prabu Lembu Agung, Prabu Gajah Agung.
Berdasar Layang Darmaraja, Prabu Tajimalela memberi perintah kepada kedua putranya (Prabu Lembu Agung dan Prabu Gajah Agung), yang satu menjadi raja dan yang satunya lagi menjadi wakilnya. Tapi keduanya tidak bersedia, oleh karena itu Prabu Tajimalela memberi ujian kepada keduanya, jika kalah harus jadi raja).
Kedua putranya diperintahkan pergi ke Gunung Nurmala (sekarang gunung sangkan jaya), dan diperintahkan harus menjaga sebilah pedang dan kelapa muda (duwegan). Tetapi gajah Agung karena merasa kehausan membelah duwegan (kelapa muda) dan meminumnya, sehingga ia kemudian dinyatakan kalah.
Dengan demikian Prabu gajah Agung harus menjadi raja, tetapi harus mencari ibukota sendiri. Dan Lembu Agung kemudian menjadi resi, tetapi ia tetap menjadi raja sementara di Leuwi hideng untuk memenuhi wasiat tajimalela Karena itu Prabu lembu Agung kemudian terkenal dengan nama Prabu Lembu Peteng Aji. Disamping Prabu lembu agung dan prabu gajah agung, ia juga mempunyai anak yang bernama Sunan Geusan Ulun.
Prabu Lembu Agung dan keturunannya tetap berada di Darmaraja, sedang Sunan Geusan ulun dan keturunannya tersebar di Limbangan, Karawang, dan brebes.
Beliau katanya memerintah pada tahun 1340-1450,dan diteruskan oleh putranya yaitu prabu geusan Ulun yang memerintah pada tahun 1579-1601
BalasHapusYang jadi pertanyaan,antara ayah dan anak bedanya 200tahun??
Masya Alllah..luar biasa...sejarah yg unik dan menarik...kebetulan menurut silsilah kluarga sy...masih ada keturunan dari Eyang Prabu Taji malela
BalasHapusBedakan Aji Putih Buhun dan Aji Putih Karuhun.....ada Pengulangan nama dan Beda Zaman....
BalasHapus